Tadi malam aku diajak Hajar makan buat traktirannya Mas Ilham. Pas aku tanya,"Emang dalam rangka apa mas, nraktir?"
"Goes to wisudanya Hajar sama Tiara"
Hahaha..bisa aja orang itu. Harusnya kalo syukuran wisudanya aku sama Hajar ya yang nraktir. Tapi yang namanya gratisan itu menyenangkan, jadi apapun alasannya terserah. Ya, itu mungkin hasil disukusi panjang antara Hajar dan Mas Ilham sehingga terjadilah pentraktirisasi *niru2 Vicky*
FYI, Mas Ilham itu dulu asisten laborat. Dulu, aku sama Hajar suka minta ajari thermo soalnya beliau (tuo banget sebutane) pinter thermo. Tapi sih sering2nya Hajar tok yang minta ajarin dikarenakan kesibukanku ngelesi.
Oke, kita gak bakal ngomongin tentang Mas Ilham tenang aja, kita bakal ngomongin tentang tadi malem. Jadi gini, tadi malem itu, aku yang kebetulan bareng sama Risa gede (bukan Risa Ambengan), disamperin sama Hajar dan Mas Ilham di TL Ambengan. Oiya, gak lupa ucapan terimakasih atas kertasnya yang buat Wulan dan Risa kecil.
"Mas aku boleh ngajak temen?" kataku sambil nunjuk Risa gede. Mas Ilham setuju dan kami berempat, setelah nunggu Wulan yang galau mau belajar apa jualan, akhirnya berangkat.
"Deket Unair kampus C, Tir" kata Mas Ilham.
"Wes Mas Ilham depan ae"
Ternyata Mas Ilham bakal nraktir kami dimsum. Aku belum pernah makan dimsum sebab kupikir dimsum itu mirip siomay jadi buat apa beli mahal2 cuma buat siomay, itu yang pertama. Yang kedua, dimsum itu sedikit porsinya, dan kupikir lagi, aku orang Indonesia yang mentergantungkan diri kepada nasi. Yang ketiga, aku gak suka coba2 makanan, takut gak enak, kalo gak enak biasanya aku gak mau makan. Kan repot juga udah ngeluarin uang tapi gak dimakan. Itulah sebabnya warung makan langgananku ya cuma itu ituu aja, jadi kalo warung tersebut gak buka ya bingung.
Sebenernya aku gak mau cerita tentang Mas Ilham ataupun dimsum tapi yaudahlah, udah ditulis ini. Sepanjang kami makan, sepertinya (menurutku), aku yang mendominasi pembicaraan. Dari mulai cerita Budi-Ani sampek cerita bis.
"Lucu...lucu..." kata Mas Ilham dengan ekspresi datar sehabis aku cerita.
"Tiara mesti jayus" katanya kemudian.
Begini teman-teman, banyak orang, eh gak banyak deng cuma beberapa yang bilang aku jayus. Malah pernah ada yang bilang dengan wajah serius setengah marah,"Mbok peker lucu a?"
Sebenernya aku sama sekali gak niat buat ngelucu. Dan kupikir aku juga gak lucu. Selera humorku jelas2 rendah. Terkadang sesuatu yang aku anggap lucu itu orang lain gak ngerasa lucu. Jadi menurutku ini masalah sudut pandang aja. Biasanya, aku bakal cerita hal2 yang menurutku lucu, MENURUTKU, nah di capslock. Terus orang-orang berfikir itu gak lucu. Yaudah sih, aku cuma mau cerita aja. Gak ada niat buat bikin orang tertawa juga. Karena di KTP jelas2 pekerjaanku mahasiswa bukan pelawak. Terkadang, aku bicara fakta tapi malah dikatain orang2 itu lelucon yang gak lucu. Aku bingung sama orang2 ini. Aku lho gak ngerasa ngelucu tapi kok dibilang ngelucu yang gak lucu. Apa mungkin banyak orang merasa menertawakan orang lain itu bahagia jadi saat ada orang yang bercerita sambil tertawa (dibaca:aku) trus gak lucu (menurut mereka), maka mereka akan sangat kecewa sekali.
Akhirnya, lucu atau enggak itu relatif, nisbi. Gak usah maksa orang untuk tertawa dan ditertawakan. Dan sekali lagi saya tekankan, saya gak pernah ada niatan buat ngelucu, semua yang saya katakan itu terkadang fakta yang menurut saya lucu. Jadi terserah Anda mau menganggap lucu apa enggak. Dan akhirnya lagi, sepertinya diam itu lebih baik.
"Goes to wisudanya Hajar sama Tiara"
Hahaha..bisa aja orang itu. Harusnya kalo syukuran wisudanya aku sama Hajar ya yang nraktir. Tapi yang namanya gratisan itu menyenangkan, jadi apapun alasannya terserah. Ya, itu mungkin hasil disukusi panjang antara Hajar dan Mas Ilham sehingga terjadilah pentraktirisasi *niru2 Vicky*
FYI, Mas Ilham itu dulu asisten laborat. Dulu, aku sama Hajar suka minta ajari thermo soalnya beliau (tuo banget sebutane) pinter thermo. Tapi sih sering2nya Hajar tok yang minta ajarin dikarenakan kesibukanku ngelesi.
Oke, kita gak bakal ngomongin tentang Mas Ilham tenang aja, kita bakal ngomongin tentang tadi malem. Jadi gini, tadi malem itu, aku yang kebetulan bareng sama Risa gede (bukan Risa Ambengan), disamperin sama Hajar dan Mas Ilham di TL Ambengan. Oiya, gak lupa ucapan terimakasih atas kertasnya yang buat Wulan dan Risa kecil.
"Mas aku boleh ngajak temen?" kataku sambil nunjuk Risa gede. Mas Ilham setuju dan kami berempat, setelah nunggu Wulan yang galau mau belajar apa jualan, akhirnya berangkat.
"Deket Unair kampus C, Tir" kata Mas Ilham.
"Wes Mas Ilham depan ae"
Ternyata Mas Ilham bakal nraktir kami dimsum. Aku belum pernah makan dimsum sebab kupikir dimsum itu mirip siomay jadi buat apa beli mahal2 cuma buat siomay, itu yang pertama. Yang kedua, dimsum itu sedikit porsinya, dan kupikir lagi, aku orang Indonesia yang mentergantungkan diri kepada nasi. Yang ketiga, aku gak suka coba2 makanan, takut gak enak, kalo gak enak biasanya aku gak mau makan. Kan repot juga udah ngeluarin uang tapi gak dimakan. Itulah sebabnya warung makan langgananku ya cuma itu ituu aja, jadi kalo warung tersebut gak buka ya bingung.
Sebenernya aku gak mau cerita tentang Mas Ilham ataupun dimsum tapi yaudahlah, udah ditulis ini. Sepanjang kami makan, sepertinya (menurutku), aku yang mendominasi pembicaraan. Dari mulai cerita Budi-Ani sampek cerita bis.
"Lucu...lucu..." kata Mas Ilham dengan ekspresi datar sehabis aku cerita.
"Tiara mesti jayus" katanya kemudian.
Begini teman-teman, banyak orang, eh gak banyak deng cuma beberapa yang bilang aku jayus. Malah pernah ada yang bilang dengan wajah serius setengah marah,"Mbok peker lucu a?"
Sebenernya aku sama sekali gak niat buat ngelucu. Dan kupikir aku juga gak lucu. Selera humorku jelas2 rendah. Terkadang sesuatu yang aku anggap lucu itu orang lain gak ngerasa lucu. Jadi menurutku ini masalah sudut pandang aja. Biasanya, aku bakal cerita hal2 yang menurutku lucu, MENURUTKU, nah di capslock. Terus orang-orang berfikir itu gak lucu. Yaudah sih, aku cuma mau cerita aja. Gak ada niat buat bikin orang tertawa juga. Karena di KTP jelas2 pekerjaanku mahasiswa bukan pelawak. Terkadang, aku bicara fakta tapi malah dikatain orang2 itu lelucon yang gak lucu. Aku bingung sama orang2 ini. Aku lho gak ngerasa ngelucu tapi kok dibilang ngelucu yang gak lucu. Apa mungkin banyak orang merasa menertawakan orang lain itu bahagia jadi saat ada orang yang bercerita sambil tertawa (dibaca:aku) trus gak lucu (menurut mereka), maka mereka akan sangat kecewa sekali.
Akhirnya, lucu atau enggak itu relatif, nisbi. Gak usah maksa orang untuk tertawa dan ditertawakan. Dan sekali lagi saya tekankan, saya gak pernah ada niatan buat ngelucu, semua yang saya katakan itu terkadang fakta yang menurut saya lucu. Jadi terserah Anda mau menganggap lucu apa enggak. Dan akhirnya lagi, sepertinya diam itu lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar