Jumat, 27 April 2012

Setelah salah seorang temanku membaca blogku, dia berkomentar,"Perang kok melawan diri sendiri". Karena aku tipe orang yang suka memikirkan sesuatu yang tidak patut dipikirkan, akhirnya aku tahu maksud temanku itu dengan memikirkannya bermalam-malam *lebaj*. Kubaca postingan2ku sebelumnya, kucermati satu persatu. Dan kutemukan jawabannya.

Mungkin aku terlalu jujur untuk mengungkapkan bahwa sejatinya hidupku adalah sebuah kepura-puraan. Pura-pura tersenyum, pura-pura bahagia, pura-pura baik. Ya, aku berpura-pura. Ada banyak hal yang membuatku harus berpura-pura, salah satunya adalah karena aku tak sanggup untuk mengeluarkan sisi ketidakbaikanku. Bukankah semua orang ingin terlihat baik di mata manusia lain? Maling tak pernah mau dituduh sebagai pencuri karena dia tidak ingin orang lain tahu bahwasannya dia buruk. Pencitraan. Semua demi satu kata bernama pencitraan.

Tak pernah terpikir untuk menjadi orang baik. Hanya berpikir bagaimana caranya aku bisa survive di dunia sebelum Tuhan memisahkan jiwa dan ragaku.

Kembali ke perang melawan diri sendiri.
Hidup ini memang perang, Kawan! Saat kau memutuskan sesuatu, kau telah berperang. Saat kau memilih diam daripada bicara, kau telah berperang. Saat kau menahan nafsumu, kau telah berperang. Saat kau memilih sembayang saat semua kafir, kau telah berperang. Saat kau memilih bangkit saat yang lain mengeluh untuk melanjutkan, kau telah berperang. Tanpa kita sadari, hidup ini adalah perang. Selalu ada sisi baik dan buruk, selalu ada yang berperang di hati kita dan selalu ada yang memenangkan, entah itu sisi baik atau buruk. Dan perang itu ada padamu sendiri.
Mendengar temanku misuh,"Janc*k nggateli c*k", membuatku penasaran bertanya pada teman satunya,"Kenopo si wong suroboyo nek omong2an koyo kartun Suro Boyo kabeh si, nadane podo, kata2e juga podo?". Mendengar aku berkata demikian, temanku yang misuh tadi tersenyum dengan memperlihatkan gingsulnya. Dia pun bertanya,"Tir, awakmu pernah dipisuhi durung", masih dengan wajah senyum2. Berpikir keras dan balik bertanya,"Dipisuhi sing yo opo?". "Yo misal ngomong janc*k ndek ngarepmu, ditujukan neng awakmu". Kembali berpikir keras dan tidak menemukan jawabannya.

Perlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain. Jika tidak ingin dipisuhi ya jangan misuhi. Mirip dengan, hormati orang lain jika kamu ingin dihormati. Dan sebelum kamu menghormati orang lain, hormatilah dirimu sendiri :D

Rabu, 25 April 2012

Karena Jumat, Sabtu dan Minggu kemarin aku berada di rumahnya Arina (baca : Malang), akhirnya tugas dan laporanku terbengkalai semua. 4 laporan dan segera menjadi 5 atau 6 membuat nafasku tersengal, gak nafsu makan dan merindukan tidur.

Puncaknya kemarin malam. Sore2 masih sibuk asistensi laporan teknik korosi dan bingung kapan mengerjakan laporan heat exchanger. Melihat itungan yang seabrek membuat sendi2ku lemas. Karena mau tak mau laporan itu harus dikerjakan karena besoknya harus dikumpulkan, akhirnya aku janjian dengan Cinta untuk mengerjakan bersama tujuannya supaya gak ngantuk. Sore sehabis maghrib sudah berencana akan mengerjakan eee malah disuruh absensi praktikum di fasor. Mau gak mau harus dateng ke fasor, lihat futsal cuma mau tanda tangan. Males aku sebenere lihat futsal iku, jurusanku lho gak pernah menang kalo tanding sama jurusan lain.

Setelah nonton futsal, aku pulang ke kos untuk mandi. Hehe...aku mandi sehari 2 x loh...
Mandi selesai langsung cuss ke kampus karena udah janjian sama Cin dan Arina buat ngerjain. Cin ngerjain modul rotary dryer, aku heat exchanger dan Arina nonton kami berdua mengerjakan laporan. Masuk ke ruang baca suasana sudah lain, bagaimana gak lain, lha wong fan sama AC dinyalain semua. Dari jam 9 sampek 11 menghadap leptop dan terkena fan, akhirnya aku dan teman2 merasakan mata kami pedas. Huhah huhah. Jam 11 pindah ke rumah Arina di Surabaya, masuk rumah pk.11.30 malam. Banyak nyamuk, gak konsen. Jam 12 aku memutuskan untuk tidur. "Rin, tangeni jam 1 yo, aku ngantuk banget".
Jam 1 aku bangun dan sudah melihat Cinta tidur. Arina dengan nada iba,"Pindah ndek kamar ae rek, ben penak". Aku dan Cin bersikeras untuk tetap di ruang tamu karena melihat tempat tidur kutak sanggup. Arina masuk kamar. Ngerjain excel nya sebentar, gak mudeng, melihat Cin tidur pulas, aku ikut tidur. Jam 3 dibangunkan Arina lagi, disuruh pindah kamar. Akhirnya kami mau. Di kamar tak langsung mengerjakan tapi mengambil posisi tidur yang enak. Dan entah mengapa waktu begitu cepat, tau2 jam setengah 5. Bangun, melihat teman2 yang masih tidur, ikut tidur lagi. Setengah 6 bangun lagi dan blingsatan belum sholat, laporan belum jadi. Bingung kabeh. Mana kuliah jam 7. Aku menyerah. Pulang ke kos, mandi, ke kampus. Kuliah Bejana membuat mataku merem melek, Pikiranku melayang2 dan hilang. Bangun...melayang2...hilang...begitu seterusnya hingga kuliah usai. Jam 9 ada kuliah Teknik Perawatan lagi. Dosennya Pak Budi jadi bisa disambi ngerjain laporan (maaf ya Pak). Jam 11 selesai langsung ke print2an. Habis 13 ribu. Sampek di kampus ternyata laporan kelompokku udah dikerjain sama Nunki. Ealah... Tiwas gopoh, tiwas ngeprint, tiwas pengen nekek nunki. Tapi yasudahlah.

Pas di Malang, aku Arina Cin dan 2 adek Arina ke Balekambang. Nih tak kasih oleh2

mirip Tanah lot, pantai ada Pura

jembatan menuju Pura

when the sun goes down

sebelum ombak, ada karang yang digenangi air


Senin, 23 April 2012

Ini Itu

Mengapa meski begini
Jika begitupun bisa
Mengapa harus begini
Jika begitupun bisa
Mengapa semua terjadi begini
Jika begitupun mungkin
Mengapa tak kunjung begini
Karena keadaan memaksa begitu
Mengapa Tuhan memberikan ini
Padahal aku ingin itu
Karena Tuhan tahu lebih baik yang ini
daripada yang itu

Aku bahagia sekali ternyata banyak orang yang menyayangiku. Sayang itu ketika kita berbuat salah, ada yang dengan senang hati mengingatkan.
2 hari ini ketika aku akan berbohong, aku selalu diingatkan.
Pertama ketika aku akan berbohong untuk menjaga hubungan orang. Mungkin berbohong diperbolehkan demi kebaikan tapi setelah kejadian tersebut aku memilih mengganti kalimat berbohong menjadi sebuah kalimat postif yang tidak menyinggung hati-hati atau saat aku mulai kehabisan kata2 positif lebih baik diam.

Selalu, saat teman mengingatkan untuk berjalan di jalan yang benar, ada perasaan tersinggung, tapi bukankah itu demi kebaikan pula. Seperti ilmu yang akarnya pahit tetapi buahnya manis. Semoga saja. Terimakasih untuk 2 yang bilang,"Lho, kon mbujuk la'an Tir?" dan "Ojok mbujuk taaa", tidak tahu kalian akan membaca ini atau tidak yang jelas terimakasih banyak. Meski apa yang ingin aku bohongkan dan kau melarang tapi kau sendiri yang mengucapkan, setidanya bukan aku yang berbohong. Hehe
Akhir2 ini menjadi sering pusing sendiri. Semacam linglung. Hewa hewe. Terlalu banyak tujuan membuat semuanya tidak terpenuhi. Sebaiknya kembali ke tujuan awal. Belajar berkata tidak sepertinya menarik. Oke, sebelum semuanya tercapai, gak boleh main2, gak boleh seneng2 dulu, lupakan pengen santai2. Tapi masalahnya bukuku dipinjem temen. Hush! Stop! Orang sukses itu orang yang bisa menembus hambatan. Biarkan mereka tertawa, biarkan mereka menikmai hidupnya karena hidupku berbeda dengan mereka. Gak boleh iri sama teman2 yang santai, bisa tertawa dengan puas, bercengkerama dengan yang lain. Belum saatnya. Ayooooo,,,semoga tidak omong thok...wanna changes my life. Waktu mepet tapi belum persiapan sama sekali. Dan selalu di akhir postingan aku berharap Tuhan memeluk mimpi2ku. Aamiin

Kamis, 19 April 2012

Ternyata menjadi orang sabar itu susah. Dadaku seperti sesak menahan amarah. Panteslah ada hadist yang menyatakan orang yang paling kuat adalah orang yang dapat menahan amarahnya. Sabar ya, sabar ya. Ada setan dari golongan jin dan manusia. Mungkin dia dari golongan manusia. "Innallaha ma'a sobirin", Allah beserta orang2 yang sabar.

Rasanya seperti diinjak2, kemarin membuatku menangis, sekarang membuatku emosi. Walah. Kok ada manusia seperti itu. Kemarin perjanjiannya begini sekarang dia merubahnya menjadi begitu. Lha kok enak. Mentang2 umurku lebih muda jadi dia membuat peraturan semaunya sendiri. Sabar sabar sabar.

Senin, 16 April 2012

Mataku sembab, kayak habis nangis. Tapi emang tadi nangis lumayan lama sih. Dan kamu tahu kenapa aku menangis? Kunci motor ilang. Sepele banget, Ya?

Begini ceritanya, tadi siang Luvi ke kosku. Begitu tiba di kos aku langsung melepas jilbab, jam dan tas untuk berwudlu. Selesai wudlu aku naik membawa tasku. Luvi mengingatkan kalo jam ku tertinggal. Jadi, aku ke kamar bawa tas dan jam tangan. Jam tangan kumasukkan ke tas, aku mengambil kunci kamar. Ceklik ceklik. Mengucap salam pas masuk kamar, padahal aku tahu dalam kamar gak ada manusia. Meletakkan tas, ganti baju, menyuruh Luvi buka leptop karena dia mau belajar buat tes awal dan aku menggelar sajadah. Set set. Sholat selesai aku makan. Makan selesai, gantian aku yang buka leptop buat baca2 sebentar.
"Luv, wes jam setengah 3. Budhal yok!", aku mengajak Luvi berangkat. Ganti baju. Cari kunci motor, di tas, di saku, turun ke bawah, naik ke atas, turun lagi, ngobok-obok bak sampah, naik lagi, turun lagi, mriksa di motor takutnya kunci belum kulepas, naik lagi, turun lagi dan akhirnya dipinjami motor anak ibu kos, Mbak Furo. Ke dekim nganterin Luvi langsung ke tekim. Sampe tekim dapet sms ternyata di dekim, balik lagi.
Tiba2 Mas Ryan nanya ke aku dengan senyum2,"Kamu ngapain ngomen status Nia kayak gitu? Aku tau maksudmu. Kamu pikir kita itu menyimpang apa?".
"Lho mas, aku lho cuma menyampaikan uneg2 temen2 deketnya. Temen deketnya lho gak pengen dia ikut begituan"
"Kemarin di Trawas lho cuma seneng2. Gak kayak kamu waktu LK"
"Lah, status e Nia begitu se. Lak mengundang perhatian. Berarti yang salah siapa?"
"Kamu", Mas Ryan senyum2 ngejek dan melanjutkan bicaranya"Kamu itu ndak di Sidoarjo ndak di sini, nyusahin. Udah ya, ketemu di sini aja. Besok2 gak usah ketemu lagi", masih dengan senyum2 ngejek.

Dasar teorinya suruh ganti sama asisten gak tau kenapa. Aku dimintai bantuan Mbak Eny buat nemenin dia ngopy data (dibaca:mbacem). Perjanjian dari awal aku gak megang laporan destilasi tapi megang laporan densitas dan viskositas.
"Nanti abis isya temenin aku nyari data ya"
"Trus aku ngapain mbak ndek sana?"
"Ya kamu nemenin aku, nanti kamu yg ngeprint. Besok jam 9 aku ada les inggris"
"Tapi kunci motorku ilang mbak"
"Yawes nanti aku jemput"
*hening*
Pulang dari kampus aku nyari lagi. Adzan. Sholat dan nyari lagi. Di kamar, di kasurku di kasur teman sekamarku, Ijah, di jalan2 antara sepeda motor dan kamar. Sampe lemes. Dehidrasi rasanya. Naik ke kamar, turun ke parkiran. Sampe 3 anak ibu kos, Mbak Furo, Mbak Asa dan Mbak Uyun ikut nyari. Mereka prihatin sekali melihat mukaku."Wes ta Tir, mukamu ojok melas2, gak tego kene". Aku hanya bisa tersenyum. "Yawes lah mbak aku tidur dulu, be'e nanti bangun ketemu". Aku naik, mendapati missed call dari M.Eny. Aku sms,"Mbak aku gak ikut,kunciku masi ilang"
"tak jmput, kos mu dimana?". Gak tak bales. Dia nelpon 5 kali gak tak angkat. Mbak ini lho bikin aku tmbah bingung. Kalo ga ketemu juga kuncinya otomatis aku harus panggil tukang kunci karena motorku dikunci stir. Sms Prilly tanya gimana cara mbuka kunci stir, ktanya pake kunci motor. Dan aku tahu itu. Tiba2 mbak Eny sms,"Yowes nek ragelem melu karepmu"
Di sudut balkon nangis. Kenapa semua gak ada yg pengertian. Mau sms bapak takut dimarahi tp akhirnya sms juga. Aku sms, langsung ditelpon. Sambil nangis aku cerita dan aku dimarahi karena menangis bukan karena kunci yang hilang."Bapak ra seneng nek awakmu nangis. Sing dewasa sitik, mosok hal sepele wae nangis. Sesuk nek ora ketemu, awakmu ngundang tukang kunci"
"Masalahe artoku tinggal 30ewu...huaaaa", tambah banter nangisku.
"Jam 8 bapak transfer, wes ojo nangis. Digoleki sik nang sajadah, tas, buku, klambi, nduwur lemari"
Batinku,"Kok nduwur lemari Pak?"
"Niki melih gek bingung, kakak kelasku njelei. Ngopy data wae nyuwun kancani. Aku emoh de'e ngamuk pak"
"Yo sesuk dijelaske nek awakmu iku lagi bingung. Wes saiki nggoleki sik. Tak tutup nggih. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Belum semenit, bapak telpon lagi."Wes ra usah nangis. Digoleki karo berdoa. Sholat2 isya sik ngko mbok2 oleh pencerahan"
"Nggih". Gantian mbakku yang ngomong,"Goleki alon2 dek, ojo grusa grusu"
"Iyo mbak"
Telfon ditutup, sisa2 tangisanku masih ada. Ijah yang baru masuk kamar bingung. "Kenapa nangis?"
"Kunci motorku ilang, seniorku nyebeli"
"Digoleki sik. Pelan2, tak bantu ta?"
"Wes capek Jah, gak ketemu2"
"Di rak, di kamar mandi, di bak kamar mandi, di balik gayung"
"Gak ada"
Akhirnya cerita panjang sama Ijah. bla bla bla

"Jah, awakmu lak isok ndelok ngono2 iku, sing nunggu kos dikon mbalikke kunciku po'o"
"Gak isok lek ngono Ra. Wes mending sholat sik, belum sholat kan?"
"Iyo. Mandi sik ae wes. Kelekku bauk"
Selesai mandi, Hajar masuk kamar,"Gurung ketemu a Tir?", tadi Hajar sempet ngejek pas kunciku ilang, tapi pas aku selese mandi itu ekspresi wajahnya ikut sedih. Kasian paling liat aku.
Bapak telpon lagi. Kami berbicara.

Selesai bapak telpn Hajar nanya,"Bapakmu ngamuk a Tir?"
"Gak kok Jar, nek ngamuk yo gak tak angkat telpon e Jar"
Hajar keluar. Waktu menunjukkan pukul 21.30. Ternyata menangis membuatku ngantuk. Aku tidur, pasang alarm pk.23.00 karena 2 lapresku menunggu untuk dikerjakan.

Kerasa baru tidur sebentar, Ijah manggil,"Ra, ini kuncimu bukan?"
"Iyo, ketemu nandi?"
"Ndek bawah guling."
"Lho Jah, aku td udah liat di kasurmu gak ada"
"Kurang teliti kali"
"Tapi lho ngapain kunci tak taro kasurmu iku"
"Yo kamu gak sadar"
"Haduh Jah aku gak mungkin lah ngekeke kunci ndek kasurmu. Ngisor guling pisan", kemudian aku rekonstruksi pas masuk kamar tadi siang. 2 kali malah rekonstruksinya.

Mengucap salam. Meletakkan tas. Ganti baju. Nyuruh Luvi buka leptop. Sholat. Maem. Baca di leptop.

"Wes ra gak usah dipikir. Sing penting ketemu kan"
"Tapi lho aku mau wes nyari ndek kasurmu gak ada"
"Tadi pas aku pulang juga gak ada. Tiba2 pas aku tidur ada yg ganjel dan itu kuncimu"
"Waaahh 'koncomu' iki Jahhhh"
"Haehhh uduk yooo"
"koncomu paling ra"
"Males yo aku kekancan ambe iku"
"Wes wes gawe heboh ae bengi2"
Aku tidur lagi. Bangun,"Tapi kok iso ng kono yo?"
"April mop be'e"
"Ha? Gak nek iki mesti koncomu Jah"
"Wes ngantuk Ra"
"Pole luwe aku, ngelak pisan"
"Ra bareng ambil minum e"
Gak biasa Ijah begitu. Hyaaa...Si Ijah memang bisa liat begituan. Tapi kenapa kuncinya di bawah guling Ijah? Tidak ada yang tahu kecuali Allah.

Tililit tililit...alarm hp ku berbunyi. Pk.23.00

Minggu, 15 April 2012

Emang aku dosa kalau bersedih? Mengapa. Apakah itu tanda ketidakbersyukuranku terhadap hidup? Tapi bukankah Tuhan sendiri yang memberikan sedikit kekurangan, sedikit ketakutan, dll. Lalu mengapa aku salah jika bersedih? Bukankah dengan sedih orang dapat menikmati indahnya kebahagiaan. Ya, aku punya harapan. Harapan yang tak bisa kuungkapkan dengan siapa pun, termasuk orang2 terdekatku. Cukup Tuhan dan aku yang tahu. Cukup Tuhan yang melihat air mataku. Cukup Tuhan yang mendengar keluh kesahku. Cukup Tuhan yang mampu dengan rapat menyimpan rahasiaku. Mungkin saat ini aku tak punya alasan untuk bangkit, mungkin Tuhan membenci ini. Tapi salahkah aku jika aku hanya ingin meneteskan air mata. Aku janji tak akan memperlihatkan air mata ini kepada siapa pun. Mungkin kamu bisa membaca tulisan ini bahwa aku menangis, tapi aku tak akan memperlihatkan kesedihanku di depanmu.

Tuhan, maaf aku menangis. Maaf aku tidak bersyukur. Tapi Tuhan, beri aku alasan untuk tersenyum bahagia. Beri aku jalan. Peluk aku Tuhan. Peluk mimpi2ku Tuhan.


Sabtu, 14 April 2012

Komar Si Anak Punk

Kemarin siang UTS terakhir. Jam 11 siang presentasi, yang presentasi cuma anak cewek soalnya kemarin adalah hari Jumat dan cowoknya menunaikan ibadah sholat Jumat. Pukul 11.00, karena lapar aku mengajak Hajar ke kantin. Ternyata di sana ada Komar, sendirian, minum kopi soda. Hyaa..dia suka sekali minum kopi soda. FYI, Komar gak jumatan soalnya dia seorang Nasrani.

Hajar duduk terlebih dahulu tepat di depan Komar. "Tir..tir..Maryos, celakan", girang sekali Hajar melihat Komar. Namanya Maryos, tapi aku lebih suka memanggilnya Komar. Aku yang saat itu lagi pesan makanan cuma tersenyum sama Hajar, gak mudeng maksud Hajar lebih tepatnya.
Selesai memesan makanan, aku duduk di samping Komar dan melihat wajahnya dengan seksama.
"Heh, lapo celakan", sepertinya aku lebih girang dari Hajar. Girang karena punya alasan untuk mengejeknya."Mari perform ta?", lanjutku.
"Iyo, dibedaki pisan. Jane aku yo gak gelem", sahutnya dengan gaya yang sok cool.
"Lipstikan pisan?"
"Iyo"
"Hahahahahha", senang sekali bisa menertawakannya.
"Kenapo gak diilangi"
"Gak isok, tak ilangi malah mleber2"
"Haahahahah", aku dan Hajar puas menertawakannya.

FYI, temanku yang satu itu ehmm..bergaya macam anak punk gitu. Gaya rambut macam aktor Korea. Dan bila dia berjalan selalu menaikkan dagunya. Wes...gaya ne sok cool banget lah. Haha...

Datanglah Cinta. Nama aslinya Septin tapi karena dia memanggil orang dengan sebutan,"Cintaaa...", dari jaman maba panggilannya berubah menjadi Cinta.
"Cin, pacarmu iki lho celakan", ejekku.
"Mesti arek iki...eh emang celaan tenan, Yos?", Cin memperhatikan wajah Komar dan,"Ya Allah yos, lapo awakmu iku?"
"Iku lho mari tampil ndek Sutos", aku yang menjawab pertanyaan Cin.
"Eh Yos, jaremu ono punk muslim? koyo opo iku"
Sebelum Komar menjawab, aku dengan senang hati menjawab pertanyaan Cin,"Iku lho cin, sing ngeband nggango celak, lipstik ireng, kuku dicat ireng, klambi ireng, celono skinny, rantean tapi nyekel e rebana".

Senin, 09 April 2012

Hari Kamis, 5 April 2012, angkatanku mengadakan komunal membicarakan masalah...gak tau lupa. Waktu sudah menujukkan pukul 17.00, sebelum acara diakhiri tiba-tiba temanku mengangkat tangan.
"Kemarin fungsionaris membahas masalah temen-temen yang belum warga penuh. Dari pihak fungsio menginginkan teman-teman yang belum warga penuh menjadi warga penuh kemudian bisa menjadi staf himpunan. Jangan sampek teman-teman ada yang los"
Hatiku bergejolak. Hyaaa...Aku adalah salah satu dari yang temanku katakan. Bukan warga penuh dan bukan staf himpunan. Karena manusia dibekali Tuhan dengan reflek untuk melakukan pembelaan, akhirnya aku mengangkat tangan,"Mau menanggapi Mas titttt *sensor*, semua orang punya jalan masing-masing ya". "Ooooww", teman-temanku bersorak meledek. Mereka meledek karena aku jarang bicara dan kalo aku bicara sepertinya mereka takjub sekali..hahaha. Kulanjutkan kalimatku,"Di sini kan organisasi gak cuma hima aja, kalo cuma mau jadi keluarga 2010, keluarga Dekkim, saya rasa gak perlu ikut himpunan. Saya ikut Fuki buktinya saya tetap berinteraksi dengan teman-teman....*dan lanjutannya lupa*"

Temanku yang tadi bicara angkat tangan lagi,"Saya gak memaksa temen-temen buat ikut himpunan. Saya cuma bilang kalo jangan sampe temen2 los. Dan kalo bisa jadilah orang yang bermanfaat". Aku mau membela diri lagi tapi sungkan. Haha

Yowes lah, pembelaan diri ku disini saja.
Begini ya temanku yang aku gak tau kamu bakal baca tulisanku atau tidak.
Menjadi bermanfaat bukan hanya ikut himpunan saja. Itu namanya kamu arogansi organisasi. Aku tahu jabatanmu tinggi di hima oleh sebab itu kamu menjunjung tinggi nama organisasimu, ingin menyeragamkan sesuatu yang berbeda dengan mengajak temanmu ikut hima. Tuhan saja menciptakan setiap manusia berbeda. Mengapa kamu ingin menyeragamkan. Kecuali seragam dalam urusan iman, beda lagi lho. Temanku, aku bukan kamu dan kamu bukan aku. Jangan pernah menyamakan aku dengan kamu. Semua orang punya prinsip masing-masing, jangan menerapkan prinsipmu kepada orang lain. Orang lain tak sama denganmu. Cantik menurutmu belum tentu cantik menurutku. Sudahlah, hidup ini mudah dan indah kok. Jangan dibuat susah dengan aturan2 dan prinsip2 yang kamu buat. Ikuti aturan Tuhan saja, aku pikir akan lebih indah. Dan satu yang aku benci dari mereka rata2, mereka ingin kami bergabung tetapi mereka tidak membuka kesempatan kepada kami untuk bertanya hal2 kecil mengenai mereka. Katanya,"Yang lain tau, masa kamu enggak". Kalimat inilah yang membuat pahamku semakin bertambah buruk terhadap citra kalian. Sudah, biarkan berjalan apa adanya. Reaksi terjadi karena ada zat lain ataupun ada sesuatu yang lain. Zat yang sama dan tidak ada sesuatu yang lain menyebabkan zat tersebut tidak akan bereaksi. Sekian.
Kemarin pas pulang baca bukunya Tere-Liye yang berjudul Ayahku (bukan) Pembohong. Ceritanya gak sebagus buku-bukunya yang lain. Novel ini mengisahkan tentang seorang anak yang dibesarkan oleh dongeng-dongeng. Bukan dongeng si sebenarnya, tapi cerita-cerita yang sulit diterima logika. Yang saya suka dari novel ini adalah banyak petuah-petuah yang dapat kita ambil. Misal

Waktu akan terus berjalan seberapapun menyakitkan atau seberapapun bahagianya saat itu.

Membalas keburukan dengan keburukan adalah sama saja dengan orang yang melakukan keburukan tersebut.

Ah, banyak yang lupa. Ceritanya kurang asyik sih, jadi kurang mengena. Sekian.

Selasa, 03 April 2012

Gak kerasa udah semester 4. Kayaknya baru aja ribut2 ngebet pengen pindah eee sekarang udah semester 4 dan gak jadi pindah kuliah. Hehe.
Mulai dipusingkan oleh mata kuliah-mata kuliah yang tambah tidak kumengerti. Bejana, kinetika reaktor, teknik pengolahan air, teknik perawatan, teknik pembakaran, keselamatan kerja dan kesehatan, teknik korosi dan operasi teknik kimia II.

Ternyata nelangsa sekali bila melihat temanmu bisa mengerjakan kuis dadakan dan kamu hanya bisa hewa-hewe. Seperti ingin bunuh diri saja *lebaj sitik*. Tentu saja ini karena aku sendiri dengan ketidakproduktifanku. Tidak, ini semua belum berakhir. Masih harus terus berlari. Mungkin menambah kecepatan bisa memperbaiki semuanya.

Harus belajar, harus mengerti. Kasian bapak ibuk kalo tau anaknya cuma hewa hewe tok di kampus. Bismillah

Meskipun aku tak bisa menggosok batu dan mengubahnya menjadi permata, setidaknya dengan kugosok akan kudapattkan batu yang berbeda :D