Jumat, 31 Agustus 2012

Setelah memohon-mohon kepada Tuhan supaya aku bisa kuliah Psikologi, sekarang malah males mau kuliah Psikologi. Manusia macam apa aku ini. Psikologi memang cita-citaku dari SMA kelas 3, cita-cita ini plagiat dari sahabatku Wek. Sebenarnya aku gak punya cita-cita. Pas Wek bilang kalo dia pengen jurusan Psikologi, aku ikut2an pengen daftar. Haha. Aneh ya. Dan anehnya lagi Anies juga ikut2an pengen Psikologi. Jangan2 Anies juga gak punya cita2 sepertiku. Jangan2 Anies juga pengen Psikologi gara2 Wek sama aku pengen kesana. Maklumlah, jaman2 labil.
Cita-citaku memang kuliah Psikologi. Tapi setelah aku bertanya jauuuuuuuhh dalam lubuk hatiku, aku punya cita-cita yang harus terpenuhi terlebih dahulu yaitu membahagiakan kedua orang tuaku dan bermanfaat untuk orang-orang di sekitarku. Kurasa tidak harus menjadi Psikolog jika ingin bermanfaat. Apakah aku akan lanjut kuliah Psikologi atau tidak? Biarlah waktu yang menjawab

Rabu, 29 Agustus 2012

Besok berangkat ke kampus B unair sodara-sodara. ITS kuliah mulai 3 September. Dan sekarang nganggur gur gur. Harusnya sih nyicil ngetik laporan KP. Udah nyicil si tapi yang namanya nyicil kan berarti sedikit to ya. Nggak banyak. Membayangkan semester ini membuatku ngantuk. Bisa gak ya kuliah 2? Kita tunggu jawabannya besok kalau sudah kuliah
Pagi datang untuk semiliar kalinya. Di balik jendela kulihat mentari tersenyum. Ah, lega rasanya. Kutengok sekali lagi, kuperhatikan senyumannya. Dia tidak tersenyum padaku. Sejak malam menjadi sahabatku dan kesunyian adalah penantianku, sejak itu pula mentari berpaling dariku. Dia lebih senang bersanding dengan awan yang meski harus menutupinya kemudian berganti nama menjadi mendung. Dia lebih senang karena dapat meneteskan air hujan yang dapat membasahi lahan-lahan kering pak tani. Dia lebih senang lagi karena akan bertemu dengan sahabatnya pelangi yang selalu dinantikan jutaan umat manusia yang kedatangannya selalu membuat orang merasa bahagia dan damai. Meskipun kau kadang ditinggalkan oleh awan ketika musim berganti tapi itu tak membuatmu bergeming untuk memilihku. Hingga pada suatu saat kulihat diri di cermin, kuputar tubuhku, kucermati seksama apa yang kurang dariku dan aku tidak menemukannya. Tuhan menciptakanku sempurna diantara mahkluk lain ciptaan-Nya. malaikat yang diagung2kan menjadi penjagamu pun bersujud kepadaku, manusia, atas perintah Tuhan.

Tapi aku manusia yang hanya bisa memandangimu dari kejauhan. Yang dapat merasakan hangatnya pancaranmu tapi tak pernah bisa menggapaimu. Yang mendoakanmu agar kau tak menghentikan sinarmu.

Mentari, tenanglah aku tetap akan bahagia jika tak dapat bersanding denganmu tapi teruslah menghangatkan tubuh kami, jangan memanaskan. Teruslah menjadi yang kedatangannya dinantikan. Teruslah membahagiakan kami dengan senyumanmu.

Ini bukan kisah kasih tak sampai, hanya berdoa agar cahaya matahari tidak menyebabkan kanker kulit.
Bukan, aku bukan orang galau seperti yang Komar kira. Mengapa harus mengira jika tanya saja bisa? Aku hanya memikirkan apa yang orang lain (mungkin) tak memikirkan. Atau jangan-jangan aku memikirkan seperti kebanyakan orang? Ah, maling kan tak pernah mau mengaku. Tapi sayang aku bukan maling. Aku juga tak tengah terpojokan oleh pendakwaan orang karena kupikir aku manusia bebas yang meskipun tidak berhak memilih tapi wajib berusaha.

Seperti pesakitan yang tengah mencari jalan keluar dari penjara. Mungkin jika harus menggali lubang supaya bisa keluar dari kungkungan ini, aku akan melakukannya meski lubang itu panjang dan dalam. Tapi entah penjara macam apa yang aku rasakan saat ini. Sudahlah, yang aku tahu, aku berhak bahagia. Yang aku tahu Tuhan tidak akan terus-menerus memberiku kesedihan. Janji Tuhan tidak pernah ingkar. --->Kalau yang begini namanya galau ya? O yasudah berarti benar kata maryos.

Selasa, 28 Agustus 2012

Konfik Batin

Seperti mencari yang tidak ada, sulit sekali menemukannya.

Bodoh! Mereka bisa menemukan mengapa kamu tidak? Sepertinya kamu tidak mencari hingga dapat dipastikan kamu tidak akan menemukannya.

Lantas aku harus bagaimana? Haruskah aku kuberlari ke hutan seperti Dian Sastro?

Hish..sudahlah terima nasib

Apakah aku harus menyerah dengan keadaan? Kalau kamu menungguku menyerah, maka kamu akan menungguku selamanya. Aku tidak mau mempermainkan diriku sendiri, terlalu banyak orang yang mempermainkanku, aku sudah lelah. Tahukah kamu jika aku bukan mainan!

Siapa yang bilang kau mainan? Aku hanya bilang terima saja nasib yang ada.

Tidak! Tuhan tidak menakdirkan nasibku begini. Nasibku berada ditanganku dengan izin Tuhan.

Ya sudahlah jika kamu bersikeras. Tapi apa yang sudah kamu usahakan untuk mencari? Kulihat dari tadi kau hanya memandangi home facebook, melihat-lihat status orang kemudian mengomentarinya. Untuk apa ingin tahu urusan orang? Sedang urusanmu saja tak kau urus.

Hehe..sek, sebentar lagi wes

Minggu, 26 Agustus 2012

Perjalanan 12 jam membuat kepalaku pusing. Sampai kos males cuci kaki langsung tepar. Bangun pukul setengah 12 dan rasanya sedih sekali karena ternyata aku sudah di kos, bukan di kamarku. Tapi hidup harus tetap berjalan. Air menggenang lama2 akan mengeruh, jika mengalir akan jernih.

Selalu ada hikmah di setiap perjalanan. Bahwa setiap kita memberi tak usah mengharap kembali. Apapun itu. Karena mengharapkan sesuatu dari manusia sama dengan percuma menurutku. Aku suka kalimat temanku yang berbunyi,"Kamu baik aku baik, kamu jahat aku tetap baik". Bukankah hidup di dunia ini bekal untuk di akhirat kelak? Mari menjadi orang baik dan mari berharap kepada Allah saja! :D