Rabu, 29 Agustus 2012

Pagi datang untuk semiliar kalinya. Di balik jendela kulihat mentari tersenyum. Ah, lega rasanya. Kutengok sekali lagi, kuperhatikan senyumannya. Dia tidak tersenyum padaku. Sejak malam menjadi sahabatku dan kesunyian adalah penantianku, sejak itu pula mentari berpaling dariku. Dia lebih senang bersanding dengan awan yang meski harus menutupinya kemudian berganti nama menjadi mendung. Dia lebih senang karena dapat meneteskan air hujan yang dapat membasahi lahan-lahan kering pak tani. Dia lebih senang lagi karena akan bertemu dengan sahabatnya pelangi yang selalu dinantikan jutaan umat manusia yang kedatangannya selalu membuat orang merasa bahagia dan damai. Meskipun kau kadang ditinggalkan oleh awan ketika musim berganti tapi itu tak membuatmu bergeming untuk memilihku. Hingga pada suatu saat kulihat diri di cermin, kuputar tubuhku, kucermati seksama apa yang kurang dariku dan aku tidak menemukannya. Tuhan menciptakanku sempurna diantara mahkluk lain ciptaan-Nya. malaikat yang diagung2kan menjadi penjagamu pun bersujud kepadaku, manusia, atas perintah Tuhan.

Tapi aku manusia yang hanya bisa memandangimu dari kejauhan. Yang dapat merasakan hangatnya pancaranmu tapi tak pernah bisa menggapaimu. Yang mendoakanmu agar kau tak menghentikan sinarmu.

Mentari, tenanglah aku tetap akan bahagia jika tak dapat bersanding denganmu tapi teruslah menghangatkan tubuh kami, jangan memanaskan. Teruslah menjadi yang kedatangannya dinantikan. Teruslah membahagiakan kami dengan senyumanmu.

Ini bukan kisah kasih tak sampai, hanya berdoa agar cahaya matahari tidak menyebabkan kanker kulit.

Tidak ada komentar: