Hidup ini seperti jalan. Tak selalu mulus dan lurus.
Suatu kali aku naik sepeda motor sama sahabatku. Melewati jalan sepi yang berbatu. Aku bertanya,"Kayake kemarin kita gak lewat jalan sini"
"Iya, tapi ntar lak tembuse sama kayak yang kemarin. Kita menghindari jalan macet"
Aku diam.
Kemudian bertanya,"Dengan tujuan dan jarak tempuh yang sama, kamu pilih jalan mulus tapi dilewati banyak orang atau jalan sepi tapi berbatu?"
"Kalau dengan jarak tempuh yang sama si aku milih jalan yang mulus tapi dilewati banyak orang", katanya mantap.
Tanpa ditanya balik, aku memberikan pernyataan,"Kalau aku sih jalan sepi tapi berbatu"
Tujuan hidup itu terkadang seperti jalan. Mulus tapi dilewati banyak orang, yang artinya kamu harus bersaing dengan orang lain, harus terseleksi dulu, siapa cepat dan lihai maka dialah yang akan sampai duluan. Atau jalan sepi yang berbatu, sainganmu bukan manusia tapi batu. Yang semuanya adalah sama-sama bernama ujian.
"Tapi kenapa kamu pilih jalan sepi yang berbatu, sedang jarak tempuhnya sama?", sahabatku penasaran.
"Yang pertama, aku gak suka ramai, bikin kepala puyeng. Yang kedua, jika nikmat yang dicapai sama, tapi ujian yang diterima lebih berat, maka nikmatnya akan terasa luarrrrr biasa dan kita akan bersyukur sekali atas nikmat tersebut"
Suatu kali aku naik sepeda motor sama sahabatku. Melewati jalan sepi yang berbatu. Aku bertanya,"Kayake kemarin kita gak lewat jalan sini"
"Iya, tapi ntar lak tembuse sama kayak yang kemarin. Kita menghindari jalan macet"
Aku diam.
Kemudian bertanya,"Dengan tujuan dan jarak tempuh yang sama, kamu pilih jalan mulus tapi dilewati banyak orang atau jalan sepi tapi berbatu?"
"Kalau dengan jarak tempuh yang sama si aku milih jalan yang mulus tapi dilewati banyak orang", katanya mantap.
Tanpa ditanya balik, aku memberikan pernyataan,"Kalau aku sih jalan sepi tapi berbatu"
Tujuan hidup itu terkadang seperti jalan. Mulus tapi dilewati banyak orang, yang artinya kamu harus bersaing dengan orang lain, harus terseleksi dulu, siapa cepat dan lihai maka dialah yang akan sampai duluan. Atau jalan sepi yang berbatu, sainganmu bukan manusia tapi batu. Yang semuanya adalah sama-sama bernama ujian.
"Tapi kenapa kamu pilih jalan sepi yang berbatu, sedang jarak tempuhnya sama?", sahabatku penasaran.
"Yang pertama, aku gak suka ramai, bikin kepala puyeng. Yang kedua, jika nikmat yang dicapai sama, tapi ujian yang diterima lebih berat, maka nikmatnya akan terasa luarrrrr biasa dan kita akan bersyukur sekali atas nikmat tersebut"



