Minggu, 09 Maret 2014

Sedia Payung Sebelum Hujan

Dulu, aku tak menyediakan payung sebelum hujan turun. Kupikir langit akan cerah seharian. Tapi perkiraanku salah. Angin berhembus kencang. Awan berkumpul menjadi satu membentuk mendung. Dan hujan. Saat hujan, kau malah berlari meninggalkan. Aku kehujanan, sendirian. Dingin. 

Meski hujan tak lagi turun, aku masih merasakan dingin itu. Dinginnya ditinggalkan. Dinginnya tanpa teman. Sampai akhirnya aku mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan. Aku sudah tak lagi kedinginan meski hujan turun begitu deras. 

Ini musim kemarau. Kau tiba-tiba datang, setelah sekian lama, menawarkan minuman dingin. Maka maaf, meski hari ini matahari membakar kulit, aku tak tertarik dengan minuman dinginmu. Cuaca bisa berubah setiap saat. Hujan turun bisa kapan saja. Panas terhapus air hujan. Dan kau? Jangan-jangan setelah hujan turun nanti kau akan berlari berteduh sendiri (lagi). Tapi tak masalah, aku sudah sedia payung. Maka, ada atau tak ada dirimu, sudah tidak ada artinya. Tawarkan saja minuman dingin kepada orang-orang yang sekiranya dia mau kau temani hanya saat cuaca cerah!  

Tidak ada komentar: