Tiba-tiba merasa bersalah dengan temanku Pendik. Tadi siang tepatnya sehabis kuliah, aku yang lagi ngunggu tes awal praktikum mencari-cari bahan untuk mainan. Melihat henpon Pendik tergeletak di meja, langsung kusamber. Set set set.
"Balikin Tilll...", Pendik dengan logatnya meminta henponnya kembali.
"Eits pasti ono rahasiane", dengan senyum-senyum jail, kuberikan henpon ke Regi. "Ayo Gik, buka mesej", kataku bersemangat. Pendik terus meronta-ronta.
"Nek gak onok rahasiane biasa ae ta, Pen", Regi yang tinggi menaikkan henpon ke atas. Pendik tak dapat menjangkau.
"Ojok taaa...", Pendik sudah mulai melas. Tiba-tiba Didik datang. Henpon pun diberikan ke Didik. Dengan sigap aku dan Regi menghalang-halangi Pendik mengambil henponnya.
"Woco en Dik", aku dan Regi serempak. Beneran ya, ini macam sinetron dan pelaku kejahatannya adalah aku, Regi dan Didik. Protagonisnya dapat ditebak laa yaa..
Keras-keras si Didik membaca inbox Pendik yang isi dari inbox itu salah satunya adalah sebut saja Melati. Melati digosipkan dengan Pendik karena sesuatu hal.
"Udah taa..", muka Pendik jauh lebih menyedihkan dari sebelumnya.
"Sek, tak balesi yo si Melati iki", Didik berseru bersemangat.
"Ojo..ojo..sakno Pendik, Dik", aku menengahi karena kupikir Melati akan sangat malu jika tau sms dibaca oleh senior. Kira-kira ada 5 orang an lebih yang ada di situ.
Haaaa...dan sekarang aku sangat merasa bersalah dengan Pendik. Aku merasa menzoliminya. Tidak seharusnya aku berbuat demikian. Its big big mistake. Hanya bisa berdoa semoga Allah mengampuni dosaku dan cintanya Pendik kesampaian. Aamiin
"Balikin Tilll...", Pendik dengan logatnya meminta henponnya kembali.
"Eits pasti ono rahasiane", dengan senyum-senyum jail, kuberikan henpon ke Regi. "Ayo Gik, buka mesej", kataku bersemangat. Pendik terus meronta-ronta.
"Nek gak onok rahasiane biasa ae ta, Pen", Regi yang tinggi menaikkan henpon ke atas. Pendik tak dapat menjangkau.
"Ojok taaa...", Pendik sudah mulai melas. Tiba-tiba Didik datang. Henpon pun diberikan ke Didik. Dengan sigap aku dan Regi menghalang-halangi Pendik mengambil henponnya.
"Woco en Dik", aku dan Regi serempak. Beneran ya, ini macam sinetron dan pelaku kejahatannya adalah aku, Regi dan Didik. Protagonisnya dapat ditebak laa yaa..
Keras-keras si Didik membaca inbox Pendik yang isi dari inbox itu salah satunya adalah sebut saja Melati. Melati digosipkan dengan Pendik karena sesuatu hal.
"Udah taa..", muka Pendik jauh lebih menyedihkan dari sebelumnya.
"Sek, tak balesi yo si Melati iki", Didik berseru bersemangat.
"Ojo..ojo..sakno Pendik, Dik", aku menengahi karena kupikir Melati akan sangat malu jika tau sms dibaca oleh senior. Kira-kira ada 5 orang an lebih yang ada di situ.
Haaaa...dan sekarang aku sangat merasa bersalah dengan Pendik. Aku merasa menzoliminya. Tidak seharusnya aku berbuat demikian. Its big big mistake. Hanya bisa berdoa semoga Allah mengampuni dosaku dan cintanya Pendik kesampaian. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar