Kamis, 31 Januari 2013

Aku benci menjadi sesensitif ini. Menjadi terlalu sensitif dengan orang-orang yang risih melihatku. Sayangnya aku bukan mama loren yang tebakannya selalu jitu. Sayangnya sensitivitasku hanya mampu melihat orang-orang yang risih dengan kedatanganku, hanya sebatas itu. Andai aku tahu mengapa mereka begitu, mungkin aku bisa memperbaikinya. Dan kebanyakan orang menyimpan rasa tidak sukanya yang begitu terlihat di raut wajah.

Mimpi

Aneh. Semua di sekitarku berasa aneh. Tak terkecuali aku sendiri. Aku hidup untuk orang lain tapi hidupku sendiri hancur. Hancur yang bagaimana? Semua yang ingin kukerjakan hampir tak terjamah. Mereka perlahan berjalan menjauh. Layaknya mimpi yang tak ingin kugapai. Mereka terus mengangkasa. Dan aku? Aku hanya memandangi mimpi2 itu dari kejauhan. Seperti balon yang berisi halogen yang kulepaskan dari genggaman tangan. Terbang. Seperti nyamuk yang sulit tertangkap. Apakah aku harus mempunyai amunisi layaknya obat nyamuk semprot supaya nyamuk2 itu mati ditanganku? Tidak. Aku tidak menginginkan mereka mati. Aku menginginkan mereka hidup bahagia bersamaku.

Seharusnya bahagia orang lain adalah bahagiaku. Seharusnya. Seharusnya aku mampu mengatur diriku sendiri untuk dapat dibagi dengan orang lain. Sayangnya tidak. Aku menyerahkan hidupku untuk orang lain tapi aku tak mengerti diriku sendiri.

Belum. Ini belum saatnya untuk menyerah. Mungkin benar jika aku butuh amunisi untuk kembali meraih mimpi-mimpi itu. Mimpi2 yang telah hibernasi lama. Mimpi2 untuk orang lain. Mimpi2 untuk orang2 yang tersayang.

Minggu, 20 Januari 2013

Sabtu, 19 Januari 2013

Sip. Nilaiku ancur semester ini. 4 SKS dapet BC. Semoga 2 nilai terakhir bagus2. Aamiin. ITS ancur, UNAIR tambah ancur. Wes mboh. Semester ini gak jelas blas. Gak ada yang fokus blas. Menyedihkan. Yang paling menyedihkan dalam hidup bukanlah mendapat nilai jelek, tapi mendapati nilai temanmu lebih bagus.

Terdampar di Rumah Uti

Karena disuruh ngadep dosen Senin, alhasil belum pulang juga sampai saat ini. Udah seminggu tertahan di kota terbesar kedua di Indonesia ini. Sering banget bapak dan ibuk sms,"Kapan wangsul?", atau teman,"Kon gak moleh tir?". Andai mereka tahu bahwa sebenarnya aku juga ingin sekali pulang.

Daripada di kos memandang layar leptop sendirian, aku memutuskan ke kampus setelah tahu kalo Dira dan Uti juga ke kampus. Sampai kampus gak langsung ngetik proposal TA. Buka facebook, klik guitar flash, hehe. Ketagihan main itu gara2 liat Unyen main. Setelah berkali-kali gagal memainkan beberapa lagu sampek habis, Uti menyarankanku untuk buka Toni Blank, sesuatu govermen yang mempunyai nilai. Uti bilang,"Rek aku moleh jam 4 yo, ono sedulurku soale".
"Ayo dir dolan nang uti", ajakku iseng.
"Nginep ae pisan ngko garap bareng", lanjutku yang kemudian disetujui oleh Dira.

Ternyata rumah Uti tu jauh ya. Berasa keluar kota. Hampir sejam kami baru nyampek. Sampai rumahnya Uti langsung disambut hangat mamanya,"Asyikk nginep". Kata Uti,"Mesti lak sok akrab".
"Iki ono roti promosi ketoro ne enak2", Mama Uti menyodorkan sekardus roti yang menggiurkan.
Digorengin ayam, eh tapi itu ayam bakar apa ayam goreng ya, mbuh wes gak ngurus sing penting enak :D
Mamanya Uti udah kenal duluan sama Dira, akrab malah. "Lho dek, iki sakkelompok pisan?"
"Gak, tiara nang kos dewe an dadi melok pisan"
"Pasangan e karo sopo?"
"Kalih maryos"
"Oalah maryos gandos"

Selesai makan mulai mengerjakan lagi. Papa Uti menawarkan jus alpukat. Dan selang beberapa saat muncullah jus alpukat hangat. Enak tapi lho, soale hawane adem rekk. Nek panas mbuh maneh.

Berarti tambah satu lagi daftar masakan paling lezat di dunia versiku
-masakan e ibukku
-masakan e ibuk e hajar
-masakan e ibuk e tiwik
-masakan e ibuk e uti
-masakan sing gratis2

Selasa, 15 Januari 2013

Pengen LI BU RAN dengan tidak membawa BE BAN. Dosen itu selalu bilang,"Dia kesusu mau pulang dia". Udah tau gitu tapi masihhhh aja laporan KP gak selesai2. Doakan hari ini selesai ya. Aamiin

Senin, 14 Januari 2013

Mau Kemana Setelah Lulus?

Tiba-tiba terlintas akan kemana aku setelah ini? Kupikir tugas akhir hanyalah sebuah fase untuk menuju ke level kehidupan yang lebih tinggi. Hanya itu. Jadi sepertinya aku tidak perlu berlarut-larut mencemaskan TA.

Fase kehidupan yang lebih tinggi yang otomatis ujiannya juga lebih tinggi lagi. Kembali ke masyarakat. Belum ada gambaran setelah ini akan kemana. Dosenku saja yang terlalu yakin dengan pertanyaan sekaligus pernyataannya,"Kamu gak akan LJ (lintas jalur) kan? Mending kuliah psikologi aja. Berhubungan sama manusia. Di laut ada manusia. Di gunung ada manusia. Kuliah psikologi itu 3,5 tahun bisa, nanti ambil profesi 1,5tahun. Lagian sekarang banyak orang stres. Laku kamu pasti".

Aku cuma bisa tarik nafas panjang dan berkata,"Saya gak boleh ujian semua buk. Gak tau boleh nglanjutin apa gak".
Sebenernya kemarin2 aku bisa titip absen ke temen tapi aku gak mau memulai semuanya dengan dosa. Takut gak berkah. Terkesan munafik si. Sebenernya lebih ke kasian sama temen yang dititipi absen, ikut2an nanggung dosa.

Pengen si. Pengen banget malah, nglanjutin psikologinya. Pengen jadi psikolog. Pengen punya klinik sendiri. Pengen pengen pengen. Tapi kira2 umur 24-25an lulus kuliah S1 itu tua banget gak si? Mateng mungkin ya, bukan tua. Kira2 Tuhan setuju gak ya aku jadi psikolog? Yeay, aku ikut maunya Tuhan saja. Biar kata si wahyu,"Wes talah, wong wedok iku gak usah muluk2. Golek bojo sing mapan ae". Setuju si, hehe. Tapi jadi ibu kan harus pinter juga biar anak2nya pinter.

Oke, dari tulisan ini dapat diambil kesimpulan. Kesimpulannya adalah saya masih abu2.

Sabtu, 05 Januari 2013

Allah sayang saya

Speechless pas Fitri bilang kalo Tiara sama Maryos dapet dosen pembimbing Ibu Niniek

Tangan kaki lemes
Oke saya lebay

Di jurusanku, ngerjain Tugas Akhir (TA) itu 2 orang. Kalo tanya kenapa, saya juga gak tau jawabannya. Dan masalah dosen pembimbing itu seharusnya milih sendiri tapi entah mengapa sang koordinator Tugas Akhir suka ngubah tatanan nama2 dosen yang udah kami pilih.

Jadi inget dulu pernah ngomong sama Blubblub,"Duh, aku gak patek seneng e oleh Bu M*r, mesti ngko diarahno nang inovasi". Awalnya, saya dan partner memilih Bu M*r. Bukan memilih sih, hasil kopyokan juga, maklum dosen d3 sedikit jadi kami memilih dikopyok supaya adil.
"Awakmu iku ancen e seneng sing diatur yo, Tir", kata Bulub waktu itu. Bukannya Bu M*r itu nggak teratur, tapi ibu itu baiiiiiikkk banget, sabar juga, sulit dijelaskan wes.

Kemarin dulu Bu Niniek juga pernah tanya pas saya ngadep tugas KP,"Kamu milih pembimbing siapa? Ketauan nanti kalo gak bisa buat diagram alir"
"Bu M*r, Buk"
"Wah enak kalo Bu M*r, baik hati"
Lha kok malah diambil alih sama Bu Cantik. Bingung saya. Padahal biasanya kalo ngadep ber-6, saya Hajar Galih Riski Tito Tri, saya yang sering kena omel karena gak mudeng2 kalo dijelasin. Ini kenapa jadi saya yang jadi anak bimbingnya.

Lindungi saya Allah. aamiin