Tiba-tiba terlintas akan kemana aku setelah ini? Kupikir tugas akhir hanyalah sebuah fase untuk menuju ke level kehidupan yang lebih tinggi. Hanya itu. Jadi sepertinya aku tidak perlu berlarut-larut mencemaskan TA.
Fase kehidupan yang lebih tinggi yang otomatis ujiannya juga lebih tinggi lagi. Kembali ke masyarakat. Belum ada gambaran setelah ini akan kemana. Dosenku saja yang terlalu yakin dengan pertanyaan sekaligus pernyataannya,"Kamu gak akan LJ (lintas jalur) kan? Mending kuliah psikologi aja. Berhubungan sama manusia. Di laut ada manusia. Di gunung ada manusia. Kuliah psikologi itu 3,5 tahun bisa, nanti ambil profesi 1,5tahun. Lagian sekarang banyak orang stres. Laku kamu pasti".
Aku cuma bisa tarik nafas panjang dan berkata,"Saya gak boleh ujian semua buk. Gak tau boleh nglanjutin apa gak".
Sebenernya kemarin2 aku bisa titip absen ke temen tapi aku gak mau memulai semuanya dengan dosa. Takut gak berkah. Terkesan munafik si. Sebenernya lebih ke kasian sama temen yang dititipi absen, ikut2an nanggung dosa.
Pengen si. Pengen banget malah, nglanjutin psikologinya. Pengen jadi psikolog. Pengen punya klinik sendiri. Pengen pengen pengen. Tapi kira2 umur 24-25an lulus kuliah S1 itu tua banget gak si? Mateng mungkin ya, bukan tua. Kira2 Tuhan setuju gak ya aku jadi psikolog? Yeay, aku ikut maunya Tuhan saja. Biar kata si wahyu,"Wes talah, wong wedok iku gak usah muluk2. Golek bojo sing mapan ae". Setuju si, hehe. Tapi jadi ibu kan harus pinter juga biar anak2nya pinter.
Oke, dari tulisan ini dapat diambil kesimpulan. Kesimpulannya adalah saya masih abu2.
Fase kehidupan yang lebih tinggi yang otomatis ujiannya juga lebih tinggi lagi. Kembali ke masyarakat. Belum ada gambaran setelah ini akan kemana. Dosenku saja yang terlalu yakin dengan pertanyaan sekaligus pernyataannya,"Kamu gak akan LJ (lintas jalur) kan? Mending kuliah psikologi aja. Berhubungan sama manusia. Di laut ada manusia. Di gunung ada manusia. Kuliah psikologi itu 3,5 tahun bisa, nanti ambil profesi 1,5tahun. Lagian sekarang banyak orang stres. Laku kamu pasti".
Aku cuma bisa tarik nafas panjang dan berkata,"Saya gak boleh ujian semua buk. Gak tau boleh nglanjutin apa gak".
Sebenernya kemarin2 aku bisa titip absen ke temen tapi aku gak mau memulai semuanya dengan dosa. Takut gak berkah. Terkesan munafik si. Sebenernya lebih ke kasian sama temen yang dititipi absen, ikut2an nanggung dosa.
Pengen si. Pengen banget malah, nglanjutin psikologinya. Pengen jadi psikolog. Pengen punya klinik sendiri. Pengen pengen pengen. Tapi kira2 umur 24-25an lulus kuliah S1 itu tua banget gak si? Mateng mungkin ya, bukan tua. Kira2 Tuhan setuju gak ya aku jadi psikolog? Yeay, aku ikut maunya Tuhan saja. Biar kata si wahyu,"Wes talah, wong wedok iku gak usah muluk2. Golek bojo sing mapan ae". Setuju si, hehe. Tapi jadi ibu kan harus pinter juga biar anak2nya pinter.
Oke, dari tulisan ini dapat diambil kesimpulan. Kesimpulannya adalah saya masih abu2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar