Aneh. Semua di sekitarku berasa aneh. Tak terkecuali aku sendiri. Aku hidup untuk orang lain tapi hidupku sendiri hancur. Hancur yang bagaimana? Semua yang ingin kukerjakan hampir tak terjamah. Mereka perlahan berjalan menjauh. Layaknya mimpi yang tak ingin kugapai. Mereka terus mengangkasa. Dan aku? Aku hanya memandangi mimpi2 itu dari kejauhan. Seperti balon yang berisi halogen yang kulepaskan dari genggaman tangan. Terbang. Seperti nyamuk yang sulit tertangkap. Apakah aku harus mempunyai amunisi layaknya obat nyamuk semprot supaya nyamuk2 itu mati ditanganku? Tidak. Aku tidak menginginkan mereka mati. Aku menginginkan mereka hidup bahagia bersamaku.
Seharusnya bahagia orang lain adalah bahagiaku. Seharusnya. Seharusnya aku mampu mengatur diriku sendiri untuk dapat dibagi dengan orang lain. Sayangnya tidak. Aku menyerahkan hidupku untuk orang lain tapi aku tak mengerti diriku sendiri.
Belum. Ini belum saatnya untuk menyerah. Mungkin benar jika aku butuh amunisi untuk kembali meraih mimpi-mimpi itu. Mimpi2 yang telah hibernasi lama. Mimpi2 untuk orang lain. Mimpi2 untuk orang2 yang tersayang.
Seharusnya bahagia orang lain adalah bahagiaku. Seharusnya. Seharusnya aku mampu mengatur diriku sendiri untuk dapat dibagi dengan orang lain. Sayangnya tidak. Aku menyerahkan hidupku untuk orang lain tapi aku tak mengerti diriku sendiri.
Belum. Ini belum saatnya untuk menyerah. Mungkin benar jika aku butuh amunisi untuk kembali meraih mimpi-mimpi itu. Mimpi2 yang telah hibernasi lama. Mimpi2 untuk orang lain. Mimpi2 untuk orang2 yang tersayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar