Selasa, 26 Februari 2013

Wes, Gak Bakal Nang Medical Center Maneh

Karena udah menjelang batukku gak sembuh2 akhirnya kuputuskan untuk ke pusat kesehatan ITS. Selama di Surabaya gak pernah priksa ke dokter, kalo sakit paling2 minum obat yang di jual bebas udah sembuh. Sebenernya baru sakit berapa hari sih tapi gara2 Bu Niniek bilang,"Kasian ini Tiara, ngerjain sampek sakit", jadilah berobat, niatnya biar cepat sembuh.

Kemarinnya lagi aku udah beli obat batuk, tanya sama mbak apotek,"Mbak obat batuk paling manjur apa?"
"Ini mbak, rasanya enak. Saya sekeluarga pakenya obat ini", Mbak apotek menyodorkan sebotol obat sirup.
"Oh, berapa mbak?"
"tiga ribu lima ratus"
*tercengang
Obat batuknya murah banget ya, semoga sembuh, pikirku waktu itu. Nah, biasanya obat itu kan bikin ngantuk. Obat yang satu itu beda. Setiap kali minum obat, mata ku langsung melek, gak ngantuk blas!
Bisa jadi rekomendasi obat pas ngerjain TA tuh! Obat anti ngantuk.
Karena gak sembuh2, akhirnya beli obat lagi, harganya lebih mahal dari obat yang pertama Rp.27.500,00. Sore setelah hujan2an malah pengen minum es. Kata dosen faal, es tidak menyebabkan batuk. Minum es, makan pedes terus makan better yang dikasih Anies. Aku sih gak mau nyalahin makanan gak mau nyalahin obat, kayaknya emang jatahnya sakit.
Dannn batukku belum sembuh, malah makin menjadi.
Periksa ke pusat kesehatan. Antri lamaaaaa banget. Kulihat wajah setelah keluar dari ruang priksa, wajahnya suntuk, seperti mengaduh, aneh2 pokoknya. Hingga tiba giliranku.
"Amanda"
Aku masuk ke dalam ruang priksa.
"Sakit apa, Nda?", tanya dokter.
"Batuk pilek pusing", jawabku. "Dok saya kemarin udah minum obat tapi kok malah tambah parah ya?", tanyaku hati2 dengan suara bindeng.
"Ya nggak tau, masak tanya sama saya. Kamu beli obat dimana?", nada dokternya tinggi.
"Di apotek"
"Yaudah tanya sama apotek nya", nadanya masih tinggi. Gila ya, percuma aku tanya sama seorang dokter. Ya, seorang dokter. Kalo jawabnya cuma gitu sih, aku tanya sama temenku pasti dia juga bisa jawab kayak gitu. Terus apa bedanya dokter sama bukan dokter?

Setelah dipriksa suhu badan sama detak jantung, aku kembali ke tempat duduk semula.
"Dok, ini tadi yang dipanggil gak dateng sekarang udah dateng. Dia dulu apa gimana?", tanya suster.
"Yaudah dipanggil aja"
"Dok ini Pak Sadino udah nunggu lama. Pak Sadino dulu aja apa gimana?"
"O..Pak Sadino pasienku iki. Iyawes Pak Sadino sek", kata dokter. Si dokter naroh daftar orang yang disebut tadi (yang tadi dipanggil gak dateng) di urutan paling belakang. "Lah, iki askes kabeh", setelah berkata demikian, dokter menaruh daftar orang yang di urutan paling belakang jadi yang paling depan setelah Pak Sadino.

Kenapa ya, orang yang punya jabatan itu mayoritas merendahkan orang di bawahnya dan sangat menghormati orang di atasnya. Kenapa ya, orang juga sangat menghormati orang yang mempunyai pengaruh dengan hidupnya. Apakah itu yang dinamakan manusiawi? Mengapa semua mengatasnamakan manusiawi? Mengapa manusia begitu pandai membanding-bandingkan? Mengapa banyak orang munafik dengan berpura-pura baik di depan orang yang dia segani tapi berperilaku tidak baik kepada orang dibawahnya? Mending si, kalo pura-pura baik di depan semua orang. Kan katanya Allah tidak akan tega melihat hambaNya berpura-pura baik? Dan akhirnya aku menyimpulkan sendiri, kalo semua orang di dunia ini baik, gak ada neraka dong, kan kasian setan menetap sendirian di neraka.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah,"Emang sing nulis baik yaaaa? Sampek ngira ada orang tidak baik"
Hehehe..yo gak si, tapi maunya belajar jadi orang baik, yang bisa memperlakukan semua orang dengan baik juga. Maunya,,hehe..Doain ajalah :D
Ceruk-ceruk kebahagiaan sedang kosong dan menanti untuk diisi. Jika hidup membutuhkan pengorbanan, maka aku akan berkorban. Jika hidup membutuhkan perjuangan, maka aku akan berjuang. Jika hidup tak membutuhkanku, maka lebih baik aku mati. Bukan kalimat putus asa. Hanya tak mampu menggambarkan gairah yang tak mau muncul akhir-akhir ini.

Mengizinkan semuanya berantakan dan di luar kendaliku adalah borok menahun yang sulit sekali kusembuhkan. Ya, hanya aku yang mampu menyembuhkannya. Aku tak butuh siapapun untuk membangkitkanku sebab berjuta kata-kata akan hanya terkubur jika selamanya seseorang tak mau berusaha bangkit dari keterpurukan.

Kutumpahkan semua ceritaku pada Tuhan hingga pada suatu titik aku merasa banyak sekali yang harus kupinta pada-Nya. Saat itulah bibirku kelu mengucap doa. Jangan-jangan niatku salah. Jangan-jangan aku menjadikan Tuhan hanya sebagai tempat pelarian. Jangan-jangan aku hanya mendekat jika ada maunya.

Senin, 25 Februari 2013

Teruntuk sahabatku yang tak mungkin kutulis namanya...

Cinta, jika terus kau pupuk maka akan tumbuh besar layaknya tanaman depan rumahmu. Cinta, jika hanya kau sembunyikan maka lama2 dia akan membesar tak terkira layaknya kau menahan kentutmu, semakin kau tahan semakin kau ingin mengeluarkannya dan kau pasti tau jika kentut itu berhasil keluar, bunyinya mungkin seperti senapan peluru tuan pemburu.

Jika kau hanya akan terus menyimpan sakit jika seorang yang lain merebutnya diam-diam tapi tercium olehmu, aku sungguh tak tega. Aku takut lama-lama kau akan melemah. Atau mungkin itu motivasimu untuk terus bangkit? Jika iya, ajari aku mencintai seseorang diam-diam sepertimu. Supaya motivasi masa depanku menjadi berkobar sepertimu. Supaya mimpi-mimpiku lebih indah sepertimu. Supaya aku menyimpan tulisan-tulisan terbaik untuk seseorang yang kurindukan diam-diam, percis sepertimu. Tapi kupikir, aku ingin mandi kemudian ke kampus untuk menemui perempuan cantik mirip ibuku yang menyuruhku tidur selama 2 hari supaya batukku sembuh.   Menurutmu, jika aku tidur selama 2 hari akankah proposalku selesai? Akankah malaikat berniat membantuku jika dalam tidur aku berdoa supaya sakit batuk dan proposalku beres? Kurasa tidak. Jadi? Sudahlah






Kapan kamu datang
Kapan kamu pergi
Kapan kamu ada
Kapan kamu hilang
Kapan kamu berusaha menghilang
Kapan kamu berusaha menghilangkan aku dari ingatanmu
Kapan kamu berusaha menjauhiku
Kapan?
Hanya kamu dan Tuhan yang tahu
Sebab semua tak menjanjikan
Sebab semua memang tidak ada artinya
Sebab aku masih ingin berlari
Berlari mengejar apapun itu
Mengejar mauku

Rabu, 13 Februari 2013

Uti yang baik hati

"Sana beli kacang ijo, dimasak, tak tunggu di sini. Lab TBAN-nya tutup kan? Eman kalo gak dipakek kelapanya", kata Bu Niniek sambil mengeluarkan uang selembar duapuluh ribuan. Teman2 seisi ruangan Bu Niniek tertawa aku meringis. Wes dari kemarin suruh buat bubur kacang ijo terus.
"Kamu kalo belum bisa bikin bubur kacang ijo berarti belum bisa bikin VCO", Ibu itu selalu mendominasi pembicaraan.
"Lho bu, apa hubungannya?"
"Kan belajar ketermpilan"
*mikir lama
"Buk, gak usah bikin bubur kacang ijo yaaa...ini aja dibuat VCO, nyoba dulu diperes manual", pintaku berkali-kali.
Kemarinnya lagi sudah beli kelapa 2 butir kemudian diparut kemudian dibuang karena eh karena kelamaan nunggu Maryos dateng. Setelah Maryos dateng, aku nya yg pergi. Hehe. Aku ke kampus lagi kelapa sudah berbau tak enak. Kalo yg kemarin juga beli 2 kelapa lagi kemudian di parutkan. Janjian sama Pak Amet, sang penjaga lab, jam setengah8 dan aku ke kampusnya setengah 10. Panteslah kalo Pak Amet sudah amblas. Biasanya selalu standby di lab, karena ada pelatihan, pergilah beliau meninggalkan aku dan kelapaku.

Sampek kampus setengah 10, Maryos belum bangun. Beli kelapa sendiri, mbalik2 sudah jam setengah 11.
"Ngkok ae garap e yo, aku ono kuliah", pinta Mar
"Mbok pikir aku gak kuliah"
hap hap hap
Kuliah selesai, Maryos amblas. Kemudian aku berpikir untuk ikut2an amblas, tapi aku kasian sama sang kelapa, takutnya dia sedih ditinggalkan seorang diri di dunia ini.
Lab TBAN, Pak Amet pelatihan. Lab Mikrobiologi, Pak Sugeng gak tau kemana. Disarankan Uti untuk membuatnya di rumah Hajar alias kosanku. Eeee..lab TPL bukak, izin Mbak Ratri pinjem alat2. Ehm, karena alat press nya di lab tban, akhirnya meres pake mukena. Lagi2 saran Uti. Mukena yg uelek yg sudah digunting seseorang yg akhir2 diketahui ternyata yg mengguntingnya Uti (kakean "yg"), Manasin air, kemudian mencampurnya dengan kelapa. Awalnya parutan kelapa ada di dalam kresek, kemudian di pindah ke mukena (maksud hati mau langsung meres, tp yo gak bisa wong gak ada air e, kecuali kalo di press baru langsung bisa di press), setelah di mukena, kelapa dipindah  ke wadah kuning, pindah lagi ke panci. Pertanyaannya, siapa nama penjaga lab sebelah lab TPL?
"Mbah, parutan e mambu, opo goro2 kakean dipindah2 yo?"
"Iyo paling Tir, kelopo ne mumet"
"Mbah, suwun yo gelem ngancani"
"Halah lebay"
&^%#$^*())#@#$%^
"Eh Tir, untung lab KA gak onok Pak Pendik yo, ngko tersinggung la'an nek dewe ng kene", kata Mbah Uti kemeroh (sok tau).
"Jare 2010 gak oleh gawe lab KA"
"Iyo yo, bingung",
*jangan ditiru, adegan berbahaya (dibaca : rasan2)
Meres udah dapet lumayan, Maryos dateng.
"Mar, ono Pak Pendik lho", seringaiku. Maryos ada masalah sama Pak Pendik, karena dia penakut jadi dia lebih memilih menghindar. Tapi nek dibilang penakut pasti ngomel2.
Kreeekkk....pintu lab KA dibukak. Pak Pendik keluar.
*Maryos mati gaya
Naik ke lantai 3, nyari botol kosong.
"Golek selang ndang", suruh Maryos. Selang dipake untuk mbuang air, soale yg dijadiin VCO yg krimnya. Aku langsung turun ke lantai 2 ke lab TPL. Waktu semester 5, aku praktikum biogas. Nah, kebetulan ada botol bekas biogas yg belum dicuci yg selang nya masih nglawer yg di dalamnya masih ada isinya (paling kotoran sapi campur sampah organik), langsung tak cabut. Naik ke lantai 3.
"Iki Mar, yo opo carane?"
"Sek yo tak coba", kemudian dia mempraktekkan dengan air biasa.
"Wes lebokno ayo, cekeli iki?", kata Mar
"Nganggo selang ae yos", saran Mbah Uti
"Gak isok metu"
"Wes sedoten ae yos"
(aku diam noleh Mar noleh Mbah Uti)
Maryos dengan sigap nyedot.
(aku masih tetap kasihan melihat proses penyedotan meski hanya sebentar)
"Mar, sepurane yo, ojok ngamuk, iku mau....hahahahhahaha", aku tidak bisa melanjutkan kalimatku
"Bekas biogas?", Mbah Uti menebak
"Hahahahaha..wes kono nek meh muntah sek, cek aku karo Mbah Uti sing nyekeli"
"%$#@$^&%#@&(()%#@@|]$##", kata Maryos gak jelas.
Keluar dari kamar mandi, masih ae Maryos ngomel2,"Kon..kon..kemproh kabeh", katanya nunjuk aku dan Mbah Uti. FYI, ujung selang yg disedot Maryos adalah selang yg nacep di proof botol.
"Kejadian e begitu cepat rek, aku mau hanya bisa terbengong-bengong tok", aku membela diri.

Maryos gondok. Aku diajak Uti sholat ashar. Dan pertanyaanku seperti biasa,"Mbah, kon iman ta aku makmum?"

Ke kosan Dira menyerahkan formulir beasiswa.
"Sek Tir, flash disk e Dira nandi yo?", Uti membuka tas. Aku ikut buka2 saku tas dan menemukan botol kecil berisi surat. Dan surat itu aku namakan SURAT BOTOL. Hehe
"Ndelok Mbah"
"Ojok Tir"
"Mbah ndelok"
"Tir ojok"
klontaaang...botol jatuh tapi nggak pecah. *sepurane Mbah!
"Heh opo rek?"Dira membukakan pintu dg mengenakan mukena
"Dir flashmu gak ono ketinggalan ng sunprint kayake", Uti nyelmur
"Yowes kene melbu sek"
"Kene tas e tak gawakke kok ribet"
"Ojok tir"
"gak tak jupuk botol e mbah"
"gak gak"
"yowes jaket e tak gawakke"
"gak gak"
"yowes nek gak gelem"
"wong gak gelem ditulungi malah nggondok..hahaha"

Kemudian nggedabrus sampek maghrib.
 "Aku lho bingung karo bearbrand. Susu sapi tapi gambar e beruang nah iklan e nogo", Uti mulai menganalisa dan tidak kemeroh. Aku berniat mendaftarkan Uti standup comedy tapi malu katanya kalo ntar gak lucu. Padahal kami punya Ahlan, yg kalo ada kejadian gak lucu dia menganggapnya lucu, kalo kejadian lucu dia menganggapnya lucu banget, kalo kejadiannya lucu banget dia menganggapnya luwwweecccu buuuaaanggeeet. Nek ngakak seru pisan. Jadi kurasa cukuplah membawa Ahlan supaya joke2 Uti ada yg menertawakan. Hehe. (tapi sering2e lucu kok *ngapik-apik soale mari dikancani meres kelopo wkwkwkwk)

Gantian aku yang imam sholat magrib, e aku malah ngentut pas rakaat kedua. Akhir e sholat sendiri2 wes.

Balik ke kampus karena sepedaku di kampus. Mbah Uti pulang, aku ke Bungkul, searah jadi bareng deh. Pas Uti ada di depanku aku mbatin (Bahasa Indonesia ne mbatin opo rek?), "Bensin e Uti hemat yo, paling nek meh budal kuliah ngisi bensin sek", rumah Uti jauh dari kampus. Sekitar 45 menit-1jam an.

Sampek Bungkul sms Uti
"Wes nyampe omah ta?"
"Durung tir mogok"
"Motor e mogok?ta dalan e?"
Setengah jam an kurang baru dibales
"Motor tir tibakno ke.entekan bensin hahaha"
"Aku mau lho mbatin mbah,'bensin e uti hemat yo' wkkwkwk"
"Hahahahaha lain kali ojo nggae ilmu kebatinan tir ngomong ae soale aku mau yo g kpikiran blas ndelok bensinku alias luali nemen aku"

Buat Uti : maaf yo, lain kali gak mbatin2 wes
Buat Maryos : maaf yo, aku ngerti kon jijikan. dadi iku tak ajari cek gak jijikan
Buat Dira dan Iin : terima kasih sudah menumpangi nggedabrus

Senin, 11 Februari 2013

Mimpi itu seperti kupu2, indah

Tapi bagiku
Mimpi itu seperti kupu2, mudah terbang
Tapi kini aku jarang menemukan kupu2
Mengapa mereka hilang?
Apakah mereka juga seperti mimpiku, yang juga hilang?

Sebenarnya semua sudah ditentukan belum?

Sebenarnya semua sudah ditentukan belum? Ketika bertanya hal tersebut, banyak orang menjawab semuanya sudah ditentukan, tinggal usaha masing2. Apa itu usaha? Mengapa semua orang ingin berusaha? Jawabannya ada di Al Quran, Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mau mengubahnya. Lantas bagaimana dengan kuli2 yang bekerja keras? Bukankah itu juga suatu usaha untuk memperbaiki hidupnya? Tapi mengapa rata2 pekerja yg banyak menggunakan otot bergaji rendah, berpenghidupan banyak yg tidak layak. Sebenarnya layak atau tidaknya suatu penghidupan berdasarkan kriteria apa sih? Mengapa manusia suka sekali menilai sesuatu dari luarnya? Bahwa sesuatu itu baik, sesuatu itu buruk. Sesuatu itu cantik sesuatu itu buruk. Sesuatu itu cacat sesuatu itu sempurna. Membandingkan lebih tepatnya. Mereka membandingkan bahwa menjadi ini enak menjadi itu tidak enak.

Selasa, 05 Februari 2013

Selasa, 05 Februari 2013

Pukul 8 malam aku baru berangkat dari kampus ke bungkul. Sampek sana langsung disuruh Nunis ngajarin Karina. Karina sekarang kelas 4 SD dan mendapat PR dari ibu gurunya yang entah bernama siapa. PR yang diberikan ibu guruya Karina adalah 10 soal Matematika bab pertambahan dan pengurangan bilangan positif-negatif. Kurang 2 nomer, Mas Advin nyuruh anak2 ngumpul, mau bagi2 susu. Aku menyuruh Karina ikut ngumpul dulu, baru setelah itu menyelesaikan PR lagi. Selesai bagi2 susu, Karina mendekat padaku. Tiba2 ada bapak2 bertindik ngomong ke Rizki,"Wes nang kene ae, ono satpol PP".
"Iki lho mbak-mbak mas-mas e wes kate moleh". Aku hanya menoleh sebentar dan ngajari Karina lagi. Duan meminjam ponselku untuk bermain game. Dimas juga pengen pinjem, tapi gak berani minta ke Duan. Lia berteriak2,"Operasi KTP...Operasi KTP..."
"Mbak Tiala duwe KTP gak?", tanya Dimas
"Duwe, Dimas duwe gak?"
"Gak duwe, tapi bapakku duwe"
"Nek Mas Yudi duwe KTP gak?"
"Duwe"
"Nek Nopi duwe KTP gak?"
"Gak duwe"
"Opo o Dimas karo Nopi gak duwe KTP?"
"Ehmm..soale gak duwe KTP?"
"Opo o kok gak duwe"
"Yo soale gak duwe KTP mbak!"
*anak pintel. FYI, Yudi Nopi dan Dimas itu 3 bersaudara. Yudi berumur sekitar 11 tahun. Dimas 5 tahunan paling. Nopi 1 tahunan paling.

"Mbak ojok moleh sek po o. Nunggu satpol pp ne ilang", pinta Lia
"Tapi Mbak Tiara sayang sek to", aku menyodorkan pipi
"Tapi ojok moleh sek"
"Iyo, sayang sek tapi". Dan Lia pun kemudian menghilang.

Kembali ke Karina. Soal nomer 10 bisa tak jawab tapi gak sesuai sama perintahnya.
Pertanyaannya:
Aku bilangan ganjil, jika aku dikurangi -14 maka hasilku positif, kemudian jika aku ditambahkan -23 hasilku 1. Berapakah aku?

Berkali-kali tak coba, hasilku bilangan genap. Tanyalah aku sama Mas Angga. Gak bisa juga. Hasilnya genap. Cintya ikut2an jawab gak berhasil juga. Mas Rufi cuma liat. Mas Dodo cuma liat juga sambil bilang,"Rek, iki lho pelajaran kelas 4 rek", dia gak mau nyoba, gengsi kali kalo gak nemu jawabannya. Akhirnya soal diserahkan pada Mas Advin. Yee..podo ae gak isok. Sampek Mas Advin sms Mbak Ika, yang katanya Dosen. Gak bisa juga.

Karina bilang,"Biar Bu Guru aja yang ngerjain mbak". Hahahah
Banyak yang pamit pulang dan aku juga ikut pulang sebab aku sudah tidak melihat satpol pp di sekitar situ.Meminta ponsel kepada Duan. Duan beranjak dari tempat duduknya disusul oleh Dimas.
"Mas, ngko lek ono satpol pp ne di anu ambek iku yo?", tanya Dimas. Duan membawa sabuk, gak tau punya siapa.

Jadi, kesimpulan dari tulisan ini adalah aku merasa bersyukur sekali karena masa kecilku tidak dibayang2i satpol pp. Tuhan, jaga mereka. Jaga adik2ku. Aamiin.

Senin, 04 Februari 2013

Saya aneh, benar2 aneh. Kemarin mengerjakan di kampus males karena banyak orang. Mengerjakan di perpus malah ujung2nya cerita sama Uti tentang kekuatan kami masing2. Sekarang, mau mulai nulis aja gak punya ide. Padahal sudah sepi, sudah gak ada temen ngobrol. Heran.

Bingung harus memulainya dari mana. Kayaknya saya gak maju2 gara2 kebanyakan bingung ini. Dikit2 bingung, dikit2 nyerah, dikit2 liat kasur pengen tidur, dikit2 males, dikit2 pengen makan, dikit2 pengen pup, dikit2 pengen pipis. Lah kapan ngerjainnya kalo gini. Mana partner sakit, tambah males ngerjain TA. Haaaaaa..butuh motivasi..Bisa beli dimana yaaaaaaaaaaaaaaaa?

Sabtu, 02 Februari 2013

Saya bahagia karena akhirnya punya sahabat. Entah mereka menganggap sahabat atau bukan yang jelas saya menyimpan rahasianya dan dia menyimpan rahasia saya. Orang2 bilang kami aneh. Kalo kata Bul,"Iki diro ayu2 yo melu ae dadi longor". Haha. It means saya sama Uti gak ayu. Ancen e. wkwkwk
Sebenernya yang lebih kasian si Uti, soalnya wajahnya dimirp2in sama saya. Secara hidung saya pesek *sadar diri. Eh hidung Uti pesek juga gak ya? Besok deh kalo ketemu tak liat e.
Maryos bilang kami trio dodok. Soalnya pas di TKP dimana kami berada yang kebetulan ada Maryos, kami bertiga sama2 lagi ndodok (jongkok),"Iki wong 3 aneh kabeh, iso2ne ndodok bareng". Dan tercetuslah ide membuat sambel dodok.