Pukul 8 malam aku baru berangkat dari kampus ke bungkul. Sampek sana langsung disuruh Nunis ngajarin Karina. Karina sekarang kelas 4 SD dan mendapat PR dari ibu gurunya yang entah bernama siapa. PR yang diberikan ibu guruya Karina adalah 10 soal Matematika bab pertambahan dan pengurangan bilangan positif-negatif. Kurang 2 nomer, Mas Advin nyuruh anak2 ngumpul, mau bagi2 susu. Aku menyuruh Karina ikut ngumpul dulu, baru setelah itu menyelesaikan PR lagi. Selesai bagi2 susu, Karina mendekat padaku. Tiba2 ada bapak2 bertindik ngomong ke Rizki,"Wes nang kene ae, ono satpol PP".
"Iki lho mbak-mbak mas-mas e wes kate moleh". Aku hanya menoleh sebentar dan ngajari Karina lagi. Duan meminjam ponselku untuk bermain game. Dimas juga pengen pinjem, tapi gak berani minta ke Duan. Lia berteriak2,"Operasi KTP...Operasi KTP..."
"Mbak Tiala duwe KTP gak?", tanya Dimas
"Duwe, Dimas duwe gak?"
"Gak duwe, tapi bapakku duwe"
"Nek Mas Yudi duwe KTP gak?"
"Duwe"
"Nek Nopi duwe KTP gak?"
"Gak duwe"
"Opo o Dimas karo Nopi gak duwe KTP?"
"Ehmm..soale gak duwe KTP?"
"Opo o kok gak duwe"
"Yo soale gak duwe KTP mbak!"
*anak pintel. FYI, Yudi Nopi dan Dimas itu 3 bersaudara. Yudi berumur sekitar 11 tahun. Dimas 5 tahunan paling. Nopi 1 tahunan paling.
"Mbak ojok moleh sek po o. Nunggu satpol pp ne ilang", pinta Lia
"Tapi Mbak Tiara sayang sek to", aku menyodorkan pipi
"Tapi ojok moleh sek"
"Iyo, sayang sek tapi". Dan Lia pun kemudian menghilang.
Kembali ke Karina. Soal nomer 10 bisa tak jawab tapi gak sesuai sama perintahnya.
Pertanyaannya:
Aku bilangan ganjil, jika aku dikurangi -14 maka hasilku positif, kemudian jika aku ditambahkan -23 hasilku 1. Berapakah aku?
Berkali-kali tak coba, hasilku bilangan genap. Tanyalah aku sama Mas Angga. Gak bisa juga. Hasilnya genap. Cintya ikut2an jawab gak berhasil juga. Mas Rufi cuma liat. Mas Dodo cuma liat juga sambil bilang,"Rek, iki lho pelajaran kelas 4 rek", dia gak mau nyoba, gengsi kali kalo gak nemu jawabannya. Akhirnya soal diserahkan pada Mas Advin. Yee..podo ae gak isok. Sampek Mas Advin sms Mbak Ika, yang katanya Dosen. Gak bisa juga.
Karina bilang,"Biar Bu Guru aja yang ngerjain mbak". Hahahah
Banyak yang pamit pulang dan aku juga ikut pulang sebab aku sudah tidak melihat satpol pp di sekitar situ.Meminta ponsel kepada Duan. Duan beranjak dari tempat duduknya disusul oleh Dimas.
"Mas, ngko lek ono satpol pp ne di anu ambek iku yo?", tanya Dimas. Duan membawa sabuk, gak tau punya siapa.
Jadi, kesimpulan dari tulisan ini adalah aku merasa bersyukur sekali karena masa kecilku tidak dibayang2i satpol pp. Tuhan, jaga mereka. Jaga adik2ku. Aamiin.
"Iki lho mbak-mbak mas-mas e wes kate moleh". Aku hanya menoleh sebentar dan ngajari Karina lagi. Duan meminjam ponselku untuk bermain game. Dimas juga pengen pinjem, tapi gak berani minta ke Duan. Lia berteriak2,"Operasi KTP...Operasi KTP..."
"Mbak Tiala duwe KTP gak?", tanya Dimas
"Duwe, Dimas duwe gak?"
"Gak duwe, tapi bapakku duwe"
"Nek Mas Yudi duwe KTP gak?"
"Duwe"
"Nek Nopi duwe KTP gak?"
"Gak duwe"
"Opo o Dimas karo Nopi gak duwe KTP?"
"Ehmm..soale gak duwe KTP?"
"Opo o kok gak duwe"
"Yo soale gak duwe KTP mbak!"
*anak pintel. FYI, Yudi Nopi dan Dimas itu 3 bersaudara. Yudi berumur sekitar 11 tahun. Dimas 5 tahunan paling. Nopi 1 tahunan paling.
"Mbak ojok moleh sek po o. Nunggu satpol pp ne ilang", pinta Lia
"Tapi Mbak Tiara sayang sek to", aku menyodorkan pipi
"Tapi ojok moleh sek"
"Iyo, sayang sek tapi". Dan Lia pun kemudian menghilang.
Kembali ke Karina. Soal nomer 10 bisa tak jawab tapi gak sesuai sama perintahnya.
Pertanyaannya:
Aku bilangan ganjil, jika aku dikurangi -14 maka hasilku positif, kemudian jika aku ditambahkan -23 hasilku 1. Berapakah aku?
Berkali-kali tak coba, hasilku bilangan genap. Tanyalah aku sama Mas Angga. Gak bisa juga. Hasilnya genap. Cintya ikut2an jawab gak berhasil juga. Mas Rufi cuma liat. Mas Dodo cuma liat juga sambil bilang,"Rek, iki lho pelajaran kelas 4 rek", dia gak mau nyoba, gengsi kali kalo gak nemu jawabannya. Akhirnya soal diserahkan pada Mas Advin. Yee..podo ae gak isok. Sampek Mas Advin sms Mbak Ika, yang katanya Dosen. Gak bisa juga.
Karina bilang,"Biar Bu Guru aja yang ngerjain mbak". Hahahah
Banyak yang pamit pulang dan aku juga ikut pulang sebab aku sudah tidak melihat satpol pp di sekitar situ.Meminta ponsel kepada Duan. Duan beranjak dari tempat duduknya disusul oleh Dimas.
"Mas, ngko lek ono satpol pp ne di anu ambek iku yo?", tanya Dimas. Duan membawa sabuk, gak tau punya siapa.
Jadi, kesimpulan dari tulisan ini adalah aku merasa bersyukur sekali karena masa kecilku tidak dibayang2i satpol pp. Tuhan, jaga mereka. Jaga adik2ku. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar