Jumat, 26 Juli 2013

Fitnah Lebih Kejam daripada Pembunuhan

"Kita sedang dilanda krisis kepercayaan", kata Cak Din. Dan kini aku sedang mengalaminya. Saat orang-orang disekitar mulai tidak bisa dipercaya, saat orang-orang mulai berbicara subyektif, ah entahlah aku bingung siapa yang harus dipercaya.

Krisis kepercayaan terjadi karena banyak orang yang tidak bisa dipercaya dan tidak ada yang mau percaya.

"Ini Ntir, kenapa fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan," katanya sambil berkaca-kaca. Aku di sampingnya sudah meneteskan air mata.
"Mungkin aku gak akan sanggup kalo jadi mbak!" kataku sambil menyeka air mata. Ah, kalian tahu mengapa aku menangis? Karena kulihat ketegaran di mata Mbak itu.
"Kenapa ya Mbak, kalo orang baik itu ujiannya beraaat banget?" dia tersenyum mendengar kata-kataku.
"Aku udah ngerasa kenapa mereka semua menjauh. Cuma kamu sama Iza aja yang tetep biasa" katanya.
"Aku bilang ke orang-orang ya? Biar semua tau. Setidaknya ayo kita buktikan bersama"
"Nggak usah. Kamu gak usah ikut-ikut, nanti kamu dijauhi orang-orang. Lagian percuma. Yang penting, kamu udah tau, itu udah cukup"

Malam tadi, mbak itu diusir dari kosan tanpa alasan. Aku yang tak tega akhirnya bilang yang sejujurnya terjadi di kosan. Maaf aku tidak bisa bantu apa-apa, kubantu cari kosan baru dia tak mau, kubantu bilang pada orang-orang dia tak mau, mungkin bisa kubantu doa. Semoga Allah tetap menabahkan hatinya. Semoga kebenaran akan menemukan jalannya dan semoga Allah meringankan ujiannya. Aamiin.

Kamis, 25 Juli 2013

Bosan itu bernama ingin mati saja. Saat semua lari lari lari, hanya jurusan kami yang diam di tempat. Menunggu sesosok perempuan yang kami anggap cantik. Perempuan yang selalu menyibukkan dirinya. Perempuan yang selalu ingin semuanya tampak sempurna. Tuhan, mengapalah ada perempuan seperti itu? Diakah ujian yang Kau berikan untukku? Aku bingung, benar benar bingung. Selalu tak habis pikir dengan apa yang dia lakukan terhadap kami. Rasanya ingin muntah karena bosan. Bosan menunggu. Tuhan, aku bingung.
Tuhan
aku percaya akan janjiMu
aku percaya akan kuasaMu
tunjukkan padaku
sebab kupikir, tak ada yang mampu menolong, selainMu
sebab kupikir, aku bosan
ringankan Tuhan
ringankan

Rabu, 24 Juli 2013

Aku Jahat

Aku mungkin seseorang yang jahat
Biarlah dikata jahat
sebab aku memang jahat

Jumat, 19 Juli 2013

Seorang Ibu-Ibu yang Menangis

Sambil menangis dia menceritakan hidupnya
Anak dipangkuannya pun menangis
Anak di sebelahnya meringis
Aku terhanyut

Tuhan, itu air mata sungguhan atau minta kasihan?
kasihanku tak akan mengubah mereka
Tuhan, kasihanilah mereka

meski kutanya anaknya, dia tidak puasa
setidaknya, ada anggota keluarga mereka yang puasa
Tuhan, aku yakin hidup ini adil
Adil seadil-adilnya

Kamis, 11 Juli 2013

Akhir-akhir ini benci dengan kalimat motivasi. Benci sebenci-bencinya. Muak semuak muaknya. Kalimat-kalimat tersebut bak sampah di kepalaku. Maka kuhapus semua kalimat-kalimat motivasi ataupun penyemangat di inbox sms ku, bahkan terkadang aku menghapus sms-sms panjang yang sepertinya motivasi, maaf aku sedang tidak butuh di motivasi. Aku belajar untuk realistis menghadapi hidup. Belajar untuk tidak terbuai dan terlena dengan kalimat-kalimat motivasi busuk. Bahkan kini malas sekali aku membuka fanpage Mario Teguh. "Sampah sampah!"

Apalagi mendengar orang mengatakan,"Sabar-sabar", sambil mengelus-elus punggung, itu lebih dari muak. Rasanya semua orang hanya memakai topeng. Toh mereka juga senang karena tidak merasakan apa yang tengah saya rasakan. Iri? Iya saya iri. Gagal? Iya saya gagal. Tapi saya belajar perlahan-lahan untuk tidak mencari-cari alasan dari kegagalan saya. Biarlah Tuhan yang menilai saya gagal atau tidak. Tolak ukur manusia begitu dangkal. Mereka hanya mampu membanding-bandingkan. Mereka tidak pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi, hanya mengambil kesimpulan dari apa yang mereka lihat. Mereka tidak pernah tahu kerja keras orang lain, jatuh bangun orang lain, hanya melihat hasil dan ketika hasil tersebut tidak memuaskan, dengan mudahnya mereka berbicara panjang lebar, menasihati panjang lebar, menyuruh-nyuruh untuk mencoba lagi. Siapa mereka? Mereka hanya sama-sama dengan saya, mahkluk ciptaan yang tak pernah sempurna jika dibandingkan dengan manusia lain.

Ya, tidak ada korelasi antara usaha dan hasil. Jadi, saya harus berusaha (lagi) dan bukan untuk mereka

Rabu, 10 Juli 2013

Harus baik sangka sama ketentuannya Allah :D
Tiba-tiba inget sama Wulan anak TL Ambengan.
"Mbak, aku kei soal mbak!"
"Iyo, IPA yo? Kan matematika Wulan wes pinter"

Kemudian aku membuatkan soal. Salah satu soal berbunyi,"Berapa jumlah gigi Wulan?"
Maksudku adalah berapa jumlah gigi susu, tapi tak ganti Wulan, haha, mungkin aku juga yang salah.

Setelah membaca soal, dia meraba giginya dengan lidah kemudian menuliskan angka 10 pada titik-titik.

Hahahaha

Selasa, 09 Juli 2013

Sumpek. Bosen. Jenuh. Siapa yang mau menggantikannya? Yah, setidaknya meringankan? Siapa

Senin, 08 Juli 2013

Belajar

Hari ini aku mulai menyetujui kalimat bahwa cinta sejati itu melepaskan, maka ada saja kebetulan nasib yang akan mempertemukan bila memang berjodoh.

Tidak-tidak, aku tidak serta merta menyimpulkan hal ini berdasarkan pengalamanku. Aku hanya pengamat, seseorang yang suka mengamati kemudian menyambung-nyambungkannya dengan banyak hal. Begini ceritanya: Temanku, punya burung hantu, bagus, kepalanya bisa berputar 270 derajat, bulu-bulu coklatnya bak emas, matanya tajam. Memesona. Kecintaannya pada burung hantunya tersebut membuatnya untuk memelihara si burung. Sadar atau tidak, kecintaannya (mungkin, menurut kemeruhku) mengakibatkan si burung sengsara. Di kaki burung tersebut terdapat kait untuk mengikat burung tersebut. Aku melihat burung tersebut berusaha untuk menggigit-gigit kait. Mungkin dia tersiksa dengan itu.

"Nek kon cinta, kon kudune ngeculne", kataku.
"Sakno lah, de'e lho gek bayi, nek diculne iso mati, de'e lak gurung iso berburu", sangkalnya.

Tuhan begitu baik kawan. Dia pasti menganugerahkan semua ciptaanNya naluri untuk beradaptasi. Begitu banyak yang liar, bahkan dari telur mereka tidak dipelihara, tapi buktinya banyak juga yang bisa mandiri. Ibarat manusia, kalo dimanja nanti jadinya gak bisa apa-apa. Ah, temanku terlalu cinta, cinta buta. Apapun itu, cintailah semua sewajarnya. Dan bila belum siap untuk mencintai, maka lepaskanlah. Tolak ukur siap atau tidak siap adalah saat dimana kita harus merelakan/mengikhlaskan apabila mereka pergi.

Eh eh, barusaja temanku si pemelihara owl muntah.

"Lapo, diteleki yo?" tanyaku
"Iyo, mayak eg"
"Jare cinta, cinta itu harus menerima kekurangan"
"Preketek"

hahahahaha....kapok..kapokk

Jumat, 05 Juli 2013

Aku berlari

Ketika semua mulai berhenti
aku berlari
mungkin memang harus begini
tapi berlari dengan air mata menggenang bukan hal mudah
Tuhan, buat aku tidak iri dengan peristirahatan mereka
aku tahu
semua akan indah pada waktunya
aku tahu itu
Jikalau memang aku harus tetap berlari
aku tak masalah
tapi satu yang kumohon
kabulkan doa orang-orang yang menyayangiku, Tuhan

Kamis, 04 Juli 2013

Ikut Maunya Allah

"Aku ikut maunya Allah", itu bukan tanpa tujuan, bukan tidak mempunyai kemauan, bukan pasrah menyerahkan semuanya pada Tuhan. Tapi berusaha untuk tawakal. Mencoba untuk tidak meresahkan semua-mua yang sudah diserahkan pada Tuhan. Kalau kita sudah usaha kemudian keukeh punya satu tujuan, tapi ternyata tujuan tersebut tidak diizinkan Tuhan, kan malah sakit hati seperti yang sudah-sudah. Jadi kali ini saya berusaha untuk mendamaikan diri sendiri dan hati. Selamat pagi. Selamat berdamai dengan orang-orang di sekitar. Selamat menikmati cinta dari orang-orang mencintai dan dicintai. :D

Selasa, 02 Juli 2013

Kenangan, Mengenang, Dikenang dan Terkenang

Mungkin benar jika yang pergi akan terasa lebih berarti daripada yang menemani. Kita terlalu tidak bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan. Kita terlalu memandang bahwa kuman diseberang terlihat lebih lucu daripada gajah disebelah yang akan terasa memuakkan karena memenuhi tempat duduk, sebab badannya yang besar. Lalu bagaimana caranya mensyukuri kehadiran orang-orang di sekitar kita? Ya dengan bersyukur. Tapi memang wajar juga sih, yang pergi akan meninggalkan kenangan. Kenangan yang meski tidak semua akan terekam jelas dalam memori-memori, tetap saja semuanya akan terasa lebih "ah seandainya kamu ada di sini" atau "ah seandainya waktu itu dapat kuputar kembali".

Kenangan, mengenang, dikenang dan terkenang menurut saya semuanya berhubungan dengan satu kata yaitu pisah, berpisah. Saya dengan anda berpisah, maka saya akan mengenang anda dan anda akan terkenang oleh saya. Anda pergi meninggalkan kenangan dan anda akan selalu dikenang oleh saya. Pun barang, ketika barang saya hilang atau rusak, maka saya akan mengenang barang saya,"Coba barang itu masih bersama saya, mungkin saya bisa...". Sebab segala sesuatunya itu memiliki batas waktu, tenggang atau apalah. Yah memang yang kekal hanyalah Tuhan.

Jadi, jaga dan cintailah apa yang kita miliki sekarang (tapi jangan berlebihan, Tuhan tak suka sesuatu yang berlebihan) karena kita tidak akan pernah tahu kapan Tuhan akan memisahkan. Sebab masa depan itu misteri dan kita bukan pemecah misteri tapi penikmat misteri. Sekian.

Salam Peace, Love and Gaul!

Senin, 01 Juli 2013

Cerita Semalam

Karena Mamet bilang,"Ojo ditulis nang blog lho!", makanya kutulis di blog.

Setelah sebelumnya menghubungiku ingin ke Surabaya, akhirnya aku basa-basi menawarkan diri untuk mengantarkannya ke WTC. "Kate tuku hape". Pertanyaan yang muncul saat itu adalah emang di Bogor gak ada tukang jualan hape ya?

Namanya Fitrian Rahmat Hartanto. Mahasiswa IPB semester 6 yang selalu bilang,"Sampek saat iki aku gak ngerti carane belajar!". Laki-laki yang sangat rendah hati. *hueeeek*
Ngubek-ubek WTC cuma mbandingin harga Xperia sama Samsung S3 Mini. Naik turun sambil sesekali berkata,"Gak kesel kan?". Demi membahagiakan sahabat aku berbohong sambil tersenyum manis,"Gaaakkk, santai ae".
Setelah lama membanding-bandingkan, dengan mantap Mamet memilih Sony. Datang ke counter Sony. Nawar harga ngrayu mbaknya. Kupikir daripada aku diem cuma mainan kursi, aku ikut2an nggoda mbaknya. Maka yang terjadi adalah aku, Mamet dan mbaknya becanda. "Koyoke dewe pembeli paling rame".

"Sing putih opo sing ireng?", tanya Mamet padaku.
"Cap cip cup ae wes"
"Opo yo?"
"Takon mbak e, Met!", usulku
"Mbak bagus sing item opo putih?"
"Kalau cowok kebanyakan si seneng yang hitam. Tapi ada juga yang seneng putih", jawab Mbak
"Nah, kowe termasuk sing 'ada juga sih' iku met, putih ae berarti"
Awalnya kupikir Mamet mau sholat istikharah dulu tapi ternyata tidak.
Lama buat keributan akhirnya diputuskan beli yang putih. Nyari softcase gak ada akhirnya nyari apa sih gak tau aku namanya. Nganterin Mamet ke Bungurasih kemudian ke rumah Luvi.

Di rumah Luvi rasanya ngantuuukk banget. Udah ngantuk di suruh maem, maka jadilah habis maem tambah nguantuuuk. "Uwes mbak bubuk kene ae", kata Nisa, adik Luvi. Aku cuma senyum-senyum ngantuk.
Ketiduran di ruang tamu. Luvi ngeprint. Aku nglindur. "Ngomong opo si Tir?", kata Luvi
"Hah opo?", kataku kemudian tidur lagi. Samar2 kudengar Nisa dan Luvi tertawa.

"Loh, wes setengah 10 kurang 5. Duh ngantuk aku lup. Aku tak bobok 5menit yo. Gugah en ngko",
"Tir, iki sing di upload sing nananananana", gak denger Luvi ngomong. Yang terakhir kudenger dia ngomong,"Yaaa turu maneh"

Aku bangun lagi,"Astaghfirullah, jam setengah 11".
Kulihat Nisa sudah tertidur. "Bobok kene ae ta tir? Motor e cek dilebokke"
"Iyo wes", kataku sambil baca sms Arina yang mau ngambil hem putih buat sidang TA.
"Eh gak sido lup, aku moleh ae, iki mene Arina kate njupuk hem"

Pulang kos masuk kamar Hajar,"Aku turu kene ta? Ono opo emang e Jar?"
"Sepi Tir!"
Akhirnya cerita-cerita tau2 jam 12.
"Aku sholat isya sik Jar. Tapi ngko aku rene awakmu wes bobok!"
"Gak gak", kata Hajar meyakinkan.

Selesai sholat aku masuk lagi ke kamar Hajar. Cerita-cerita. Jam 1 lebih mata sudah sepet.

Keesokan harinya.
"Wingi jare wedi ditinggal turu sik, tapi malah awakmu sing ninggal aku turu", kata Hajar.

Hahaha. Nasib dadi wong ngantukan. Kapan bisa ruqyah biar gak ngantukan yaaaa

Tentang yang ditinggalkan dan yang meninggalkan

Untuk yang Meninggalkan
Pergi
Ada yang dengan gembira
Ada yang dengan durjana
maka akan segera disambut yang lainnya
Mungkin, di suatu tempat yang kau singgahi nanti, akan ada yang lebih baik
Mungkin, tempat ini belum layak menjadikan kau lebih baik

Meninggalkan kenangan untuk hati-hati yang ditinggalkan
pun senyuman
Harusnya yang ditinggalkan merelakan
Sebab ada air mata tersimpan menyambut kedatangan

Untuk yang Ditinggalkan
Mengenang
Kurasa lebih banyak durjana
tapi sebaiknya relakan
Kelak kau akan menyambut yang lainnya
Berdoalah untuk yang terbaik
Doakan yang pergi

Tak usah risau jika memang tak kembali
Tuhan pasti mengirimkan pengganti