Selasa, 31 Desember 2013

Lelaki Tak Pernah Ingkar Janji

Lelaki diam dan menunggu. Yang ditunggu tak tahu. Lelaki melihat jam di pergelangan tangan kirinya, sudah 10 menit tak ada kabar. Memandang ke depan tapi sebenarnya tak niat memandang. Biasanya dia membawa sesuatu di tangannya. Sesuatu itu yang membuatnya tak seperti terpenjara oleh waktu dan tempat.

Ya, dia adalah lelaki yang selalu menepati janji. Jangan tanya berapa kali perempuan yang ditunggu mengecewakannya, dengan santun lelaki selalu menawarkan diri untuk menepati janji. Suatu hari nanti, akan ada saat perempuan menyesal telah banyak mengecewakan si lelaki. Tapi perempuan takut berharap lebih seperti yang sudah-sudah. Perempuan takut kehilangan. Mungkin salah perempuan selalu merasa memiliki hingga ia merasa kehilangan. Padahal perasaan itu titipan, bukan kepemilikan. Tuhan berhak kapanpun mengambil rasa itu.

Lelaki menunggu tanpa perempuan tahu

Perempuan sudah ada 5 menit sebelum lelaki menunggu, 100 meter dari titik dimana lelaki menunggu, diam-diam memperhatikan, diam-diam ikut menunggu. Dan keduanya sama-sama menunggu hingga akhirnya perempuan menyerah, bertanya,"Sudah siap?"

Senin, 30 Desember 2013

Langit-langit Kamar

Matanya masih menatap sesuatu yang sama, mimpi. Mimpi dapat ditatapnya. Tapi lamat-lamat mimpi itu dilihatnya menjauh. Perempuan berpayung mendung bertanya,"Mau kemana engkau?". Mimpi tak menghiraukannya. Dia terus menjauh. Perempuan mengejar. Mimpi lari. Perempuan berhenti, lelah, katanya. Mimpi tak menunggunya, terus berlari, menjauh.

Kakek hujan datang, menasihati Si Perempuan,"Mengapa kau tak meraih mimpimu yang lain?"
"Aku sudah lelah mengejar mereka," Perempuan menjawab sambil mengatur nafas, ngos-ngosan.
"Mengapa harus dikejar? Mimpi setinggi langit itu penting, tapi latihanlah dulu dengan meraih mimpi setinggi langit-langit kamarmu, Nak!" Kakek menepuk bahu Perempuan,"Tak usahlah kau kejar, cukup berusaha dan berdoa, biar Tuhan yang menentukan"
"Itu artinya aku tak punya target, Kek?"
"Menjadi terbaik tak selalu harus ada di urutan teratas skala penilaian manusia, bukan? Belajarlah mensyukuri apa-apa yang kau dapat. Tentunya setelah kau berusaha semaksimal mungkin"

Kakek pergi. Perempuan bingung, sebab langit-langit kamarnya adalah langit yang menghubungkan langsung ia dengan bintang, bulan dan matahari. Maka mulai hari itu Perempuan sadar akan sesuatu.


-Tamat-

Sabtu, 28 Desember 2013

Perasaan

Mereka bernyanyi. Lepas. Tak ada beban. Adakah puncak kegembiraan itu? Jika ada puncak kegembiraan, maka suatu hari kita akan menuruni kebahagiaan itu. Peduli apa dengan puncak dan lembah, bukankah kesenangan bisa kita ciptakan? Bahagia, damai, sedih bukankah semua itu kita yang menciptakannya sendiri? Bukan lingkungan. Lingkungan hanya memengaruhi, bukan menciptakan perasaan kita. Perasaan, kitalah yang menentukan. Kira-kira, Tuhan ikut andil dalam menentukan perasaankah? Kayaknya iya deh. Tuhan kan bersemayam di dalam ciptaanNya. Jika Tuhan bersemayam dalam ciptaanNya, mengapa manusia pernah sedih? Apakah Tuhan pernah bersedih? Kayaknya Tuhan itu tak pernah bersedih, kalo Tuhan bersedih berarti Tuhan mempunyai perasaan, kalau Tuhan punya perasaan, gak mungkin Tuhan itu Maha Adil, padahal jelas-jelas Tuhan itu Yang Maha Adil.
Berarti jawabannya, ya terserah Tuhan mau buat perasaan kita macam apa. Sebab Tuhan berhak atas diri kita. Tapi yang jelas, Tuhan menciptakan rasa sedih biar ada yang namanya bahagia.

Jadi, puncak kebahagiaan itu adakah??

Dalam hadis qudsi, Allah berfirman,"Aku sesuai dengan prasangka hambaKu kepadaKu, maka ia bebas berprasangka kepadaKu sesuai yang dia mau"


Sabtu, 21 Desember 2013

Malam begitu gelap
Saat aku mulai akan menikmati hangatnya mentari
Malam tak mau menungguku menikmati siang
"Bukankah semua orang menyukai malam?", kata bulan

Minggu, 01 Desember 2013

Mungkin ini cara terbaik Tuhan untuk mengingatkanku. Maaf Tuhan aku tak jera2 dengan hukumanmu. Beri aku kekuatan untuk menghadapi semua ini, Tuhan.

Gila

Aku merasa aku mulai gila kembali. Kau tahu mengapa aku merasa demukian? Karena aku mulai berteman lagi dengan dinding kamar. Kupikir dia satu-satunya sahabatku yang paling setia, yang selalu menanti aku kembali saat aku merasa punya teman lain selainnya. Kini aku kembali padanya. Dia punya bahu yang sangat lebar untuk kusandarkan kepalaku. Dia mengasihiku tanpa pamrih. Sebab dia bukan laki-laki yang pura-pura baik untuk mengejar cintaku dan dia juga bukan perempuan  hanya akan menjadikanku sahabat saat perempuan kesepian. Tuhan, terima kasih telah memberiku teman baik