Jika ditanya apa yang membuat sampai detik ini saya masih ikut belajar di
SSChild Surabaya , yaa meski sudah sangat jarang, jawabannya adalah karena terlanjur cinta sama adik-adik. Terlanjur. Banyak kawan saya yang ingin ikut mengajar, tapi tidak sedikit yang bilang kalau,
"Aku gak isok ngajar, asline aku pengen melok, Tir!". Seseorang bisa mengajari orang lain karena salah satunya dia lebih dulu tahu, belum tentu karena pintar. Jadi kita semua bisa mengajari adik-adik.
Asal kalian tahu, saya juga tidak bisa mengajar. Saya hanya memberikan apa yang saya ketahui supaya adik-adik bisa mengetahui. Makanya saya agak risih kalau disebut sebagai pengajar karena biasanya di spot-spot pembelajaran, saya hanya bermain atau mendengarkan mereka bercerita. Agak egois memang jika hanya ingin membuat diri sendiri bahagia dengan bermain bersama mereka. Tapi itulah yang saya bisa.
Awal sekali saya ikut belajar di Bungkul, hampir tiap kali datang, saya selalu disuruh buat titik-titik sama Dwi atau April atau Roki atau Lia,
"Ayo talah, Mbak, tititk-titik ae," kata mereka kala itu. Saking seringnya bikin titik-titik yang membentuk huruf atau angka, kalau pas gak nemu-nemu cara nyelesein tugas, saya pasti bikin titik-titik, atau pas gak mudeng-mudeng dijelasin sama dosen terus bosen, pasti bikin titik-titik.
Kembali ke terlanjur. Saya adalah orang yang belum bisa memanajemen waktu dengan baik dan gak bisa kalau gak fokus. Jadi, saya memutuskan untuk mengurangi banyak kegiatan saya di SSCS, karena IPK saya jelek. Oke, IPK bukan segalanya tapi itu salah satu yang bisa membahagiakan orang tua, SALAH SATU. Terkadang iri sama Mbak Anis yang prestasi di kampus bagus, di SSCS juga aktif. Orang jaman sekarang menyebutnya, wanita karier sukses. Hehe.
Tapi tapi tapi...
Saya terlanjur sayang sama adik-adik...
Kalau lama gak nengok mereka rasanya kangen banget. Yaa..walaupun gak ada yang kangen sama saya..hehe...Jadi sepadat apapun jadwal kuliah, sebanyak apapun tugas masih suka nyempet-nyempetin datang ke adik-adik, meski cuma sebentar. Ya itu tadi, gara-gara terlanjur.
Bukan lagi rasa kasihan selama berada di antara mereka tapi kasih sayang. Saya selalu menganggap mereka adalah seorang anak biasa, bukan anak jalanan. Bagi saya, kita semua adalah anak jalanan. Hampir setiap hari, kita melakukan perjalanan. Dari rumah ke kampus/sekolah. Dari rumah ke kantor. Dari rumah ke mall. Dari rumah ke pasar, dan masih banyak lagi yang intinya, yang menghubungkan kita dengan tempat yang dituju ialah jalan. Berarti kita semua anak jalanan. Itu definisi saya lho yaaa...
Ada satu hal yang saya takutkan dari adik-adik. Saya takut suatu hari nanti mereka tahu arti kata Save Street Child, saya takut ada labelling di mindset mereka bahwa mereka adalah anak jalanan. Bukan berarti saya tidak setuju dengan nama itu, saya hanya takut. Tapi saya juga berdoa, semoga karena label itu, adik-adik kita mempunyai jutaan semangat untuk bangkit dan tidak lagi menjadi anak jalanan.
Pernah terfikir gak kalau suatu hari nanti di Surabaya saja misalnya, tidak ada anak jalanan, jadi komunitas SSCS tidak ada, kita bubar. Dan saya selalu berdoa seperti itu. Tidak berarti saya menginginkan SSCS bubar, tapi saya ingin tidak ada lagi adik-adik kecil yang berjualan di jalan. Atau mungkin memang sudah begitu seharusnya, Tuhan ciptakan adik-adik yang jualan di jalan supaya ada kita, SSC. Ya, mungkin memang seperti itu. Supaya dunia ini seimbang, ada pembeda. Kaya-miskin. Hitam-putih. Baik-buruk. Mungkin jika semua orang di seluruh pelosok negeri ini kaya, maka dunia tamat.
Jadi pada intinya, tulisan ini gak ada intinya. Hehe. Saya hanya mencoba bercerita lewat tulisan terus ikut lomba blog SSC. Untung-untung kalau menang. Hehe. Lagian yang pinter-pinter nulis yang saya kenal udah jadi juri, Mas Indra, Mbak Oci, Mbak Anis, jadi gak mungkin kan mereka nulis sendiri di juriin sendiri. Wkwkwkw.
Besok, kalau saya ada paketan internet lagi, tak nulis lagi deh, tentang adik-adik hebat yang pernah saya temui. Dan celakanya, semua adik yang saya temui adalah adik-adik hebat 8)