Berkali-kali diingatkan kawan-kawan tentang prioritas.
"Kamu harusnya tahu mana yang harus diprioritaskan, rapat kan bisa ditunda" atau "Gak usah ikut aja, kan kamu lagi UAS"
Entahlah, bukankah damai yang dicari setiap orang? Saya ingin menentukan kedamaian saya sendiri. Dulu sampai detik ini saya berpikir, mungkin membuat orang lain bahagia membuat saya bahagia, damai. Tapi saya rindu berdamai dengan diri sendiri. Apa wujud damai itu? Cair, padat atau gas? Mungkin damai menyerupai gas, tak bisa dilihat tapi bisa dirasakan.
Tentang mimpi yang temaram, saya lelah berambisi, saya lelah pura-pura mengejar mimpi. Saya hanya ingin belajar ikhlas, ikhlas dalam melakukan sesuatu, supaya tak ada kata menyesal dan gagal. Bukankah kegagalan atau kesuksesan kita sendiri yang menentukan? Apa kegagalan itu? Apakah saat kita berusaha dan hasilnya tak sebaik milik orang lain dinamakan gagal? Orang-orang yang ikhlas tak akan pernah merasa gagal. Mereka berusaha semaksimal mungkin kemudian tawakal. Jika hasilnya dianggap buruk oleh orang lain, ia tak akan menganggap dirinya gagal sebab baginya cukup Tuhan yang tahu seberapa besar dia berusaha. Mungkin usaha-usahanya tak berarti di dunia tapi belum tentu tak berarti di akhirat bukan? Itulah mengapa saya selalu iri dengan orang-orang yang ikhlas dan mencintai apa yang mereka lakukan. Ajari saya ikhlas...
Bukan mengabaikan sih, tapi akhir-akhir ini saya berpikir tentang tujuan hidup saya. Saya bisa saja meninggalkan semuanya. Toh sekarang saya sudah jarang sekali mengajar. Tapi saya pikir apa tujuan hidup saya sehingga saya harus fokus belajar saja. Iya belajar juga suatu ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar