Tiba2 dapet mesej dari Nita,"Mbak tia, wes niliki Indah durung?"
Kaget, emang Indah kenapa harus dijenguk. Dan baru saja aku chatting dengan Nita, katanya, sore tadi Indah meninggal dunia karena kanker. Kata Nita lagi, kemarin waktu jenguk si Indah, Indah sudah tidak dapat mendengar dan melihat. Mari mendoakan Indah supaya dapat menikmati indahnya alam barzah :)
Semua milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
Tuhan mengambil satu persatu indera sahabatku Indah dan kini Dia mengambil Indah dari sisi orang-orang yang menyayanginya. Aku rasa aku tak perlu mengasihani Indah karena nantinya pun aku begitu. Aku akan meninggalkan dunia yang banyak orang mengibaratkan "cuma mampir". Hak prerogatif itu milik Tuhan. Jodoh, mati, rezeki. Hanya menunggu saatnya saja. Saat Tuhan menghentikan detak jantungku. Saat Tuhan memutus amal perbuatanku. Saat Tuhan mengirimkan malaikat Izrail kepadaku. Bagaimana rasanya ya? Mikir apa aku ini. Amalku saja masih setetes dibanding air laut. Tapi bukankah kita tidak bisa menunda kematian? Mati mati mati. Aku tidak dapat membayangkan jika tubuhku tertindih tanah, ditinggalkan sendirian oleh sanak familli. Hmfh, bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kau hidup selamanya, bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kau mati esok pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar