Minggu, 30 September 2012

Hari yang melelahkan tapi seneng. Dimulai dari pagi hari yang selalu terburu2. Padahal udah memperhitungkan waktu, tapi tetep aja keburu2. Pake rok item dan kemeja dimasukkin. Karena Ijah bilang mirip maba, alhasil aku pake sweater item dan jadilah mirip pelayat. Jaket buluk kucuci jadi option terakhir pinjem jaket Ijah. Turun tangga ada Mbak Asa dan Mbak Uyun. "Tirr, melok aliran opo maneh kok rok an?", tanya Mbak As. "Gak mbak, ate ngawasi psikotes. Budal sik Mbak. Assalamualaikum", pamitku terburu2.

Hari ini aku mengawasi psikotest anak bimbel. Dengan iming2 uang dan nambah pengalaman, sebagai anak kos yang baik, aku mengiyakan tawaran temanku jadi pengawas.

Sampek di bimbel ternyata masih tutup. Sepertinya karena terlalu semangat aku jadi kepagian pikirku. Ternyata e ternyata salah tempat. Pantesan.
Sampek di tempat yang benar. Masuk dan ternyata terjadi ketidakcocokan data antara lembaga psikologi dan bimbel. Data psikologi menunjukkan daftar siswa smp yang akan tes hanya ada 10 orang sedang data bimbel ada 32 orang. Kekurangan soal lah, kekurangan lembar jawaban lah. Yang menjadi masalah adalah pihak bimbel gak mau siswanya dibagi menjadi 3 sesi. Kata mereka, orang tuanya banyak yang rewel kalo anaknya pulang telat. Yang menjadi masalah lagi adalah sekarang hari minggu, jarang fotokopian buka. Molor lah waktu tes 1 jam yang akhirnya dibagi juga menjadi sesi. Kebetulan aku megang anak smp.
"Adek2 maaf ya terlambat, soalnya ada kesalahfahaman tadi. Ehm, ini dibagi menjadi 2. Jadi yang tes 9 orang dulu, ntar yang lain habisnya ini. Maaf sekali ya!". Hish, kalimat pembuka yang sudah kupersiapkan hilang semua. Gak ada salam, gak ada perkenalan dan gak ada doa.
Kebetulan soalnya ada 11 dan yang di dalam kelas 12 orang. "Ada yang bersedia keluar gak? satu orang aja. Soalnya cuma ada 11", krik krik krik gak ada jawaban. "Ini beneran gak ada yang mau keluar?", krik krik krik gak ada jawaban lagi. "Ya udah tapi nanti 1 orang ada yang gantian soal ya", krik krik krik kayaknya mereka semua lagi sakit gigi.

Aku bagi soal, kuberi instruksi dan ada yang bingung. Kujelaskan, mereka mengerti dan mengerjakan dengan tenang, hening dan tanpa suara. Hanya ada suara,"Pinjem penghapus". Sesi satu selesai. Kira2 satu jam lebih seperempat.
Bergantilah sesi dua. Adek2 gendut dengan nafas patah2 duduk di sampingku. "Bisa duduk di kursi kamu?", pertanyaan sekaligus pernyataan. "Bentar Mbak, aku capek". Kelas rame, gak teratur, aku ke bawah ambil kertas HVS karena lembar jawaban belum juga dateng. Masuk kelas dan tambah rame. Aku suruh mereka duduk semua, salam, perkenalan, berdoa. Kubagi soal dan salah satu diantara mereka nyeletuk,"Mbak pake softlens ya?". Hanya tersenyum dan berkata tidak. Kuberikan instruksi untuk soal Logika I. Logika I berisi deretan angka, mereka disuruh meneruskan 1 angka. Ini reaksi mereka:
  • Haduh mbak gak mudeng
  • Yo opo iki garape
  • Cek angel e soale, mentolo 
  • Lak ketoro bodone lek gak isok garap
  • Mbak aku bingung, tapi gak tau bingung kenapa
  • Kalo gak diisi boleh nggak mbak?
  • He rek, jawaban nomer 1 opo?
  • Mbak, kei conto po o, nomer 1 ae mbak
  • Iki sing dicontokno penak tapi soal e angel2
  • Tapi nek gak tak isi ngko ketoro bodo ne mbak
Dan masih banyak lagi celotehan mereka. Pas aku suruh ngerjain mereka mengelak,"Sek ta lah mbak, gak mudeng aku". Setelah aku jelaskan berulang2 sepertinya mereka agak mudeng.

"Yak. Waktu selesai", ujarku. Mereka semua ber,"Yaaa", kecewa. "Mayak mbak e", eaaa cah gede diomong mayak.
Dilanjut logika II, agaknya mereka lumayan mudeng. Soalnya, mereka disuruh mengisi deret huruf selanjutnya. Misal ABC, BCD maka selanjutnya CDE. Mereka mudeng, tapi ngejanya itu nggak nguati, semua ngeja dengan bersuara. "Tenang ya adek2", pintaku. "Untung mbak e sabar yo", kata salah satu dari mereka. "Yo nek psikolog ncen kudu sabar", temannya menimpali. "Mbak, mbak psikolog ya?". Dalam hati, aamiin. "Bukan, mbak cuma staf.

Aritmatika I. Mereka harus menambahkan angka2 yang ada di dalam kolom. Kali ini mereka nggak ngomong sendiri2, tapi mereka menghitung menggunakan mulut. Kayak lebah. Kudu ngguyu nonton e. Semua anak menghitung,"Satu dua tiga empat lima enam.....", dasar anak2. "Ngitung nya dalam hati ya, kasihan temannya yang pengen tenang ngerjain", "Aku juga mau ngerjain mbak...dua tiga dua empat...". Kata Luvi, "Tir, nek sesok anak mu koyo ngene kabeh piye Tir?", pertanyaan yang sulit. Dan kelas tetap berdengung suara empat satu empat dua empat tiga. "Mbak ojok diguyu ta", satu anak menegurku.
Waktu habis dan mereka marah2 lagi. Hahahaha....
Aritmatika II mereka disuruh menambah, mengurang, membagi dan mengali. Kelas sepi. Plok plok plok....*standing applause

Selanjutnya T.A I, II, III. Gak tau kepanjangan T. A apa, ada yang tanya tadi tapi tak slimurno, wkwkw.
Ada option dimana mereka harus memilih 3 dari 19 pilihan profesi yang mereka inginkan di masa depan. "Mbak, boleh nulis yang gak ada di sini gak?"
"Enggak dek"
"Lho, masak memasak nggak ada ta?", kata teman sampingnya. "Gak ada", jawab anak itu. "Ya udah kamu pilih aja apa yang ada", masih teman sampingnya. Kayaknya dia terinspirasi master chef nih pikirku. Betapa televisi sangat mempengaruhi cita2.

Yang terakhir adalah menggambar rumah, pohon, orang. Kertas baliknya menggambar lagi kelelawar menggantung dan kelelawar terbang.

Akhirnya selesai juga pekerjaanku. Horeeee. Ada 2 anak yang ngajak salaman eee tanganku dicium. Haha. Berasa tua

Jumat, 28 September 2012

Haaa...tiba2 galau gara2 dapet email
Add star 
noreply@psyche.psikologi.unair.ac.id
<noreply@psyche.psikologi.unair.ac.id>
Sat, Sep 29, 2012 at 12:02 AM
To: amandatiaraputriwidodo@gmail.com

Dear Amanda Tiara P.w,

This is an automated email sent from http://psyche.psikologi.unair.ac.id to students who has not submitted the project of lesson PSU101 - Psikologi Umum I.
We remind you there is about three days remaining to submit the project for lesson PSU101 - Psikologi Umum I.
If you or one of your group members has to submit the project, please accept our apologies and simply ignore this message.


With kind regards
---
The administration group
PsyCHE | Psychology Classroom Hybrid Education
Pengen ngerjain, tapi gak mudeng. Yaudah lah, kalo jodoh sama psikologi, taun depan kita ngulang ya sayangggg :* :*

Kamis, 27 September 2012

Dan tadi masuk kuliah. Katanya udah gak kuliah ya? Hehe. Pengen aja. Gak buat main2 kok. Cuma...ehmm cuma apa ya..ya pengen kuliah. Pagi ini parkiran belum penuh. Seperti biasa aku berjalan sendirian karena emang gak janjian sama siapa2. "Tiara", panggil seseorang yang ternyata si Nanda. "Aduh aku lupa bawa keplek, dimarahin gak ya?", menghampiriku dengan curhat colongan. "Halah, gak bakal ketauan", jawabku sambil terus jalan. Kulihat Ghozi di belakang agak jauh jadi kuputuskan untuk tetap jalan. Pas nengok eh si Ghozi udah deket. "Durung adus yo Ghoz?", selidikku. "Hooh. Tangi jam 8 kurang 15 aku", jawabnya dengan nada berbisik. "Heh sikatan ora kui?", tanyakku lebih lanjut. "Sikatan lahhh", sepertinya dia tidak terima dengan pertanyaanku.

Masuk kelas dan disuruh duduk belakang sama Amril. Ditanya ini itu dan akhirnya aku ngaku kalo kuliah dobel. Kuliah faal dosennya garing. Dan si Fatih bagi-bagi permen, setelah itu dia tidur pulas sampek ngowos2. Ngobrol sama Rifqi yang polos dan beberapa saat lagi si Fatih bagi2 astor, astor punya siapa gak tau. Perempuan depan Amril asyik pasang headset sambil nge game dg tabletnya. "Paling dia gak lulus gara2 gitu terus ya", dengan polosnya si Rifqi nyeletuk, ya dia senior kami. Senior yg duduk di belakangku malah bawa kipas angin, bunyinya lho terrr eterrr eterrr, seru pek. Senior laki2 yang duduk jg belakang tapi berseberangan denganku sekitar 4 atau 5 orang konsenstrasi dg gadget mereka masing2. Sepertinya nge game jg. Healah. Kuliah belum usai, mbak2 depannya Amril sudah melenggang keluar kelas.

Gak tau kenapa, hari ini seneng, gak kayak biasanya. Biasanya masuk kelas gak ada yang ngreken, duduk sendiri, pegang hape, buka menu, keluar, buka sms, baca sms dari operator, keluar, hhahaha. Kayaknya besok2 aku main sama mereka lagi deh. Kalo yang perempuan banyak yang nge-geng sih, males. Akhirnya aku punya temen di Unair. Hahaha *gak penting pol

Individu differences, setiap individu diciptakan berbeda. Tiara tidak akan pernah 100% sama dengan siapapun di dunia ini. Dari segi apapun. Karena Tuhan menciptakan kita berbeda satu sama lain. Meski visi misi sama, ras sama, agama sama, toh kita bukan satu. Itu hanya penamaan untuk menyebut sekelompok orang yang merasa memiliki kemiripan yang juga tidak 100%.
Aku, tidak sama dengan kamu, dia ataupun mereka. Maka jangan membatasi ekspresiku dengan menuntunku menuju keseragamanmu.
Mengapa harus lurus terus, jika belok ke kanan kemudian lurus akhirnya juga akan mempertemukan kita mencapai tujuan yang sama2 kita inginkan? Tapi bukankah kita tidak satu tujuan? Yasudah, aku mau belok kanan terus tapi gak mau lurus. Dan pertanyaan yang mucul berkali-kali dan kembali muncul adalah apa sebenarnya tujuan hidupku? Mengapa aku tidak sama dengan mereka? Atau mereka yang tidak sama dengan aku? Ah sama saja.
Aku tidak ingin menjadi kelinci yang ditarik dari topi pesulap, yang merasa nyaman ketika ditarik dari topi hingga tidak menyadari darimana aku berasal. Mengapa aku dikeluarkan dari topi pesulap.

Rabu, 26 September 2012

Ternyata menulis karya tulis itu menyebalkan. Sekian

Selasa, 25 September 2012

Belajar Lupa Menjadi Sedih

Ada saatnya bunga yang mekar itu layu
Ada saatnya yang muda akan menjadi tua
Ada saatnya siang akan berganti malam
Ada saatnya kita harus menuruni gunung setelah menaikinya
Tapi, bukankah puncak yang diinginkan semua orang? lalu mengapa harus turun setelah kita bersusah payah menaikinya?
Sebab kamu, iya kamu, harus melanjutkan perjalanan yang bukan hanya mendaki gunung saja
Kamu harus melanjutkan mimpi2mu
Memang untuk apa bermimpi? 
Memang apa tujuan hidupmu? Menaiki gunung dan terus akan tetap di puncak selamanya?
Selamanya? Selamanya itu apakah semacam rentang waktu? Atau jarak? Jarak antara titik satu dengan titik yang lain? Kurasa bukan. Selamanya tidak berbatas waktu?
Orang inggris bilang,"unlimited"
Tapi memang ada yang kekal?
Kebahagiaan, kesedihan, bukankah itu hanya sekelebat waktu yang akan terus menerus berganti
Tapi dosenku bilang, jika senang senang senang bisa, mengapa harus sedih dulu baru senang?
Siapa yang menciptakan kesenangan dan kesedihan?
Bukankah kesenangan dan kesedihan adalah hasil pemikiran orang?
Bagaimana jika berpikir senang terus?
Tapi bukankah senang ada karena kita pernah merasakan sedih?
Lantas tak kasihankah kau dengan kesedihan yang terpinggirkan?

Mengapa banyak orang takut menjadi kesepian padahal mereka dalam keramaian. Ya, merasa sepi di tengah keramaian memang sangat menyiksa. Kala semua orang berbicara, membicarakan apa saja, mulai dari yang tidak penting sama sekali sampai sangat penting, dan kita hanya diam membisu, seolah kita berada di dunia berbeda dengan mereka, sedang kita bukan penyandang autism, memang sangat menyiksa. Tapi pernahkah kau bayangkan, misal di dalam suatu ruangan yang menampung orang sebanyak 100 dan mereka berbicara dengan satu mulut mereka masing-masing. Pasti ramai, apalagi jika 100 orang tersebut ingin di dengar apa yang dibicarakannya. Bisa dibayangkan ya, mereka bakal gontok2an, keras2an suara, saling memaki dan berkata,"Woi rungokno aku woi!!!" dan bisa2 terjadi pertumpahan darah.

Aku rasa setiap orang pernah mengalami kesepian. Tinggal bagaimana kita menyikapi kesepian dengan baik. Kalo aku sih, sepi itu waktunya tidur. Zzzzztttttt.......

Sabtu, 22 September 2012


Kapan tepatnya aku lupa, sejak itu aku mulai membenci kalimat pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan banyak orang kepadaku, hampir semua yang bertemu,”Piye kuliahmu?” atau “Yo opo unairmu?”.  Menarik nafas panjang dulu untuk menjelaskannya dan aku lebih memilih tidak menjelaskan. Hanya berkata,”Aku gak sido kuliah dobel kok”. Aku tidak ingin memberikan alasan tentang ketakutanku sebab aku tak ingin disebut pecundang. Masa bodoh dengan Mario teguh yang mengatakan lebih baik melangkah salah daripada harus mencari alasan untuk berhenti karena ketakutan. Mario teguh bukan siapa2ku kok! Dia tidak mengerti apa yang aku rasakan dimana setiap hari adalah bencana menurutku. Setiap hari aku harus mendengarkan degupan jantungku lebih keras daripada biasanya. Setiap hari nafasku tercekat berdoa kepada Tuhan supaya dosen ITS menyudahi kuliahnya. Setiap hari aku harus memacu sepeda motorku lebih cepat untuk sampai di unair tepat waktu dan kenyataannya aku selalu terlambat. Ada hari dimana aku harus beribadah lebih cepat dari biasanya.

Dan setiap kali mereka mendengar jawabanku mereka akan berkata,”Loh emane rek psikologi ne”. dan setiap kali itu pula aku merasa sangat bersalah dengan keputusanku. Tahukah kawan, tanpa kalian berkata demikian pun aku sudah merasa bersalah. Apalagi melihat tulisan di diary ku tanggal 2 Juni 2012,”Ingin sekali kuliah psikologi. Kalok Allah mengizinkan. Kun fayakun. Percaya saja Allah tidak akan menyesatkan hamba-Nya”. Tulisan itu sangat sangat membuatku merasa bersalah. Merasa seperti manusia tolol yang tidak mensyukuri karunia Tuhan. Bahkan yang membuatku lebih lebih lebih merasa bersalah lagi adalah karena Tuhan seakan selalu memberiku jalan untuk melanjutkan kuliah dan aku sendiri yang memutuskan untuk berhenti. Entah apa yang akan kujawab ketika malaikat kelak akan menanyakan hal itu kepadaku, menanyakan ketidakbersyukuranku.

Masih terekam jelas saat2 pak helmi, karyawan agip begitu terkesan dengan perjuanganku sampai beliau mengundang aku, hajar, galih dan rizki makan malam di rumahnya yang akhirnya kami makan malam dibayarkan dan di kos masing2. Saat ibuknya wek ikut bangga mendengarku kuliah dobel. Saat mbak rani sms bilang kalo dia bangga saat ditanya elita tentang kuliahku. Terlalu banyak saat yang membuatku harus berpikir ulang lagi untuk berhenti. Tapi berulang kali itu pula aku merasa terpenjara oleh kalimat2 pujian. Aku seperti takut orang2 mengejekku, orang2 tak lagi mau membanggakanku, orang2 tak peduli denganku. Ada apa sebenarnya denganku? Mengapa aku haus pujian seperti ini? Apa yang sebenarnya aku cari di dunia ini? Bukankah dunia adalah fatamorgana? Atau hanya aku yang mengartikan dunia fatamorgana?

Jumat, 21 September 2012

Melepaskan sesuatu yang kita cintai memang berat. Sangat berat. Rasanya seperti menghujam diri sendiri dengan pedang tumpul, sakit, tapi belum tentu mati.
Hahhhh...
Salah satu cara terbaik adalah membaikkan hidup. Mengapa selalu begini, selalu kacau. Ada yang harus kuperbaiki. Ya, begitu terus saja setiap kali semuanya hancur. 
Tidak, ini pilihanku. Harusnya aku menerima dengan lapang. Harusnya...
Belum saatnya membunuh karakterku sendiri

Selasa, 18 September 2012

Untuk kedua kalinya berangkat kuliah gak mandi. Yang pertama pas jaman maba. Yang kedua ya kemarin itu. Salahku sendiri si, pas diajak temen-temen ngerjain di perpus malah cuma dateng, liat orang pacaran, nulis 3 halaman, pusing mendengarkan banyak orang bicara kemudian pulang. Sampek kos setengah sebelas. Jam sebelas ngantuk. Jam sebelas lebih sepuluh nulisnya ngawur, jam sebelas lebih seperempat memutuskan untuk bangun jam 12. Masang alarm, nyuruh teman membangunkan dan tidak bangun.

Bangun jam 4 langsung nyamber kertas, buku dan mulai me-resume. Sholat kemudian nge-resume lagi. Kupikir seperti pengkaderan. Dulu ae pas pengkaderan gak kayak gini. Maklumlah gak jangkep juga ikut pengkaderan e. Jam menujukkan 7 kurang seperempat, untung Ijah mau bantu ngeprint jadilah ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Awalnya berfikir untuk tidak gosok gigi dan cuci muka, tapi ternyata aku masih punya malu.

Ngumpulin tugas kemudian kuliah. Kulihat banyak temanku pucat. Kuliah tpl dosennya selalu membuatku ngantuk, tapi untuk pertama kalinya hari itu aku gak ngantuk. Plok...plok...plok...

Kuliah mo dengan dosen baru yang membosankan, translate bahasa inggris. Hish -____-

jam 1 kurang seperempat aku pesimis bisa kuliah di unair. Hajar menyuruhku untuk tetap kuliah. Dan waktu membolehkan. Tiba di uner pukul 13.15. Parkir psikologi penuh, FIB penuh, FISIP penuh, suruh mas-mas parkiran fisip suruh parkir di depan. Dalam hati, maksudnya depan mana? Aku muter lewat jalan raya, masjid, perpus dan bertanya, parkir dimana???? Akhirnya memutuskan untuk kembali ke parkiran psikologi, kalo gak ada tempat ya nggak kuliah, nggak jadi kuliah di uner sekalian, dannnn penuh, fib jg masih penuh. Keluar gang dan ngomong sendiri,"oke, berarti aku gak sido kul dobel waelah". Tapi ternyata parkiran fisip ada tempat. Taunya ada tempat atau enggak? Ada tulisannya kok. Yeah. Kuliah. ke lantai 3..hosh hosh hosh. masuk. nyari tempat duduk dan yg kosong paling belakang dan pojok. 1 bangku di sampingku ada anak lakik. Awalnya biasa kemudian dia mengambil tissue dari dalam tasnyaa. Uhhhh.. Kemudian lagi bertanya dalam hati, kapan yaterakhir kali ada tissu di tas ku??

Jumat, 14 September 2012

Move on dong yaaaa...
Kata dosen yang entah namanya lupa, jika bisa senang senang senang senang, mengapa harus sedih dulu baru senang? Setuju. Saya ingin bahagia deh. Ya kalo bisa sih membahagiakan orang lain. Rencana terdekat saya untuk merealisasikan hal tersebut adalah....*mikir
yaituuuu....*mikir
oke, saya gak nemu jawabannya.
anyone help me? (sorry kalo salah, lagi belajar bahasa inggris nich)
Setelah kuliah faal yakin sekali akan melepas unair tapi setelah baca diary jadi galau lagi. Jelas2 di buku tersebut aku menulis bahwa Tuhan tidak akan pernah menyesatkan hambaNya. 

Kemudian bertanya pada diri sendiri, apa tujuanku hidup? Bukankah aku hidup untuk Tuhan.
Innasholati wanusuki wamahyaaya wa mamaati lillahi ta'ala.

Trus mengapa dulu pengen kuliah dobel?
Kukira aku bisa seperti mbak herdi, kuliah sore, ternyata hanya fakultas tertentu yg ada kuliah sorenya
Kukira ITS ke UNAIR itu deket, cuma 10 menit, ternyata 20 menit
Kukira aku bisa jadi psikolog, ternyata sarjana psikologi belum bisa praktek jadi psikolog

Ternyata mengira-ira adalah sebuah kesalahan, harusnya tanya dulu sebelum bertindak. Nasi sudah berubah menjadi feses. Yang sudah ya sudah. Nanti malem minta petunjuk Allah lagi. Doakan Allah segera memberi petujuk ya teman-teman :D


Kamis, 13 September 2012


Dari sekian banyak pertanyaan yang muncul dari dalam hatiku, belum ada yang mampu menjawabnya. Hampir setiap orang yang kurasa mampu untuk kuajak bicara, kumintai pendapat, bagaimana aku seharusnya. Dan jika aku harus menuruti nasihat mereka semua bisa-bisa pusing di kepalaku yang berhari-hari tak kunjung sembuh akan menambah waktunya lagi untuk lebih lama bersarang. Permasalahannya masih tetap sama, kuliah dobel apa nggak.
Terakhir minta pendapat sama Anies yang kebetulan sedang online fesbuk, ketika kumintai pendapat, dia balik bertanya, apa sebenarnya motifku untuk kuliah psikologi? Kujawab begini, tujuan kul psikologi cuma pengen ngerti karakteristik seseorang dari cara dia berperilaku, caranya menatap mata dan lain-lain. Dan yang paling menusuk dari pertanyaan Anies adalah, emang tujuanmu ngerti karakteristik seseorang ki nggo opo? opo cuma sebatas kepuasan diri,.?penting yo tir kepuasan diri?sui2 koyo ngikuti hawa nafsu malah,,,hehe.
Jleb jleb jleb. Speechless. Hmfh. Inhale. Exhale. Inhale. Exhale.

Dari 2 kuliahku kemarin, sama sekali aku tidak tertarik untuk belajar psikologi. Mungkin faktor dosen atau entahlah. Besok pagi psikologi faal. Akan kuputuskan setelah faal. Semoga aku tidak bimbang lagi. aamiin.

Minggu, 09 September 2012

Akan meninggalkan 8 sks di uner dan bisa dipastikan IP saya semester ini 1 koma, berharapnya 2 saja. Ya, jalani saja dulu. Saya ikut maunya Tuhan saja daripada berhari-hari pusing gak sembuh2 cuma gara2 memikirkan si bingung.
Mau buat daftar plan A, B, C, D sampek Z kalo perlu. Gak boleh egois maunya apa. Harus memikirkan jangka panjang dan pendeknya.

Eh lagi nulis ini ada yang ngejek saya gara2 cita-cita saya. Gak apa wes, belajar jadi orang sabar dan orang baik yuk! Semangat!!