Sepertiga malam ini, seperti malam-malam sebelumnya saat kau tidak berhalangan mengenakan kain suci. Bersimpuh di hadapan Tuhan yang terus menerus kau yakini bahwa Ia Maha Pendengar, Maha Melihat dan Maha-Maha yang lain. 2 raka'at atau entah aku tak pernah tahu, sebab aku selalu terlelap kala itu, sebab aku tak selalu di sampingmu seperti Tuhan, sebab busur panah harus melesat supaya tetap sasaran.
"Ibuk rasane males banget meh tangi, Dek. Tapi Ibuk eling kowe eling Mbak Rani, Ibuk dadi semangat", perkataan ini selalu membuatku terdiam dan mengalihkan pembicaraan.
Untuk perempuan yang mulai berumunculan gurat halus di wajah, untuk perempuan yang mulai tidak menghiraukan lagi tumbuhnya uban, untuk perempuan yang selalu membawakan omelette mie setiap kali aku pulang, untuk perempuan yang selalu sms,"Tiyol", untuk perempuan yang membagi doa untuk orang lain selainku, yaitu untuk bapakku dan mbakku, untuk perempuan yang setiap kali aku minta untuk disuapi selalu mau, untuk perempuan yang membuat cacing-cacing di perutku, bapak dan mbak tidak bergeliatan, untuk perempuan yang membuatku menangis menuliskan ini, terima kasih. Kau seorang Ibu, dan kau selalu istimewa dimata anak bernama aku.
nb: untuk Bapak tulisannya nyusul ya...hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar