Jumat kemarin, karena menunggu Mas Dodo yang berbuat apa pada motor saya yang gak tau dimana, saya memutuskan menunggu di dekat parkiran Taman Bungkul. Ada belasan Satpol PP mengusir 2 pengasong di sekitar sana. Banyak dari satpol pp yang diam. Perkiraanku banyak yang hatinya teriris-iris, melakukan yang tidak ingin dilakukan.
Dari seberang, seorang pria gendut berbaju apa saya lupa, membawa handytalky berteriak-teriak,"Suruh kesana!". Yang diteriaki berwajah bingung dengan mengusir mangu-mangu. Tertinggallah satu karung goni yang saya tak tahu isinya. Pria gendut berteriak kembali,"Buang saja!". Yang diperintah mengambil karung goni kemudian dibawa kemana lah.
Saya tak mengerti apa itu keindahan. Sungguh. Taman yang rapi? Bebas pengasong? Ah, mereka menganggap mencari uang tidak di tempatnya adalah dosa. Mereka? Satpol PP? Bukan! Pria gendut? Bukan juga! Tahulah siapa yang menyuruh pria gendut itu. Saya tak percaya jika pria gendut bertindak tidak sesuai doktrin. Doktrin dari siapa? Entahlah. Doktrin dari Tuhan kah yang menyebutkan mencari nafkah di Taman itu dilarang, membuat Taman tidak indah? Kurasa bukan. Kurasa Tuhan mereka sudah berganti. Kurasa kalian tahu "Tuhan" mereka itu siapa. Terlalu patuh. Takut jika tidak menurut akan bangkrut.
Mengapalah takut jika kita dengan sombong berbicara bahwa kita punya Tuhan? Atau jangan-jangan Tuhan sudah mengalami perluasan makna di mata kita? Nafsu kita jadikan Tuhan. Majikan kita jadikan Tuhan. Maka bagaimana seharusnya?
Dari seberang, seorang pria gendut berbaju apa saya lupa, membawa handytalky berteriak-teriak,"Suruh kesana!". Yang diteriaki berwajah bingung dengan mengusir mangu-mangu. Tertinggallah satu karung goni yang saya tak tahu isinya. Pria gendut berteriak kembali,"Buang saja!". Yang diperintah mengambil karung goni kemudian dibawa kemana lah.
Saya tak mengerti apa itu keindahan. Sungguh. Taman yang rapi? Bebas pengasong? Ah, mereka menganggap mencari uang tidak di tempatnya adalah dosa. Mereka? Satpol PP? Bukan! Pria gendut? Bukan juga! Tahulah siapa yang menyuruh pria gendut itu. Saya tak percaya jika pria gendut bertindak tidak sesuai doktrin. Doktrin dari siapa? Entahlah. Doktrin dari Tuhan kah yang menyebutkan mencari nafkah di Taman itu dilarang, membuat Taman tidak indah? Kurasa bukan. Kurasa Tuhan mereka sudah berganti. Kurasa kalian tahu "Tuhan" mereka itu siapa. Terlalu patuh. Takut jika tidak menurut akan bangkrut.
Mengapalah takut jika kita dengan sombong berbicara bahwa kita punya Tuhan? Atau jangan-jangan Tuhan sudah mengalami perluasan makna di mata kita? Nafsu kita jadikan Tuhan. Majikan kita jadikan Tuhan. Maka bagaimana seharusnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar