Selasa, 29 November 2011

Kurang motivasi

Dalam hidup, kalah itu kadang diperlukan. Supaya kita menikmati indahnya menang. Supaya kita tidak sesumbar karena terus-terusan menang. Supaya kita dapat merasakan terjatuh sehingga kita dapat dengan kuat bangkit.
Iya, kalah itu perlu. Tapi putus asa tidak diperlukan. Bukankah Tuhan tidak menyukai seseorang yang berputus asa? 

Dan sepertinya aku terlalu larut dalam keluhanku hingga aku menyadari bahwa dunia terlalu acuh mendengar keluhanku. Semua tetap berjalan. Tak menghiraukan aku yang berputus asa. 

Malam terlampau larut untuk mengemasi semua rencanaku. Tapi aku yakin Tuhan memberiku kesempatan. Entah aku dapat melihat kesempatan itu atau tidak, mungkin aku akan mengabaikannya. Dan inilah sisi kebodohanku. Dimana Tuhan selalu memberiku waktu untuk bertobat tapi aku tak lekas merencanakan nasuha. 

Maaf, aku hanya bisa menulis dan berbicara, tidak bisa mewujudkan kalimat-kalimat menjadi sebuah perbuatan. Karena ternyata memotivasi orang lain itu sangat jauh lebih mudah daripada memotivasi diri sendiri.

Kamis, 24 November 2011

Pinjem Modemnya Nisa

"Ketidakstabilan membuat kita menggeliat dan kalian akan sukses", kata-kata yang muncul hari ini dari mulut Pak Agung, Dosen Operasi Teknik Kimia I. Benarkah ketidakstabilan benar membuat kita sukses? Berarti abg labil itu juga bisa jadi orang sukses apabila memanfaatkan ketidakstabilannya.
Yang saya bisa artikan dari kalimat Pak Agung adalah ketidakstabilan ekonomi, yang kadang naik kadang turun. Nah pada saat turun itulah yang akan memaksa seseorang untuk bertindak mengambil keputusan dengan cepat. Tapi bukankah memang dalam menjalani hidup selalu ada fase dimana seseorang akan naik dan juga turun. Bola itu bundar, semua sisi berkesempatan untuk merasakan di atas maupun di bawah. Yang artinya semua orang berhak meraih sukses asal dia tidak hanya berdiam menunggu rizki Tuhan. Tuhan tidak akan memberi jikalau kita tidak menjemput. Kemudian muncul pertanyaan lagi. Bagaimana dengan pemulung-pemulung atau orang-orang sejenisnya(bukan maksud merendahkan, hanya mengambil contoh) yang bekerja keras tapi hasilnya hanya mampu digunakan untuk mengisi perut? Ehmm, hidup saling melengkapi bukan? ada yang kaya, ada yang miskin. Tak membayangkan seandainya Tuhan mengizinkan semua orang kaya. Semua orang tidak ingin bekerja, tidak ada tujuan, tidak ada yang akan dicapai, hidup menjadi sangat datar. Karena gunung diciptakan untuk kita daki sehingga sampai di puncak kita akan merasa bangga. Tapi akan ada suatu waktu dimana kita harus turun.
Ketahuilah, semua hanya titipan Tuhan. Tuhan berhak memintanya kembali meski Tuhan tidak membutuhkan.
Bersyukurlah dengan apa yang kau miliki hari ini. Karena hari ini adalah kenangan di suatu hari nanti.

Rabu, 23 November 2011

Opportunity Cost

Melihat pacar temanku dimarahi membuat aku berpikir, kasian ya jadi laki-laki. Perempuan itu memang selalu ingin dimengerti. Detik pertama maunya A, detik selanjutnya B, C, D dan abjad-abjad yang lainnya. Atau mungkin sekarang lagi jamannya pria dijajah wanita? Atau cinta memang harus selalu berkorban? Aku sendiri gak tau, maklum, jomblo dari lahir.

Kalau mencintai tanpa berkorban kira-kira bisa gak ya? Kemungkinan kecil tidak bisa. Untuk mendapatkan suatu barang saja dibutuhkan opportunity cost atau biaya pengorbanan. Untuk mendapatkan satu hal, harus meninggalkan hal yang lain. Dalam artian sebuah pilihan. Mencintai sebuah pilihan. Memilih untuk berkorban atau tidak. Setiap pasangan pasti menginginkan membahagiakan pasangannya bukan? Tapi apa jadinya saat yang berkorban hanya di satu pihak, pihak lain hanya selalu menuntut untuk berkorban? Bagi seseorang yang benar-benar mencintai dengan tulus, mungkin hal itu wajar. Tapi bukankah manusia memiliki batas-batas tertentu dimana dia akan merasa jenuh dengan keadaan, bosan untuk berkorban ataupun merasa lelah untuk menuruti semua kemauan pasangan.
Hal inilah yang patut dikomunikasikan dari hati ke hati. Bicara apa yang dirasakan. Karena menyimpan bisa membuat ledakan yang hebat.

Hehe, aku kok jadi membicarakan pasangan2 begini ya, padahal gak berpengalaman sama sekali.
Buat Wetewe:maaf wet, tulisanku gak nyambung lagi. soale aku durung solat isya.

aku tak mengerti dengan bahasaku

Seandainya dunia bukan panggung sandiwara mungkin tidak ada senyum di wajahku saat ini. Kini, aku masih menantang ombak, tapi aku berdiri di karang yang paling ujung yang tak terkena ombak, bersembunyi. Tapi tetap ada angin. Dimanapun aku berdiri, selalu ada yang ingin menjatuhkanku. Entah semut yang menggelitik, burung yang mematuk, topan yang menari, semua sama, perlahan tapi pasti dengan keindahan mereka, mereka berniat menjatuhkanku. Samar, tak kentara. Tak terlihat, tapi tercium.

Memang jatuh itu perlu. Karena bangkit adalah hidup. Ya, hidup membutuhkan kebangkitan. Bukan hasil yang membuat seseorang disebut hebat, tapi dia yang beranjak di saat yang lain menyerah untuk sekadar mendongak ke atas.

Jumat, 18 November 2011

Berhentilah menyalahkan temanmu yang kekurangan

Suatu hari di Masjid Manarul Ilmi ITS, Surabaya, aku sendirian dan ingin pergi ke rektorat. Karena rektorat buka pukul 13.00, akhirnya aku menunggu sampai waktunya tiba. Saat itu kira-kira sedang pukul 12.30. Daripada bengong akhirnya aku berkenalan dengan orang di sampingku. Aku lupa namanya. Dia seorang maba, mahasiswa baru jurusan elektro. Berbincang-bincang lama dan aku menangkap kekurangannya yaitu pendengarannya kurang, tapi aku tak mempermasalahkan. Menurutku, setiap manusia pasti sudah Tuhan lengkapi dengan kelebihan meski yang tampak adalah kekurangan. 
Tiba-tiba dia curhat,"Mbak, kenapa ya kok temen-temenku kayak benci sama aku. Aku gak tahu salah apa, tapi mereka kayak benci sama aku". Kasian sekali adek itu, semoga dia tidak disukai teman-temannya bukan karena dia mempunyai kekurangan. Jika iya, sadarkah orang yang membenci adek itu kalau mereka pun juga Tuhan lengkapi dengan kekurangan. 

Belum Ingin Pulang

Sore ini bingung sekali. Sudah di sms bapak, di sms ibuk, dan menanyakan hal yang sama, jadi pulang atau tidak. Terlalu banyak alasan untuk tidak pulang. Tapi aku tidak ingin mengecewakan dua orang yang kusayangi. Laporan karpomku, laporan pengawetanku, besok senin kuis, rabu kuis juga. Karpom kenapa harus susah si? 2 minggu lagi harus acc pula. Pusing ya. Belum ingin pulang tapi jika mereka ingin aku pulang, oke aku akan pulang. Tapi ninggal pekerjaan itu sangat berat. Perjalanan 9jam membuatku pusing. Bukan aku betah di Surabaya, melainkan aku nyaman berada di kamar dengan duduk diam menulis atau menghabiskan waktu untuk tidur.

Kamis, 17 November 2011

Belum mengerjakan tugas malah posting

Sahabatku, Nobi, nge-wall, kalau dia kangen sahabat-sahabat SMA-nya, termasuk aku. Akupun begitu, aku sangat merindukan kalian sahabat-sahabatku. Ternyata hidup di kota itu sangat berbeda dengan di desa kita. Kau tahu, aku sudah menjadi orang agak kebal dengan hujatan di sini. Teman-teman di kota tidak seperti kalian.  Mereka sering menyakiti hatiku. Mereka sering membuatku merenung menangis sendiri. Mereka selalu meminta balas jasa dari apa-apa yang mereka berikan. Meski tidak semua
Mereka bercanda dengan nada tinggi, membuatku tak mengerti apakah itu sebuah kekesalan atau lelucon. Kadang muka mereka terlalu serius untuk bercanda sehingga lagi-lagi aku tak mengerti apakah itu sebuah keseriusan dalam hal bercandaan atau memang benar-benar serius untuk tidak bergurau.
Dulu, kita selalu sholat berjamaah atau paling tidak saling mengingatka yang belum sholat. Kini, ada minoritas temanku yang tidak sholat, sampai-sampai saat aku berkunjung ke rumahnya dan akan sholat, dia lupa kemana arah kiblat. 
Sahabat, aku benar-benar rindu kalian yang lugu, polos dan tulus. Semoga Tuhan tetap memelihara persahabatan kita :)

Life must go on

Bertanya pada pagi yang selalu membuatku gelisah tapi tak pernah ada jawaban. Mencoba mencari  tahu apa sebenarnya yang membuatku semakin hari semakin tidak sanggup untuk menghadapi pagi. Saat semua orang semangat untuk meraih pagi dengan langkah-langkah besarnya atau bahkan berlari, aku hanya bisa meraih langkah-langah kecilku. Selalu jauh tertinggal. Kata bapak,"Kamu sama mereka itu sama, sama-sama manusia, kamu juga harus bisa seperti mereka". Bapak tidak tahu bahwa sesungguhnya aku sama sekali tidak ingin seperti mereka. Bapak bilang lagi,"Jangan nangis, berusahalah semampumu, bapak dan ibuk selalu mendoakanmu". Bapak tidak tahu lagi kalau air mataku sudah habis, aku sudah tak mampu menangis.

Ketika kau yakin benar bahwa mimpimu tak dapat kau kejar, kau harus punya mimpi lain. Hidup itu harus bercabang, terencana. Harus siap menerima apapun yang Tuhan berikan. Manusia adalah perencana yang baik. Tapi bukankah Tuhan yang menentukan akhir cerita?
Dan yakinlah, saat kau merasa sedih, Tuhan akan menggantinya dengan berjuta nikmat dan kebahagiaan. Inilah yang harus aku lakukan. Ya, aku harus percaya bahwa semua ini hanya salah satu dari cara Tuhan untuk menaikkan derajat manusia, yaitu dengan ujian.

Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tapi bersyukurlah yang membuat kebahagiaan.
Jika bahagia adalah mendapatkan apa yang kita inginkan, maka kita tidak akan pernah bahagia.

Rabu, 16 November 2011

Remeh Temeh

Mungkin hidupku tidak sesempurna orang lain yang selalu menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan organisasi. Terlalu remeh untuk menyebutkan kegiatanku saat ini. Kadang jenuh. Tapi bukankah jenuh itu manusiawi? Ya karena aku manusia maka dari itu aku merasakan jenuh. Saat semua aktifitas menjadi rutinitas yang mengekang menjadi kebiasaan. Entah buruk entah baik. Yang jelas jangan meremehkan suatu keremeh-temehan. Tidak sedikit orang yang berhasil karena keremeh-temehannya. Agaknya aku harus belajar semua keremeh-temehan dalam hidupku menjadi sesuatu yang akan mencengangkan. Haha. Mimpi gak bayar ya?
Misalnya aku suka ngupil. Siapa tahu suatu hari aku bisa mengubah upil menjadi bahan bakar alternatif. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bukan?

Semua bisa terjadi. Jadilah, maka jadilah ia.

Sedang Ingin Bercerita

Aku akan memulai cerita dari malam kemarin 15 November 2011.
Praktikum selesai pukul 19.00 tapi baru nyampe kos pukul 20.30. Biasa anak gaul dapet hukuman jadilah pulang telat. Belum naik tangga tiba-tiba Hajar berseru,"Tir, garap Termo yuk!", aku menyanggupi karena tahu kalo bakalan ada evaluasi Termodinamika. "Yawes, tapi aku mandi sek".

Selesai mandi

Karena lapar, akhirnya dengan semangat mengerjakan tugas Termo, aku membawa makanan dan buku2ku ke kamar Hajar. Makan setengah jam. Cerita-cerita eee gak taunya sudah pukul 22.00 dan kami belum belajar. Mata sepet. Dan aku pamit ke kamar."Dadi awakmu rene cuma nuntut maem?". aku cuma bisa mringis.

Pasang alarm pukul 00.00 tapi baru bisa melek pukul 2.00. Baca Introduction To Chemical Engineering Thermodynamics. tik tok tik tok. Waktu di pagi hari sangatlah cepat. Belum mudeng eee gak taunya sudah pukul 3.00. Resah, bingung, galau dan semacamnya akhirnya aku memutuskan ke kamar Hajar untuk lihat fotokopian transparan milik Pak Soeprijatno. Alhamdulillah mudeng meski lama juga nangkepnya. Ee ketauan Mbak Asa kalo lagi belajar. Dikira mbak As aku belum tidur. Hebat la'an nek gak tidur gara-gara belajar.

Pukul 4.00- masuk kamar. Rencana belajar buat tes awal operasi teknik kimia 1 sama belajar buat kuis Neraca Panas-nya Bu Dana tapi apa daya. Mata mudah sepet. Karena tidak sholat akhirnya tidur sampe pukul 6.00.

Kampus pukul 7.00-"Tir, aku ngko nyonto yo, gonku durung mari", kata Hajar. Punyaku sih sudah selesai, tapi sepertinya ada yang salah. Sampe di kelas Hajar gak jadi nyonto, dia nyonto yang lain. Dan aku lihat punyanya yang lain salahnya lebih banyak dari aku. Tapi aku ngomong gak direken.
Pak Pri masuk, membagikan kertas. Soal sama dan aku sudah tahu letak salah dimana. Meski mengerjakan lamaaa sekali tapi alhamdulillah lancar.

Pukul 9.00 mengerjakan komputasi. Sengaja gak ikut kuliah Fisika Teknik dengan alasan belum belajar Neraca Panas. Pulang ke kos. Makan. Hal yang tidak aku suka setelah makan adalah beol karena membuatku lapar lagi. Erggghhh. Selesai beol malah ngantuk. Tidurlah. Tidak jadi belajar neraca panas.

Kampus pukul 13.00-Dapet soal. Gelagepan tapi alhamdulillah bisa mengerjakan. Hehe. Yang nomer 1-b belum tak isi tapi :(
Pukul 15.00 keluar kelas untuk tes awal komputasi. Disambung pukul 16.00 tes awal karpoma. Alhamdulillah ya belum belajar dan asistennya lagi sibuk jadi tes awalnya cuma dikasih tes tulis. Padahal kelompok lain tes awal dengan tegang.

Pukul 20.00-menuju kamar bertemu dengan Ibunya Hajar,"Tir, iku nek ate sinau tak sediani rambak tapi nang kamar e hajar, mau Santi ngamek rambak e pas tak andani nek iki lho Tiara nek sinau ngemil krupuk", ibu itu sangat perhatian. Kemarin pas tahu kalo aku mencret gara-gara belum maem tapi sudah maem mi+lombok akhirnya aku dibawakan maem. Wah pokoknya ibu terbaik di dunia versiku nomer 2 itu ibunya Hajar. Terbaik pertama tetep ibukku rekkk :))

Minggu, 13 November 2011

Bahagia itu ternyata mudah

Hari ini senang sekali. Dimulai dari pagi yang malas untuk ikut DTC(D3 Teknik Kimia Tour Care) karena acaranya himpunan (sering ga nyambung sama anak2nya si,hehe) tapi ada sesuatu hal yang membuatku semangat yaitu acara DTC mengajak anak panti asuhan.

Kampus pukul 06.30-sampai sana bingung karena melihat banyak orang bingung. "Rek, pesertane absen", kata salah seorang temanku. Yang membuat saya terkejut adalah peserta dari 2010 cuma saya, Hajar dan Ifa -_- dan kebanyakan yang ikut adalah panitia. Oke, ini membuat saya agak kecewa. Berencana pulang tapi Hajar menguatkan rencana keikutsertaan kami dari awal adalah bertemu dengan anak-anak panti. Berangkatlah kami semua ke panti asuhan yang ada di Nginden, Surabaya.

Panti asuhan lupa namanya pukul 08.00-Ada miscommunication antara pihak panti dengan panitia. Banyak anak panti yang TK dan SD sudah di booking orang lain. Tinggal yang SMP dan SMK. Hmm, kecewa dobel. Tapi beberapa waktu kemudian, banyak anak yang dijemput dari rumah-rumah. Jadi intinya, kita ke Monumen Tugu Pahlawan dan Planetariumnya bersama adek-adek kecil pemirsa, bukan adek-adek panti. Ada sih adek pantinya, tapi udah gede2 sekitar SMP an. 

Di jalan-banyak yang gak tau jalan. Adek-adek dan sebagian panitia naik bis ITS dan sebagian lainnya naik motor. Banyak nyasar-nyasar tapi alhamdulillah dengan rahmat Tuhan sampailah kami di monumen Tugu Pahlawan.

Monumen Tugu Pahlawan pukul 11.00-berasa kayak di Monumen Jogja Kembali. Semuanya replika orang-orang lagi rapat. Gak ada yang aslinya ta???
Pas lagi jalan,eh ada mas-mas moto saya pake kamera gede. Dalam hati,"Aduh mas, nek iso jerawatku ojok ketok yo!", tapi saya pura-pura gak liat masnya dan berjalan dengan muka sok-sok imut (tolong jangan muntah).

Dan acara yang dinanti-nati adalah MAKAN. Saya duduk di sebelah Tara (bukan anak panti, tapi termasuk species anak-anak). Namanya Tiara tapi panggilannya Tara. "Wah, namaku juga Tiara. Ini mbak Tir yang ini dek Tar", kataku semangat. Eee..ada adek2 gendut,"Iku jenenge mbak sopo?", dia betanya pada Hajar. Dek Tar menjawab mantab,"Mbak Tiara", bagus, dia hafal nama saya.
Setelah anak-anak masuk bis, Arina mengajak saya poto2. Gak taunya ada mas yang tadi moto saya ikut moto saya lagi. Semua anak sudah gak berpose tapi saya masih tetap tersenyum karena saya tahu kamera tertuju kepada saya,"Wah yo ojo eksen rek", kata Arina iri. Huhuhu. Oke oke mas, saya terima difoto tapi sekali lagi, jangan perlihatkan jerawat saya.

Sholat dzuhur di Masjid pukul 12.00-Ada orang nikahan. Kapan nyusul??

Planetarium pukul 12.30-Adek-adek gendut yang akhirnya saya tahu bernama Sasa menjadi sok akrab. Ada satu anak gendut lagi, laki-laki, bernama Juli. Karena gak bisa nulis name tag akhirnya dituliskan oleh salah seorang temannya. Ditulislah Julik. Juli marah-marah. Teman lainnya,"Ojo di garai, ngko julik nangis maneh",ee anak nakal ini ciwek ternyata. 
Planetarium ada di Museum Angkatan Laut. Jadi sebelum kita melihat bintang2 bohongan, kita diajak melihat senjata2 dan pakaian dinas AL. Si Julik nakal banget. Dia lari2an terus. Saya kejar dia tambah lari. Begitu kena saya gelitikin. Ujung2nya saya yang kena marah senior. "ehh, jangan rame". Tapi saya tidak peduli, saya terus mengejar Julik sampe ketangkap. Dia girang sekali. Dan saya?lumayan lah olahraga. Endingnya entah kenapa si Julik nangis lagi. Sepertinya Julik belum siap jadi anak nakal.
Tiba-tiba Galih (pacar Hajar),"Wah Tiara wes terkenal ng kalangan adek2e. Mau ae podo takon,'Mbak Tiara mana mas?' ", saya hanya tersipu malu. Paling yang tanya si Sasa bumbu masak. Soalnya yang hafal nama saya cuma Tara dan Sasa bumbu masak. 
Nunki ikut2an,"Wes sing ndue adek anyar akeh". Haha. Saya bahagia sekali dikelilingi anak-anak kecil dan nama saya dihafal. Karena dari sekian banyak mahasiswa D3KKim, yang sering disebut namanya sama adek2 itu ya saya sama Hajar. 

Jadi teman-teman, inti dari kebahagiaan saya hari ini adalah bertemu dengan anak-anak dan 2 orang dari mereka hafal sama nama saya. 

Sabtu, 12 November 2011

semoga kepala di pusing saya sembuh

Saya benar-benar takut jadi gila. Pusing. Merasa benci dengan diri sendiri yang malas berbuat apa-apa yang bisa memperbaiki kehidupan. Banyak kuis, banyak tugas, banyak laporan. Tidur lah satu-satunya tempat untuk melepaskan penat dan entah mengapa kali ini saya membencinya. Membenci tidur. Satu bulan ini hidup saya benar-benar kosong. Kosong. Datar. Tanpa ekspresi. Tanpa kemarahan. Tanpa tangisan. Bahkan tadi siang saya ingin sekali menangis dan bodohnya adalah saya tidak tahu akan menangisi apa.

Ada apa sebenarnya ini? Mengapa semua terus-terusan memuakkan. Errrgggghh.
Saya tidak rindu rumah
Saya tidak rindu siapapun
Saya tidak menginginkan apapun
Saya hanya ingin berada di suatu tempat di mana saya akan hidup damai selama-lamanya
Apakah itu surga?
Apakah saya bisa mencapainya?
Tapi saya ingin segera kesana
Saya ingin bertemu dengan pencipta saya
Saya ingin
Saya ingin
Saya ingin

Tidakkah ada yang bisa menolong saya dari jeratan dunia?
Tidak! Manusia itu lemah, untuk apa mengeluh kepada mereka
Toh mereka hanya bisa menasihati
Toh mereka hanya bisa menyalahkan
Toh mereka tidak selalu ada di samping saya

Karena saya yakin Tuhan selalu ada, maka dari itu saya ingin selalu ada di dekat-Nya. Saya ingin benar-benar mendekat.

Doaku di akhir posting : semoga kepala di pusing saya sembuh