Kamis, 17 November 2011

Life must go on

Bertanya pada pagi yang selalu membuatku gelisah tapi tak pernah ada jawaban. Mencoba mencari  tahu apa sebenarnya yang membuatku semakin hari semakin tidak sanggup untuk menghadapi pagi. Saat semua orang semangat untuk meraih pagi dengan langkah-langkah besarnya atau bahkan berlari, aku hanya bisa meraih langkah-langah kecilku. Selalu jauh tertinggal. Kata bapak,"Kamu sama mereka itu sama, sama-sama manusia, kamu juga harus bisa seperti mereka". Bapak tidak tahu bahwa sesungguhnya aku sama sekali tidak ingin seperti mereka. Bapak bilang lagi,"Jangan nangis, berusahalah semampumu, bapak dan ibuk selalu mendoakanmu". Bapak tidak tahu lagi kalau air mataku sudah habis, aku sudah tak mampu menangis.

Ketika kau yakin benar bahwa mimpimu tak dapat kau kejar, kau harus punya mimpi lain. Hidup itu harus bercabang, terencana. Harus siap menerima apapun yang Tuhan berikan. Manusia adalah perencana yang baik. Tapi bukankah Tuhan yang menentukan akhir cerita?
Dan yakinlah, saat kau merasa sedih, Tuhan akan menggantinya dengan berjuta nikmat dan kebahagiaan. Inilah yang harus aku lakukan. Ya, aku harus percaya bahwa semua ini hanya salah satu dari cara Tuhan untuk menaikkan derajat manusia, yaitu dengan ujian.

Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tapi bersyukurlah yang membuat kebahagiaan.
Jika bahagia adalah mendapatkan apa yang kita inginkan, maka kita tidak akan pernah bahagia.

Tidak ada komentar: