Rabu, 28 November 2012

Selalu ada cerita

Kesedihan itu seketika hilang saat menjumpai wajah2 manis mereka. Tiba2 merasa beruntung menjadi bagi save stree child surabaya. Yaa..meski males dateng Jumat sehat, males ikut gathering juga (yang ini belum pernah ikut malah).

Dateng ke Taman Bungkul dan sepi. Gak kayak biasanya, kata Mbak Dina si gara2 hujan tapi daerah ITS gak hujan tuh. Risky dateng sama adeknya, Roky,"Mbak Tiara, mau lewat kebun bibit yo, Mbak? Aku mau weruh Mbak Tiara, helm e putih kan? Tas e miring kan?"
"Loh kok gak manggil, Mbak kan gak ngerti, Kik. Risky mbe sopo?"
"Karo bapak, ibuk, roky. Sing nggowo thermos mau lho mbak"
"Ohh..pantes iku mau aku ndelok koyo ibuke Risky. Yowes saiki belajar moco"
"Males mbak, nek sing koyo iki aku gelem", Risky menunjuk halaman pada bukunya.
"C..A.."
"Ca"
"C...I..."
"Ci"
"Dibaca?"
"Maci"
"CACI"
"CACI", ulang Risky.
"V..I.."
"Vi"
"V..I.."
"Vi"
"Dibaca?"
"Vavi"
"V..I.."
"Vi"
"V..I.."
"Vi"
"Dibaca?"
"Vavi"
"Vivi"
"Vivi", Risky mengulangi perkataanku
"S..A.."
"Sa"
"P...I.."
"Pi"
"Dibaca?"
"Sapi"
"Pinterrrrrrr"
Lamaa belajar baca sepertinya Risky bosan. Oiya, tapi sudah banyak kemajuan bacanya meski cuma bisa 2 suku kata tapi sudah banyak yang bisa dia eja.
Yudi datang dengan rambut gundul. Padahal cantikan gondrong. wkwkw. Tak suruh ambil buku dia diam, tak suruh belajar sama mbak lain dia diam, sepertinya Yudi malu rambutnya gundul *gak ono hubungane yaaaa
Karena Yudi gak mau ambil bukunya, akhirnya aku pake bukunya si Ilham, lha Ilham e ae malah mainan yawes bukune tak pakek. Yudi tak ajari menghitung luas dan keliling persegi dan persegi panjang. Susah katanya. Tapi tak paksa sampek si Yudi mblenek. Hahaha. Malah arek e crito tentang rumah hantu yang di Pasar Turi."Emang pasar turi endi Yud?", tanyaku. "Arek ndi si mbak?", tanya Samsul.
"Jawa tengah"
"Ah mbak Tiara mbijuki, jare ate ngajak aku nang jawa tengah", Yudi menyela
"Kan Mbak Tiara wes ngajaki. Jare Yudi, Yudi wedi gak mbalik Suroboyo maneh. Ki buktine Mbak Tiara mbalik"
Yudi diam
"Ayo Yud nang omahe Mbak Tiara, ngko tak sekolahke. Bapake mbak Tiara galak tapi apikan kok. Yo opo yo galak tapi apikan iku?"
"Gak eruh mbak",jawab Yudi polos. "Melu a mbak ndelok rumah hantu karo bapak ibuku. Mene jam 1", lanjut Yudi.
"Yaaa..mbak Tiara praktikum Yud"
Gak tau kenapa tiba2 tebak2an jumlah raka'at shalat sama anak2. Dan gak tau juga kenapa Irvan baca ayat kursi, aku juga ikut2an baca.
Hah, mereka pembungkus malam yang indah :D


Biarlah kebahagiaan datang sendiri layaknya kesedihan yang tiba-tiba bermunculan satu persatu dalam hitungan jam. Tentang teman yang menolak menerima penjelasan, tentang absen yang banyak sekali disilang, tentang penjaga parkir yang menyuruh menempelkan stiker, tentang penjaga ruang baca yang galak, tentang hobi tidur yang membuat banyak rencana gagal, tentang teman yang ngomel mendapatiku banyak bertanya, tentang pembicaraan yang banyak tanpa dasar membuat daftar sakit gilaku bertambah.
Jika aku merubah hidup, kelakuan, perilaku dan tabiatku, maukah kalian merubah semuanya menjadi lebih baik dari yang sedang kualami? Kenyataannya tidak. Cinta tetap melengos bertemu denganku, absen filsafatku tetap disilang banyak, penjaga parkir psikolog akan tetap menyuruhku memasang stiker “Parkir Psikologi”, Pak Wawan akan tetap galak, hobiku tetap tidur, Tito tetap protes kalo aku banyak tanya, bicarku tanpa dasarku mungkin bisa kukurangi supaya kelainan jiwaku tidak nampak.
Mungkin kalian akan lebih senang jika melihatku diam, tertunduk lesu, tak ada gairah, tak menyimpan rahasia apapun, tak surat-menyurat dengan siapapun, tak membuat penasaran. Jika itu mau kalian, aku akan menyimpan rapat-rapat semua rahasia hingga tak ada seorang pun yang cemburu ada yang kuceritai rahasiaku. Aku tak akan berbicara banyak-banyak. Aku tidak akan bercerita tentang apapun kepada siapapun. Seperti Uti bilang, aku manusia yang tidak bisa dipercaya. Maka dari itu, jangan bercerita denganku. Maaf untuk kalian semua. Maaf untuk kecerobohanku yang membocorkan rahasia salah seorang dari kalian. Maaf untuk rahasia yang tak ingin kamu mengetahuinya. Maaf untuk kelakuan yang membuat kalian berkata,”Tiara ki yo opo se, percuma la’an aku ngongkon awakmu njupukno bukuku”. Maaf aku tidak bisa diandalkan.
Terima kasih untuk yang menghindariku. Terima kasih untuk yang membentakku. Terima kasih untuk yang menasihatiku. Terima kasih untuk semuanya.

Minggu, 25 November 2012

Laporan KP

Merasa dibutuhkan oleh anak-anak itu menyenangkan sekali. Haha. Belum masuk pintu mushola tempat mengajar sudah disambut gerudukan sama anak-anak. Indah rebutan sama Fajar minta diajari. Akhirnya Fajar terjepit karena Indah bersama teman-temannya terus menggandengku. Ngajarin Indah sebentar, Toni nimbrung,"Mbak aku ajari sing koyo Fajar po'o". Sementara aku ngajari Toni, Indah ngambek soale gak direken. Aku ngajari Indah, Toni berok-berok minta diajarin. Oke, aku ngelu.
Jam 5 selesai, si Fajar ndeketin aku,"Mbak sesuk rene mbak. Mesti mbak Tiara nek senen gak teko". Kemarin Senin memang praktikum sore jadi gak bisa ngajarin adek-adek Ambengan,"Iya sesok insyaAllah. Aku wingi praktikum lho, Jar".

Kalo yang suka protes di Taman Bungkul tu Risky,"Mesti mbak iki gak tau teko nek Rebo. Malesi". Kejadian serupa (diperebutkan minta dibikinin soal dan diajari) juga pernah terjadi di Taman Bungkul. Tak suruh sama mbak2 yang lainnya lho gak mau. Kata Rio,"Mbak Tiara ae lho sing wes ngerti dadi langsung digawekno soal. Nek karo mbak2 laine atek ditakon-takoni disik". Mungkin antara bangga dan pusing itu beda tipis hingga aku sulit membedakannya.

Tiba-tiba jadi inget dulu waktu kecil, SD kalo gak salah, ada anak tetangga yang masih kecil, Fikri, main ke rumah. Padahal sebelumnya gak pernah main kerumahku dan aku juga gak pernah main ke rumahnya eee pas main malah gak mau pulang. Sejak itu sering banget Fikri mau main kerumah tapi aku selalu ngumpet. Jaman dulu merasa gak level main sama anak kecil *anak SD yang sombong, sudah merasa besar.

Temenku bilang aku kayak nyi pelet. Dikit-dikit bisa kenalan sama orang dan ngobrol kayak nyambung2o. Tapi kenapa ya kalo bicara di depan umum grogi banget. Gak bisa malah. Mending suruh nulis paper 10 halaman daripada berbicara 10menit *lebay.
Yaaa pada akhirnya setiap orang punya kekurangan.

Heeeeeeehhh... urusi laporan kp muuuu...ojok ngebolog aeee...

Hehe

Sabtu, 24 November 2012

Mereka, Bukan aku

Seperti angin yang tak terkendali
Menerbangkan apapun yang dilewatinya
tapi bukan aku
Seperti air yang terus menerus menetes dari atas gua
Maka batu-batu itu berlubang
tapi bukan aku
Seperti busur panahyang tepat membidik sasaran
tapi bukan aku
Seperti elang yang mencengkeram
tapi bukan aku

Seperti apapun mereka
yang jelas bukan aku

Selamat pagi, jadilah diri sendiri untuk hari ini dan seterusnya :D

Menggigil

Seminar kepenulisan di UNAIR menghadirkan Tere Liye dan kebetulan saya menghadirinya. Yahh,,seperti di seminar2 menulis yang lainnya mereka akan mengatakan (dibaca: para pembicara) bahwa menulis itu mudah, tidak butuh biaya banyak dan cara termudah untuk menulis ya ditulis. Mungkin sekitar 199 peserta malam tadi atau pagi ini termotivasi untuk menulis tapi mengapa saya tidak. Hanya menggigil di ruangan ber-AC tersebut. Konsentrasi saya pecah karena kedinginan.
Agak kecewa juga dengan yang diceritakan Tere Liye sebab saya pernah baca cerita tersebut di page fesbuknya. Entahlah mungkin Tere Liye sedang tidak ada ide. Mungkinkah penulis bisa kehabisan ide? dan jawabannya mungkin. Bang Tere mengaku jika Hafalan Shalat Delisa adalah salah satu novel yang akhirnya diberi kata TAMAT ketika dia bingung sudah kehabisan ide. Sekaliber Tere Liye yang mulai menulis dan tulisannya dimuat sejak umur 9 tahun saja bisa kehabisan ide, apalagi saya.
O iya, kemarin menghadirkan Satria Darma juga. Bapak ini menyadarkan saya bahwa membaca adalah salah satu perintah Tuhan, seperti layaknya sholat. Terbukti wahyu pertama yang turun untuk Rasullulah saw. adalah iqro' (bacalah), bahkan Jibril menyuruh Rasul saw membaca sampai 3 x. Pertanyaannya, pada saat Malaikat Jibril mendatangi Rasul saw, apakah Jibril membawa tulisan yang harus dibaca oleh Muhammad?

Kamis, 22 November 2012

Jangan Tiru Aku

Gara-gara kemampuan menundaku yang besar, beginilah jadinya, laporan kerja praktek tidak kunjung selesai. Meski bersama 2 kelompok lainya yang belum selesai juga, tetap saja iri melihat laporan KP teman-teman yang sudah dijilid. Semoga tahun ini ibu itu berbaik hati untuk tidak mengobrak abrik laporan KP ku dan teman-teman yang memang sudah berantakan.
Andai aku seperti teman-temanku yang ketika kerja praktek selesai, laporan KP juga selesai. Tapi sayang, berkata andai kan dosa.
Jika memang Tuhan mentakdirkan KP ku ngulang semester depan, aku ikhlas kok. Tapi harus berjuang dulu sebelum tanggal 14 Desember. Semoga bukan hanya aku yang semangat menyelesaikan laporan ini.
Yaaaa...entah mengapa setiap kali teman-teman membicarakan KP jantungku terpacu lebih cepat dan aku lebih memilih pergi supaya tidak mendengar pembicaraan mereka.
Doakan ya teman-teman supaya laporan kerja praktek ku selesai 2 minggu lagi

Selasa, 20 November 2012

Berhentilah...

Terus menerus melangkahkan kaki bukanlah suatu pilihan yang tepat terkadang. Kita perlu berhenti sejenak untuk menikmati apa yang ada di sekitar seraya berucap syukur. Perlu menengok masa lalu untuk belajar dari pengalaman. Hidup memang dinamis, melulu bergerak tanpa kita perintah dan tak dapat dicegah meski menangis darah. Tapi berdiam sejenak dan mengamati di sekitar kita sungguh pembelajaran yang indah bagi yang mengerti. Agaknya kita sudah terlalu tersibukkan dengan rutinitas sehari-hari hingga tak pernah menyadari bahwa oksigen sangatlah baik, malam sangatlah indah, siang sangatlah riang dan banyak lagi.
Lihat, kita semakin jauh dari hidup yang sederhana. Atau kita yang terlalu sederhana, sesederhana rutinitas yang kita jalani setiap hari (kebanyakan monotone). Sebenarnya hidup itu harus sederhana atau tidak? Yang jelas hidup harus bahagia dan yang terpenting adalah membahagiakan sesama. Bukankah kebahagiaan kita tidak penting? Bukankah dengan membahagiakan sesama, otomatis kita akan bahagia? Begitu implisitnya kira-kira. Bahagia dengan melihat orang lain bahagia sepertinya kalimat tersebut sedikit hipokrit. Tapi cobalah untuk membahagiakan sesama, maka nikmat luar biasa akan didapat.
Jika kamu tidak mendapati kenikmatan saat berbuat kebaikan, pasti ada yang salah dengan dirimu.
Begitu yang pernah aku baca. Maka, berhentilah sejenak dari perhelatan mendapatkan ambisi, amati keadaan sekitar, ulurkan tangan kepada siapa saja yang membutuhkan sesuai dengan kemampuan dan rasakanlah nikmatnya kebahagiaan :D
Waktunya pulang mengajar dan aku masih melihat Yudi menatap benci pada Risky. 
Benar-benar bingung harus berbuat apa melihat amarah Yudi meletup-letup. Hanya bisa mendengarkannya meluapkan amarah sambil terus mengelus-elus punggungnya dan berkata,"Sabar..sabar...".

Ini curhatan Yudi...

Awale adekku dijejek mbak, gak trimo aku, arek e trus ngilokno wong tuoku. Biyen2 tak neng no ae mbak, sue2 kok nglamak. Arek iku ket awal ng bungkul tak apiki, pernah njaluk tukoke panganan tak tukoke sing 1500an ng mburi. Wingi iku arek e tibo mundur2 ndog e pecah, tak ganteni 2000 wes an, malah wadul nang ibuku. Teko2 aku sing digepuk ibuku. Wingi pas podo nggarai Rio arek e melok2. Aku gak melok2, lha lapo tukaran wong karo konco, podo2 golek duit e, podo2 gak duwe ne

Matanya menyimpan amarah yang ia tumpuk-tumpuk. Datanglah ibu si Risky...

Ibu Risky : Arek siji kok dikroyok wong akeh
Yudi : lha anake sampean sing nggarai sik. Njejek dimas
Ibu Risky : tapi dimas sing nggarai sik, dimas ojok pecicilan dim
Yudi : dimas dikon juan
Ibu Risky : wan, kon ojok wanine ambek arek cilik. kon iku pantes e nglawan bapak e risky
(gilaa...anak umur paling 8-9 tahun disuruh nglawan bapak2)
Juan : *hening cipta
Ibu Risky : arek kok gaweane tukaran ae, aku ki iso ngelesno selain nang kene (dibaca : taman bungkul, ssc)
(buk..buk..anak mu aja gak mbok sekolahin gitu lho)
Sementara Ibuknya Risky marahin Juan, si Yudi ngomel2 sama Risky
Yudi : kon gak usah gowo2 wong tuo kon. Opo maneh ibuk. Dipikir e nek ibuk kui manusia biasa paling. Ibuk kui surgo. Nang kene ne (nunjuk telapak kaki) onok surgo e. Sayang e gak ketok.
Ibuke Risky : nek ngilokno wong tua, gantian ilokno, gak usah atek tangan
(saran yang sangat buruk)

Jleb...
Inget nggak dulu pas SMP atau SMA sering saling ejek nama orang tua? Bocah 9 tahun marah sangat sangat ketika tau ibunya diejek. Dia bilang ibu itu bukan manusia biasa. Bocah sekecil itu menjaga nama baik orang tuanya. Dia paham benar bahwa surga ada di telapak kaki ibu, meski pemahamannya baru sampai telapak kaki dalam arti sesungguhnya, tapi tengoklah kita yang sudah dewasa, sampai dimana kita bisa menjaga nama baik orang tua?
Semoga pemahaman baik selalu mengiringi langkah adek2 kecilku :D

Selasa, 13 November 2012

Gak tau kenapa setiap pulang dari bungkul ada aja yang membuatku pengen nangis. Semoga aku bisa tetap melihat wajah2 bahagia mereka.

Senin, 12 November 2012

Antara Prestige Guru sampai Pelajaran Moral


Guru adalah seseorang yang dianggap pintar oleh murid-muridnya. Menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Menghadapi murid-murid dari beragam karakter memerlukan suatu keahlian khusus. Meski keahlian ini dapat diasah, akankah melulu seorang guru berasal dari orang yang biasa-biasa saja.
Coba kita cermati, orang terpintar di sekolah kita, kuliah jurusan apa? Dapat dipastikan mereka-mereka yang menempati rangking-rangking atas di sekolah, rata-rata kuliah dokter, teknik, psikologi, komunikasi dan jurusan mentereng lainnya. Bukannya saya menyebut jurusan pendidikan tidak mentereng tapi beginilah kenyataannya, semacam prestige bila orang tua bisa menjadikan anaknya seorang dokter. Bahkan media pun mendukung hal ini, mereka akan mengangkat kisah seorang anak jenius dari keluarga kurang mampu yang mendapatkan beasiswa pendidikan dokter, bukan seorang guru. Dan pertanyaan yang muncul adalah seburuk apakah citra pendidikan guru di Indonesia? Kini, guru sudah menjadi primadona banyak lulusan sekolah menengah atas. Tapi tetap saja, mereka yang berperingkat baik, memilih untuk tidak menjadi guru.
Bisa karena biasa. Semua bisa jadi guru. Tapi pernahkah kamu bayangkan jika orang-orang yang menempati peringkat tertinggi di sekolahan menjadi guru? Bisa jadi muridnya akan hebat-hebat. Dengan tidak merendahkan kualitas guru saat ini, dengan guru-guru yang sekarang pun tercipta generasi-generasi yang hebat. Terbukti dengan mendapatnya medali di olimpiade tingkat internasional.
Bukankah menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang mulia? Memang suatu pekerjaan tidak dapat dipaksakan. Tidak mungkin juga semua lulusan SMA menjadi guru. Tapi mengapakah menjadi guru tidak disejajarkan stratanya dengan dokter? Soal mengabdi, guru pengabdi nomor 1. Rata-rata dari kita mulai sekolah umur 5 tahun. Lihatlah anak umur 5 tahun, ajarilah dia membaca dan menulis. Susahnya minta ampun. Dan saya rasa hanya guru lah yang mampu. Orang tua kita memang tempat belajar pertama kali, tapi mereka lebih mempercayakan anaknya kepada sekolah-sekolah, khususnya kepada guru. Bisa dibayangkan bagaimana kesabaran seorang guru selalu tidak dianggap oleh kita. Dengan mudahnya kita melupakan guru TK dan SD kita. Padahal yang membuka mata kita untuk dapat membaca deret demi deret huruf, mengartikan kata demi kata dan menerjemahkan maksud angka-angka adalah guru. Walaupun seorang guru hanyalah fasilitator untuk belajar, jangan pernah menganggap remeh seorang guru. Dengannya kita belajar untuk membuka dunia.
Hanya satu yang tidak kita dapatkan dari bangku-bangku sekolahan, pelajaran hidup. Tidak semua guru mau mengajarkan pelajaran hidup kepada murid-muridnya. Ini yang tidak pernah bisa dipelajari di sekolahan. Andai kurikulum menetapkan bahwa pelajaran hidup menjadi satu bagian penting dalam pembelajaran, mungkin koruptor di Indonesia tidak akan sebanyak saat ini. Meski hidup sangatlah sulit untuk dipelajari, tapi tidak ada salahnya bukan untuk menerapkan pelajaran ini sebagai pelajaran wajib. Yang sangat lebih disayangkan adalah ketika kita memasuki dunia perkuliahan. Tidak ada pelajaran tata krama. Sadar atau tidak kita telah melupakan tata krama setelah kita lulus sekolah dasar. Harusnya tata krama memanglah dasar untuk kita berkehidupan, tetapi bukankah banyak juga mahasiswa yang moralnya perlu dibenahi? Ini juga salah satu cara untuk mengurangi koruptor. Apa korelasi tata krama dengan korupsi? Tata krama mengajarkan kita untuk tidak menerima yang bukan haknya, mengatur apa yang harus kita lakukan jika menerima apa yang seharusnya tidak kita terima. Atau mungkin sistem pendidikan di Indonesia sudah mengira bahwa moral dan tata krama siswa-siswi Indonesia sudah sempurna sehingga mereka tak lagi perlu memberikannya sebagai pelajaran. Tapi bagaimana dengan kenyataannya? Jangan serahkan rumput yang bergoyang untuk menjawab. Ini tanggung jawab kita bersama, bangsa Indonesia

Maaf untuk kamu yang selalu menyuruhku mengganti profile picture facebook, bukannya gak mau ganti, tapi emang gak bisa diganti, hehe. Bukan aku gak tau caranya ganti *alibi, tapi emang gak bisa diganti. Atau mungkin kamu tak punya bahan yang akan dibicarakan lagi hingga kamu terus mengulangi pertanyaan yang sama?
"PP mu gak ganti tir? Udah jadul, hitam putih, mbok ganti tir"
Terima kasih atas perhatiannya :D

Jumat, 09 November 2012

Lihatlah, seminggu ini pasti topik bahasan di kampus bakalan seputar Pak Habibie, percis seperti Pak Dahlan Iskan yang dulu pernah ngasih kuliah umum tekno, percis seperti Vino G. Bastian yang syuting film di graha, percis juga seperti Sheila on 7 yang manggung di grand city (kebanyakan yang nonton anak ITS sama UNAIR).

Karena Sabtu ini temanku gak jadi ke Surabaya, akhirnya aku ikut orasi ilmiahnya Pak Habibie.
Setelah Rektor ITS, Pak Triyogi, memberikan sambutan, paduan suara ITS menyanyikan lagu kesukaan Pak Habibie. Dan lagu kesukaannya adalah Widuri. Waaa...itu lagu kan dulu sering tak buat karokean sama bapak. Berarti kesukaanku sama Pak Habibie sama dong *trus lapo?. Pak Habibie sedikit2 menyanyikan sampek topi (gak tau ini namanya apa, yang biasanya dipake sama toga itu lho) beliau hampir jatuh, tapi kayaknya penyanyinya salah lirik deh, yang bener itu,"Widuriii...bukalah pintu hatiii..untukku", bapak yang nyanyi,"Widurii..bukalah mata hatiii...untukku". Mata sama pintu beda jauh to? Andai mata itu jadi pintu, pasti sakit matanya, atau pintu yang jadi mata, wajahnya segede apa kira2?

Kalo ditanya orasi ilmiahnya tentang apa, hehe, jangan tanya aku, kalo ditanya sehumoris atau seromantis apa Pak Habibie, baru tanya aku #sokkenal #babah.
Haha..jadi pengen punya suami kayak Pak Habibie, wes ganteng, pinter, low profile, sayang anak istri. Paket lengkap. Si Luvi girang banget bisa cium tangannya Pak Habibie,"Lembut dan wangiiiii banget, lembutnya tu kayak bayi", katanya menggebu-gebu. Spontan Luvi tak suruh bandingin lembutan mana sama tanganku, ee dia mau dan katanya lembutan Pak Habibie *gak penting.

Kamis, 08 November 2012

Aku ini anak merdeka
Tak berpunya tapi merasa kaya
Semua di dunia milik bersama 
Untuk dibagi secara adil dan merata
Kubawa-bawa matahariku
Kubagi-bagi layaknya roti
Semua mendapatkannya
Semua senang bersama-sama

Haha..baru nemu tu lirik. Penasaran banget pas acara Jumat Sehat yang di adain SSCS, adek-adeknya nyanyi itu. Lagunya lucu ya. O iya, dapet cerita dari Nunis, katanya pas rumah adek-adek yang di JMP dirubuhin dia nangis. Kasian banget katanya. Aku yang gak menyaksikan langsung, cuma baca ini tok jmp hari ini ae nangis. Hehe. Padahal belum pernah ngajar di daerah JMP. Jadi pengen cepet-cepet hari Selasa, pengen cepet-cepet ngajar lagi.

Kok akhir-akhir ini jadi lebih seneng ngajar daripada belajar ya? Hehe. Semangat! Besok uts sosiologi. Doakan lancar ya teman-teman :D

Rabu, 07 November 2012

Tiba-tiba kepalaku pusing setelah membacakan cerita untuk Reza. Diketawain sama Nunis gara-gara suara dan ekspresiku yang datar. Apalagi pas part,"Dan buah kemuning itu menjadi berwarna merah". Reza nyeplos,"Lho iku kok kuning mbak?".
"O iyo salah. Cat e warna abang entek paling za", jawabku sekenanya.

Liat Riski jualan kok kepalaku malah tambah pusing. Biasanya aku yang ngobrak-ngobrak dia buat belajar tapi tadi belajar cuma sebentar tok, aku gak bisa melarangnya buat jualan.


Senin, 05 November 2012

Lagi-lagi hidup saya hampa entah mengapa. Saya kira dengan ikut mengajar hidup saya akan berwarna. Ya benar berwarna saat mengajar, saat bertemu wajah-wajah polos anak-anak, tapi setelah itu sama saja. Hambar. Seperti bosan menjalani rutinitas yang selalu mengikat. Bagaimana Indonesia mau maju kalo remajanya seperti saya? Kyaaaaaa...
Indonesia butuh siapa sih supaya bisa maju? Dari jaman dulu sampek sekarang kok berkembang terus, lama-lama jadi mimpes malah.

Ketika semua orang merencenakan mimpi-mimpi kemudian bertindak untuk merealisasikannya, aku hanya duduk terdiam, termangu, seperti entah menunggu apa. Asal kamu tahu, orang yang paling bersedih itu bukan orang yang tidak mempunyai mimpi atau tujuan yang akan dicapai, tapi orang yang ingin sekali bermimpi tapi tak tahu apa mimpinya dan bagaimana cara mewujudkannya. Bagaimana mewujudkan sedang mimpi pun tak ada? Mengapa kita semua ingin menjadi yang berpenghasilan mapan, tinggal di rumah yang nyaman tanpa gangguan panas dan hujan, tidur dengan nyenyak karena sudah tidak bingung besok akan makan apa? Mengapa kita menginginkan semua yang ada di dunia? Mengapa kita semua merasa selalu kekurangan saat kebutuhan satu tercukupi? Mengapa hanya aku yang duduk diam menulis ini tanpa bertindak mewujudkan mimpi-mimpi? Sudah kubilang, aku tak punya mimpi, bagaimana mewujudkannya? Apakah salah orang tidak mempunyai mimpi itu? mengapa semua orang harus mempunyai tujuan jika suatu saat nanti kita pasti mati. Tujuan kita hidup, hanya menunggu mati bukan? Tidak-tidak, itu bukan tujuan kita, tapi tujuanku. Aku, mengapa tak kunjung paham dengan kehidupan dunia ini? Aku tak pernah paham mengapa 1+1 harus 2. Mengapa aku diciptakan sebagai perempuan, mengapa tak laki-laki, mengapa tak bencong? Mengapa aku harus hidup? Mengapa aku harus bersekolah hingga jauh-jauh ke Surabaya? Mengapa aku selalu mencari aman? Tidak, tidak ada yang salah dengan diriku. Hanya aku yang selalu menyalahkan diri sendiri. Aku senang menyalahkan diri sendiri tapi mengapa saat ada yang menyalahkanku, aku akan membencinya? Apakah aku memang manusia pada umumnya? Jangan-jangan, hanya bayanganku saja bahwa aku manusia.