Biarlah kebahagiaan datang sendiri layaknya kesedihan yang
tiba-tiba bermunculan satu persatu dalam hitungan jam. Tentang teman yang
menolak menerima penjelasan, tentang absen yang banyak sekali disilang, tentang
penjaga parkir yang menyuruh menempelkan stiker, tentang penjaga ruang baca
yang galak, tentang hobi tidur yang membuat banyak rencana gagal, tentang teman
yang ngomel mendapatiku banyak bertanya, tentang pembicaraan yang banyak tanpa
dasar membuat daftar sakit gilaku bertambah.
Jika aku merubah hidup, kelakuan, perilaku dan tabiatku,
maukah kalian merubah semuanya menjadi lebih baik dari yang sedang kualami?
Kenyataannya tidak. Cinta tetap melengos bertemu denganku, absen filsafatku
tetap disilang banyak, penjaga parkir psikolog akan tetap menyuruhku memasang
stiker “Parkir Psikologi”, Pak Wawan akan tetap galak, hobiku tetap tidur, Tito
tetap protes kalo aku banyak tanya, bicarku tanpa dasarku mungkin bisa
kukurangi supaya kelainan jiwaku tidak nampak.
Mungkin kalian akan lebih senang jika melihatku diam,
tertunduk lesu, tak ada gairah, tak menyimpan rahasia apapun, tak
surat-menyurat dengan siapapun, tak membuat penasaran. Jika itu mau kalian, aku
akan menyimpan rapat-rapat semua rahasia hingga tak ada seorang pun yang
cemburu ada yang kuceritai rahasiaku. Aku tak akan berbicara banyak-banyak. Aku
tidak akan bercerita tentang apapun kepada siapapun. Seperti Uti bilang, aku
manusia yang tidak bisa dipercaya. Maka dari itu, jangan bercerita denganku.
Maaf untuk kalian semua. Maaf untuk kecerobohanku yang membocorkan rahasia
salah seorang dari kalian. Maaf untuk rahasia yang tak ingin kamu
mengetahuinya. Maaf untuk kelakuan yang membuat kalian berkata,”Tiara ki yo opo
se, percuma la’an aku ngongkon awakmu njupukno bukuku”. Maaf aku tidak bisa
diandalkan.
Terima kasih untuk yang menghindariku. Terima kasih untuk
yang membentakku. Terima kasih untuk yang menasihatiku. Terima kasih untuk
semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar