Selasa, 21 Januari 2014

Kita ditindas Kota

Murni berjalan sendiri. Tertatih. Rudi telah pergi meninggalkannya sebelum mereka benar-benar dekat. Mungkin dulu Rudi tak sungguhan mencintainya. Mungkin dulu Rudi hanya singgah melepas lelah. Mungkin memang Tuhan tak mengizinkan. Mungkin Murni yang terlalu percaya diri.

Kemudian Murni memutuskan pergi. Meski tetap tertatih. Dia menemukan tempat-tempat baru, kawan-kawan baru, pengalaman baru dan kesempatan baru. Rudi mulai tak memedulikannya. Murni pun mulai lupa. Baginya masa lalu hanyalah pelajaran yang harus diambil hikmah.

Murni selalu begitu, terlalu cepat jatuh cinta dan terlalu cepat melupakan. Ia tak pernah mau stagnan dengan satu orang. Tak ada paksaan dalam mencintai. Jika satu orang pergi tanpa janji mengapa harus menunggunya kembali? Mengapa tak mencari pengganti?

Bukankah hakikat cinta itu melepaskan? Saat ayah begitu mencintai anaknya, maka ayah harus merelakan sang anak pergi menggapai mimpi. Ayah tak pernah khawatir sebab suatu hari nanti anak pasti kembali. Sebab bagi anak, rumah adalah tempat kembali. Maka Murni menjadikan hatinya sebagai rumah, tempat kembalinya orang-orang yang benar-benar mencintainya.

*to be continue...

Tidak ada komentar: