Senin, 03 Oktober 2011

Hari ini kesabaranku diuji

Hari ini kembali berderai air mata. Di mulai dengan pagi yang menyesakkan. Karena aku tidur pukul 12 malam, aku hanya bangun jam setengah 4 untuk minum susu kemudian tidur lagi. Kemudian bangun kembali pukul 5.15, aku terperanjat karena matahari sudah akan naik. Bergegas wudlu, tapi Ya Tuhan badanku lemas, sepertinya ingin limbung, bahkan sudah akan jatuh. Tapi dengan sekuat tenaga aku mempertahankan posisiku. Selepas sholat aku kebingungan mengerjakan tugas Neraca Massa, Ika sms, membuat tambah galau, karena aku gak bisa ngerjain tugasnya. Akhirnya aku memutuskan sms Mbak Nurul, tidak ada jawaban. Sms Mas Ilham, juga tidak ada jawaban. Ingin rasanya menangis. Dengan kekuatan bulan, aku mulai menyusun neraca massa komponen. Dan hasilnya minus. Tak aku hiraukan. Yang aku pikirkan adalah bagaimana cara kertas HVS itu penuh dengan tulisan. Selesai. Alin dengan polosnya datang ke kos, dia ingin menyontoh pekerjaanku. Senang hati aku memberikannya, meski dengan embel-embel,"Itu sebener e hasil e minus, tapi daripada gak ngerjain mending ngerjain dengan merubah data menjadi plus", Edan. 

Kuliah dimulai pukul 9. Aku dan Tiwik berangkat ke kampus pukul 8 dengan tujuan mau buat tugas. Bukan aku banget, tapi karena semua mengharuskan seperti itu akhirnya aku juga ikut menyontoh tugas milik teman. Sempat terjadi pembentakan oleh temanku gara-gara aku lamban. Maaf teman, aku tidak bermaksud untuk lamban, tapi sungguh aku hanya malas menyalin pekerjaan orang lain. Tragedi pembentakkan berlalu. Meski dia tak meminta maaf tapi aku akan tetap memaafkan.

Dosen masuk kelas. Tim Teaching membunuhku. Dosen yang mengaku "masih" belajar membuatku underestimate. Ngajarnya random banget. Aku gak pernah mudeng diajar sama dosen ini waktu Neraca Massa. Tiba-tiba. Hoammmm. Menguap. Mata tinggal segaris. Ngantuk. Penyakit. Melawati satu jam dengan mengantuk. Satu jam berikutnya aku sudah tidak ngantuk karena diajak cerita sama Ika. Jreng jreng jreng. Kepergok dosen. Suruh maju ke depan menjelaskan.

dosen : ayo jelaskan limited reaktion yang mana
aku    : (sedikit ngarang) yang ini buk (sambil menunjuk papan tulis)
sepertinya ibuknya gak mau kalah.
dosen : angka 0,357 dari mana
aku    : dari sini buk (nunjuk papan tulis lagi)
dosen : lha iya itu dari mana? (mulai gregetan)
aku    : dari di buku buk, dari soal itu
dosen : walah, enaknya, besok kalo tes ditanya ini itu dari mana,bilang aja dari catetan (sinis banget)
dosen : itu-itu, yang itu juga maju. Emang saya ndak tau apa kalo kalian cerita. Dosen e crita kalian malah ikut cerita.
Revit maju. Disuruh njelasin juga. Gak ngerti juga. Ibuknya ngancam bakal mengurangi nilai anak-anak perempuan yang ada dibelakang sendiri. Tapi Ika agaknya siang itu menjadi penyelamat, dia bisa jawab. Dan kami disuruh duduk. 
Sumpah ya, berasa jadi anak SMA. Dan yang jelas ibu itu sensi banget sama yang namanya P.E.R.E.M.P.U.A.N
Entah kenapa, aku gak takut waktu dimarahi sama ibu itu. Aku malah kasihan melihatnya. Sudah tua, batuk-batuk terus, tapi masih saja suka ngomel-ngomel.

Neraca Massa Usai

Naik ke lantai 3. NRP ku tertulis dalam kelompok dengan tulisan FRS belum disetujui. Bagus. Kuliahku berantakan gara-gara ngulang Fisika. Perwalian menjadi mbuletisasi. Bikin gondok. Apalagi dosen waliku ya ibu yang marah-marah itu.

Ikut TBMF kelas A.

Pak Budi mengatakan beliau tidak akan mengajar PIK kelas B soalnya beliau akan menghadiri sidang terbuka Bu Lily (congratz buat Ibu cantik ini yang telah mendapatkan gelar doktor dengan cumlaude). Mendengar berita tersebut aku yang di ajak temanku menghadiri sidang Bu Lily akhirnya mau untuk meninggalkan kuliah PIK dengan berat hati. 

Suasana Sidang menyenangkan awalnya. Aku senang sekali melihat banyak orang tersenyum bahagia, apalagi wajah Bu Lily. Di tengah sidang penyakitku kambuh. Tak henti-hentinya menguap. Ngantukkkkk. Liat hp. Baca sms Singgih kalo Pak Budi ngajar. Dem. Sialnya Singgih lupa ngabsenin aku. Padahal minggu kedua aku sudah tak masuk PIK gara-gara dipaksa-paksa temanku untuk ikut kelas A. Karena aku gak berani ngomong sama dosen wali. Akhirnya aku tetap masuk kelas B dan absensiku kosong. Kata temanku, kalo 2 kali gak dateng, gak bisa ikut ujian. Sip. Aku mengutuki diri sendiri. Malah di omeli sama temanku. Iya. Ini bagian yang membuatku gondonk setengah mati. Aku menyesal telah mengeluh sama temanku itu. Itulah sebab aku tak suka curhat. Aku gak suka dinasihati. Aku gak suka disalahkan. 

Pelajaran yang dapat diambil hari ini
  1. Jangan duduk di belakang saat pelajaran Bu D***
  2. Jangan suka meninggalkan kuliah sembarangan
  3. Jangan mau terpengaruh ajakan teman
  4. Harus berani berkata tidak
Kuliahku semester 3 sudah mulai memasuki fase kehancuran. Tinggal menunggu waktu. Jika diizinkan, aku ingin mati sekarang. Supaya aku tidak mengecewakan bapak ibu. Aku malu kalo harus mengulang kuliah lagi. Dan aku gak mau bapak ibuk kecewa.


3 komentar:

novita dewi rahmayanti mengatakan...

tiara, aku sedih banget maca post2anmu sng terbaru. sabar ya ti, :'(
aku mung isa bantu doa semoga kuliahmu tetep lancar tekan rampung.
berhubung koe g seneng curhat, aku ya g meh ngekon koe curhat neng aku.heee,
ayo dong ti semangat semangat semangat!!!

bukanpenulis mengatakan...

aku malah gak ngerti kudu sedih opo biasa wae..koyo wes mati rasa nob..
tp kudu semangat nggo bapak ibuk mbak rani :))

Anonim mengatakan...

tiaraa..g cuma dirimu yg kesulitan kuliah kok,, smw juga,,aku ngulang juga,,suka duka kuliah tir,, semangat deh,,!!! \^,^/